Moms tentu kenal dengan nama-nama besar seperti Einstein, atlet seperti Michael Jordan dan Serena Williams, musisi seperti Mozart dan Beethoven atau para ilmuwan dan peneliti lainnya yang berjasa dalam kemajuan ilmu pengetahuan. 

Mereka mungkin memang dikaruniai otak cerdas dan berbakat. Tapi, di balik keberhasilan mereka itu orang tuanya berperan penting lho, Moms. Mereka melakukan berbagai hal untuk membuat kecerdasan anaknya itu berhasil dalam bidangnnya. 

Apakah yang telah mereka lakukan? Simak ya Moms.

Dorong anak ‘bermain’ dengan kekuatan  

Pada dasarnya setiap anak itu dilahirkan dengan keterampilan dan kecerdasan berbeda-beda, Moms. Tapi perlu kecermatan orang tua untuk memperhatikan bakat alami anaknya, kemudian membantu anak membangun bakat bawaannya. 

Si Kecil mungkin bisa lebih jago di beberapa bidang daripada anak yang lain. Si Kecil mungkin memiliki kekuatan spasial, seperti kemampuan untuk berpikir secara abstrak dan dalam berbagai dimensi. Atau mungkin mereka berbakat dalam matematika dan dapat menganalisis masalah secara logis atau menyelidiki masalah secara ilmiah. Cermati terus ya Moms dan dorong anak untuk mempraktikkan kecerdasannya itu.

Butuh kerja keras untuk hasil yang luar biasa

Dalam posting blog tahun 2020 yang menggambarkan etika kerja ayahnya, Bill Gates,  salah satu pendiri Microsoft menulis: “Dia adalah salah seorang pengacara yang bekerja paling keras dan paling dihormati di Seattle, serta pemimpin sipil utama di wilayah kami. Dia bijaksana dan serius dalam belajar.”

Ayah Gates mengajarkan anak-anaknya bahwa mereka harus bekerja untuk mendapatkan penghargaan dan hasil terbaik. Jadi, Moms dan Dads pun tunjukkan kepada anak-anak bahwa kerja keras akan membuahkan hasil, dan kesuksesan itu bukan jatuh dari langit.  Jalan pintas tidak akan membantu mencapai tujuan.

Menciptakan budaya berjuang dan unggul

Pada tahun 2017, tim peneliti Inggris mempelajari perbedaan antara atlet “elit" dan "ultra elit". Sebagai contoh penggambarannya: Semua pemain NBA adalah atlet olahraga basket elit. Tetapi, ada Michael Jordan atau LeBron James atau Kobe Bryant, yang prestasinya sangat menonjol dibandingkan yang lain. Inilah contoh atlet ultra elit.

Para peneliti menemukan bahwa mayoritas atlet ultra elit berasal dari lingkungan yang mendorong budaya berjuang. Mereka tumbuh di rumah yang menekankan mengejar keunggulan, pushing to the limit, bukan hanya batas diinginkan.

Kesuksesan Venus dan Serena Williams yang tak tertandingi di lapangan tenis, misalnya, dipengaruhi oleh lingkungan yang diciptakan agar mereka unggul. Adalah ayah mereka, Richard Williams, yang menulis rencana rinci 78 halaman untuk para putrinya bisa mencapai dunia tenis. Dia menetapkan  rencana dan harapannya lebih awal, bahkan sebelum Williams bersaudari ini berusia lima tahun. Akhirnya terbentuklah dua juara dunia paling produktif dalam sejarah tenis.

Mendorong kepercayaan diri

Moms bantulah si Kecil untuk membangun kepercayaan diri. Rasa percaya diri sangat berguna bagi si Kecil di masa depan karena mendorongnya untuk bercita-cita tinggi. Sekaligus, membuat si Kecil tidak pantang menyerah atas cita-cita atau keinginan hidupnya, meski pun ia  sempat merasakan kegagalan. 

Daripada mengkritik si Kecil dan merendahkannya setiap kali gagal dalam sesuatu, lebih baik Moms mendorong si Kecil untuk punya keyakinan teguh dia bisa menjadi orang hebat, seseorang yang berhasil. 

Sabar ketika anaknya bertanya

Penuhi keingintahuan si Kecil dengan selalu menjawab pertanyaannya, Moms. Bagaimana jika Moms tidak tahu jawabannya? Moms bisa mengakuinya dan mencoba menjawab di lain waktu, atau mengajak si Kecil untuk sama-sama mencari jawaban.

Beberapa peraih Nobel ini mengungkapkan bahawa orang tua mereka rajin mencari mentor, pelatih, dan guru terbaik yang dapat mendukung pertumbuhan mental dan pengembangan keterampilan mereka.

Pilih 'spesialisasi’ sejak awal

Moms mungkin bingung menghadapi pertanyaan: Apakah harus mengambil pendekatan "spesialis" atau "generalis" yang memaparkan si Kecil pada banyak hal yang berbeda (misalnya, bisbol, sepak bola, piano, klub matematika) untuk membantunya menjadi berpengetahuan luas.

Kebanyakan orang tua biasanya memilih yang terakhir, Moms. Tetapi orang tua dari anak-anak yang luar biasa ternyata lebih memilih pendekatan spesialis.

Spesialisasi awal tidak berarti bahwa si Kecil tidak  melakukan hal-hal lain di luar minatnya. Ia bisa saja ikut klub olahraga atau les musik, tapi sifatnya untuk bersenang-senang atau sekadar untuk keterampilan tambahan. Fokus tetap pada spesialisasi yang ditunjukkan si kecil sejak awal.

Mendorong jiwa kompetitif

Moms bisa membentuk jiwa bersaing si Kecil sejak dini. Mulai dari permainan sederhana, seperti monopoli atau adu cepat membersihhkan kamar. 

Terbiasa dalam mental bersaing sejak kecil akan mendorong si Kecil untuk berjuang dan menang di kemudian hari. Tak hanya perkara menang, ajarkan juga bagaimana si Kecil dapat meningkatkan skill diri terus menerus untuk menunjang jiwa kompetitifnya.   

^IK