Ketika si Kecil belajar berjalan, dia akan berjalan dengan cara yang belum tentu sama dengan anak lainnya. Ada anak yang belajar jalan dengan seluruh tapak kaki mantap menapak di lantai, tapia ada juga yang berjalan bak ballerina. Ia berjalan jinjit dengan bertumpu pada ujung jari kaki depan. 

Pertanyaannya, normalkah berjalan jinjit ini dilakukan si Kecil?

Masih normal, jika…

Pada saat si Kecil baru belajar berjalan sebenarnya gaya jalan jinjit atau dikenal dengan sebutan tip toe walking itu wajar saja dilakukanya. Menurut sebuah penelitian, antara 7 – 24 anak dari 100 anak akan berjalan jinjit saat mulai belajar jalan. Dari penelitian itu juga memperlihatkan, gaya berjalan jinjit ini lebih banyak terjadi pada anak.

Gaya berjalan dengan jinjit ini umumnya dilakukan anak-anak berusia antara 10 hingga 18 bulan. Berjalan dengan ujung jari kakinya itu sebenarnya pada beberapa anak membantu keseimbangan mereka saat belajar jalan. 

Jalan jinjit juga akan ditunjukkan ketika si Kecil Moms pertama kali menginjak tanah atau pasir. Jalan gaya ini sebagai reaksi karena telapak kakinya belum terbiasa dengan tekstur kasar tanah atau pasir.

Beberapa anak melanjutkan gaya jalan ballerina ini hingga usia enam atau tujuh tahun. Setelah melewati usia tersebut,  biasanya gaya berjalan si Kecil akan normal seperti anak lainnya. Tapi, ada juga beberapa anak yang terus berjalan dengan jinjit hingga usia remaja bahkan dewasa.  

Penyebab anak berjalan jinjit

Pada umumnya, anak berjalan jinjit, terlebih di saat ia baru belajar jalan memang tidak perlu Moms terlalu khawatirkan. Kendati demikian, tak ada salahnya Moms tetap mencermati kemungkinan penyebab lain yang mendasarinya. Si Kecil ada kemungkinan berjalan gaya ballerina itu karena hal-hal berikut ini: 

  • Otot betisnya pendek (khususnya otot tungkai bawah).
  • Otot tubuh yang lebih lemah, terutama  di area perut, punggung dan otot panggul.
  • Kebiasaan berjalan jinjit. Ini misalnya terjadi saat si Kecil memakai baby walker. Mungkin di awal pemakaian baby walker ini membuatnya harus berjalan jinjit. Nah, lama-lama gaya berjalan ini pun menjadi kebiasaan yang ia lakukan, bahkan ketika berjalan tanpa memakai baby walker. Bahayanya pula lama kelamaan kebiasaan ini dapat meningkatkan kekencangan/ pemendekan otot, yang kemudian mempersulit anak Moms untuk menapakkan kakinya dengan rata di lantai.
  • Anak menyukai sensasi berada di atas jari kakinya, atau ia tidak menyukai 'sensasi' kaki datar yang dirasakannya saat menyentuh lantai. Gaya ini dapat dikaitkan dengan gangguan spektrum autistik jika juga disertai tanda/gejala yang autistik lainnya.
  • Dalam sejumlah kecil kasus, berjalan jinjit juga dapat diakibatkan oleh adanya penyebab yang mendasari seperti: anak mengalami kelainan bawaan (congenital talipes equinusvarus, CTEV/clubfoot), masalah neurologis (cerebral palsy, poliomyelitis), masalah otot (distorfi otot), dan idiopatik (kekakuan pada otot triceps surae/ kekakuan pada otot gastroknemius dan soleus).   

Moms, pada awal belajar jalan, si Kecil yang berjalan dengan mengandalkan tumpuan ujung jari kaki itu nyaman saja berjalan. Gaya jalan jinjit   tidak menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan pada anak. Dengan gaya ballerina-nya itu si Kecil juga tetap bisa berlari dan melompat tanpa masalah. 

Gaya jalan jinjit jika berlangsung hanya saat ia belajar jalan ini pun tidak mengakibatkan deformitas atau perubahan atau kelainan bentuk kaki. Namun, gaya jalan ini dapat menyebabkan pengencangan otot-otot di kakinya dan pemendekan tendon Achilles. Dengan demikian, jika anak terus menjadikan sebagai kebiasaan, ia akan makin kesulitan menapakkan seluruh kakinya ke lantai atau tanah. Jadi, bila jalan jinjit ini terus berlanjut hingga ia berusia di atas 24 bulan, coba konsultasikan ke dokter  ya Moms….

^IK