Anak bertubuh pendek, kerap  membuat orang tua gusar. Apakah si Kecil stunting? Belum tentu. Ada bedanya antara pendek karena stunting dan pendek bukan karena stunting. Deteksi dini bisa dilakukan untuk mencegah stunting dan mengoptimalkan tinggi badan si Kecil baik pada stunting maupun non stunting.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Jadi stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh pendek. Penderita stunting umumnya rentan terhadap penyakit, memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal, serta produktivitas rendah.

Nah, kalau dilihat dari keterangan di atas, pendek merupakan salah satu tanda dari stunting, tetapi tidak semua yang pendek berarti stunting, karena pendek juga ditemukan pada non-stunting. Karena itu, perlu dibedakan pendek karena stunting dan non-stunting.

Seorang anak dikategorikan pendek jika tinggi badan menurut usia mereka lebih dari minus dua standar deviasi media (<-2 SD), Standar Pertumbuhan Anak WHO.

Tubuh pendek merupakan salah satu masalah yang dialami balita di dunia, Moms, termasuk di Indonesia, dan angkanya cukup tinggi. Data Riset Kesehatan Nasional (RISKESDAS) 2018 menunjukkan bahwa 30,8% balita di Indonesia mengalami stunting.

Sebenarnya angka ini, lebih kecil dibandingkan data sebelumnya (RISKESDAS 2013), yang mencapai 37,2%. Angka yang masih cukup tinggi ini menempatkan Indonesia sebagai negara ke-5 dengan jumlah balita pendek terbanyak.

Penyebab postur pendek

Postur pendek si Kecil bisa disebabkan oleh banyak hal, Moms. Memang, salah satu faktor yang berkontribusi terhadap pertumbuhan yang terhambat adalah gizi yang tidak adekuat. Ini yang membuat anak mengalami stunting, Moms.  Namun, ada faktor lainnya mengapa anak yang non-stunting bertubuh pendek, yaitu:

Genetik

Bila orang tua bertubuh pendek, anak kemungkinan besar juga bertubuh pendek. Namun, dalam beberapa kasus seorang anak mungkin jauh lebih tinggi atau lebih pendek dari orang tua dan kerabat lainnya.

Defisiensi hormon pertumbuhan

Defisiensi hormon pertumbuhan (growth hormone deficiency) bisa menyebabkan anak miliki perawakan pendek yang tidak normal. Defisit hormon pertumbuhan dapat terjadi saat lahir (bawaan) atau berkembang kemudian (didapat).

Kelainan kromosom  seperti sindrom turner.

Sindrom turner disebabkan oleh kekurangan lengkap atau sebagian dari salah satu kromosom seks wanita. Hal ini menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat.

Gangguan hormon tiroid

Hormon tiroid merupakan hormon yang berperan penting dalam metabolisme tubuh. Kekurangan hormon ini dapat menimbulkan gangguan intelektual dan pertumbuhan pada anak.

Infeksi

Infeksi seperti diare dan penyakit lainnya yang disebabkan oleh cacing juga bisa mengakibatkan anak bertubuh pendek.

Dampak postur pendek

Memiliki tubuh pendek memiliki dampak kesehatan Moms. Pada jangka pendek, bisa meningkatkan kejadian kesakitan dan perkembangan kognitif, motorik serta verbal pada anak tidak optimal. 2 Sementara jangka panjang bisa mengakibatkan postur tubuh si Kecil tidak optimal saat dewasa, serta meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya.

Lantas, kapan harus memeriksakan si Kecil ke dokter?

Tubuh pendek tidak selalu stunting, Moms. Namun, Moms perlu berkonsultasi pada dokter jika Moms menemui gejala-gejala berikut:

  • Tinggi tubuh si Kecil di grafik pertumbuhan WHO <-2 SD
  • Si Kecil lebih pendek dibanding teman-teman seusianya
  • Perbaikan nutrisi sudah dilakukan. Moms memberikan zat gizi makronutrien yang terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak. Ini adalah nutrisi yang diperlukan dalam jumlah besar karena memberikan energi pada tubuh untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. Sementara vitamin dan mineral merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil agar berfungsi dengan baik.

Optimalkan tinggi badan anak

Agar tinggi badan si Kecil bisa dimaksimalkan, Moms perlu mengetahui cara menghitung tinggi badan si Kecil.

Tinggi badan ideal adalah rentang ukuran panjang tubuh yang normal sesuai usia dan jenis kelamin. Idealnya, pertambahan panjang badan dari lahir hingga usia 1 tahun adalah sekitar 25 cm. Sedangkan dari usia 1 tahun ke 2 tahun adalah sekitar 13 cm, dan usia 2 tahun ke usia 3 tahun adalah sekitar 9 cm. Pada usia 4 tahun hingga masa pubertas, pertambahan tinggi badan diharapkan mencapai 5 cm per tahun.

Untuk memastikan terjadi kenaikan tinggi badan, Moms perlu memantau pertumbuhannya secara berkala. Misalnya dengan rutin (sebulan sekali) mengukur tinggi badan si Kecil. Menggunakan aplikasi PrimaKu akan sangat membantu pemantauan pertumbuhan.

Moms juga bisa melakukan deteksi dini apabila Moms melihat ada gangguan. Moms tentu kenal dengan atlet sepakbola asal Argentina, Lionel Messi? Pada usia 11 tahun dia didiagnosa mengalami defisiensi hormon pertumbuhan dan segera mendapatkan pengobatab. Dengan mengetahui lebih dini, tentunya Moms bisa melakukan intervensi yang diperlukan sesuai saran dokter, misalnya  dengan mengubah pola hidup, obat-obatan dan merancang merancang masa depan si Kecil agar bisa mengeluarkan potensi yang ada dalam dirinya. Seperti halnya Lionel Messi dengan kondisi tubuhnya yang awal nya pendek, yang kemudian mendapatkan terapi, memilih menjadi atlet sepakbola andal.

Selain itu, Moms juga perlu mengetahui tinggi potensi si Kecil. Tinggi potensi genetic (TPG) adalah perkiraan tinggi akhir (tinggi dewasa) anak yang dihitung beradasarkan tinggi badan orang tua.

TPG anak laki-laki = ((TB Moms (cm) + 13 cm) + TB Dads (cm))/2 ± 8,5 cm

TPG anak perempuan = ((TB Dads (cm) – 13 cm) + TB Moms (cm))/2 ± 8,5 cm.

Misal: Si Kecil Moms berjenis kelamin laki-laki.

Tinggi Dads : 175 cm

Tinggi Moms : 160 cm

Maka, tinggi si Kecil diperkirakan antara 165,5 cm sampai dengan 182,5 cm.

Jadi Moms, bila saat ini tinggi badan si Kecil lebih pendek dari teman-teman sebayanya, tidak perlu khawatir karena bisa jadi faktor genetic. Nah, bagaimana kalau pendek ternyata bukan karena faktor genetic? Misalnya karena masalah gangguan hormone? Tentu harus mendapatkan perbaikan juga dari dokter.

Ciri anak stunting memang bertubuh pendek. Namun, postur pendek belum tentu stunting, Moms.  Masih terbuka peluang untuk melakukan perbaikan hingga si Kecil mencapai pertumbuhan yang optimal di masa pubertasnya.