Trauma kepala seperti terbentur, merupakan salah satu penyebab tersering anak dibawa ke dokter atau ke unit gawat darurat. Pada bayi dan anak bawah dua tahun itu bisa mengalami berisiko terbentur kepala sewaktu mulai belajar merangkak dan berjalan. 

Bagi Moms sebagai orang tua tentu kejadian itu akan membuat panik. Wajar, sih, karena benturan di kepala, apalagi cukup keras, dapat mengakibatkan memar atau luka berdarah di kulit kepala  maupun cedera di dalam kepala. 

Jika musibah benturan di kepala si Kecil ini terjadi, apa yang harus dilakukan? 

Hati-hati untuk bayi dan baduta

Luka di kulit kepala seringkali mengerikan bagi orangtua. Apalagi bila akibat benturan di kepala itu menimbulkan luka berdarah. Pembuluh darah di kulit kepala memang relatif lebih banyak dibandingkan kulit lainnya. Ini sebabnya luka di bagian ini bisa membuat darah  lebih banyak mengalir.

Melihat kepala si Kecil benjol atau terdapat darah yang mengalir biasanya membuat Moms berpikir jauh: “Jangan-jangan juga jadi gegar otak.”

Tak hanya itu. Moms mungkin juga jadi khawatir ke depannya trauma kepala itu bisa menetap dan mengganggu tumbuh kembang bayi Kecil Moms. 

Pada umumnya, benturan di kepala anak dapat pulih sepenuhnya dengan cepat. Namun, bila yang terbentur ini adalah si Kecil yang tergolong bayi atau anak di bawah umur dua tahun, maka Kekhawatiran Moms itu memang beralasan. 

Itu sebab jika memiliki bayi atau anak baduta memang orang tua perlu ekstra menjaga si Kecil-nya dari kemungkinan mengalami benturan kepala yang menimbulkan trauma. Hal ini karena: 

  • Pada si Kecil yang berusia baduta itu lebih sulit untuk pemeriksaan secara klinis
  • Kerusakan intrakranial pada si Kecil baduta ini umumnya asimtomatik atau berlangsung tanpa gejala. 
  • Kemungkinan benturan menimbulkan  keretakan tulang kepala lebih sering terjadi.
  • Benturan yag keras sehingga menimbulkan kerusakan otak juga lebih sering terjadi pada anak baduta.

Panik boleh, tapi jangan berlebihan 

Kepanikan yang berlebihan tidak akan menolong untuk menghadapi saat bayi atau anak baduta Moms yang mengalami benturan. Kepanikan juga membuat Moms tidak bisa mengambil langkah tepat dan segera untuk menolong si Kecil.

Moms perlu tetap tenang, karena dokter atau pihak rumah sakit itu sewaktu melakukan tindakan menolong si Kecil itu juga biasanya akan melakukan anamnesis, yaitu serangkaian pertanyaan yang diperlukan untuk memperjelas kondisi pasien. Pertanyaan ini seperti: 

  • Kapan, di mana dan bagaimana si Kecil terbentur?
  • Bagaimana posisi jatuhnya?
  • Bagian kepala mana yang terbentur? 
  • Apakah si Kecil menangis terbentur?
  • Apakah terdapat penurunan kesadaran? Jika iya, berapa lama terjadi penurunan kesadaran?
  • Apakah ada muntah-muntah, kejang, perdarahan/keluar cairan dari hidung, telinga atau mulut?
  • Adakah benjolan kepala setelah terbentur?

Pengobatan bayi terbentur 

Ketika bayi atau anak baduta terbentur, sebaiknya dibawa ke dokter atau rumah sakit terdekat. Apalagi timbul luka dan berdarah. Luka ini perlu dibersihkan dan diberikan perawatan luka. Bisa jadi pula dilakukan tindakan medis menjahit luka agar robekan dapat menutup dengan baik. 

Selain itu, mengingat bayi dan anak baduta ini relatif sulit diperiksa  dan memiliki risiko keretakan tulang lebih besar, maka kemungkinan si Kecil yang terbentur kepalanya ini akan dilakukan CT scan kepala. Pemindaian ini untuk memastikan ada tidaknya hal yang berbahaya, seperti misalnya perdarahan dalam kepala.

Lantas apakah semua bayi yang kepalanya terbentur perlu dilakukan pemeriksaan CT Scan? Di sini, dokter yang akan memutuskannya dengan dipertimbangkan besar kecilnya risiko yang terjadi pada si Kecil.

Berikut kategori risiko cidera kepala dan pertimbangannya: 

  • Risiko cedera kepala dapat dianggap rendah, bila: Jarak jatuh si Kecil itu tidak tinggi atau benturan tidak keras, tidak ada gejala gangguan saraf setelahnya, dan dalam observasi dua jam setelahnya tidak ada kelainan. 
  • Risiko cidera kepala sedang, bila: Kepala si Kecil terbentur keras, timbul mual dan muntah berulang (3-4 kali), terjadi gangguan kesadaran kurang dari 1 menit, adanya benjolan besar, dan si Kecil jadi rewel atau lemas. 
  • Risiko cidera kepala dianggap tinggi, bila: Si Kecil mengalami penurunan kesadaran, anak  menjadi gelisah, ada gejala kelainan saraf, didapatkan tulang yang tampak masuk ke dalam, kejang, terdapat garis retak atau patah tulang pada kepala, ubun-ubun membonjol, muntah lebih dari 5 kali atau lebih dari 6 jam, dan hilang kesadaran lebih dari 1 menit.

Bila si Kecil mengalami cidera kepala risiko rendah umumnya tidak perlu pemeriksaan CT scan. Namun untuk risiko cidera sedang dan tinggi, dianjurkan untuk diperiksa dengan CT scan. Tentunya ini pun dengan evaluasi dari dokter terlebih dahulu ya, Moms.  

^IK