Akhir-akhir ini muncul kondisi langka pada bayi yang menjadi topik perbincangan di media sosial, yaitu sindroma Moebius. 

Sindroma Moebius merupakan kondisi neurologis langka pada saraf kranial VI dan VII yang terjadi saat bayi lahir, dan memengaruhi otot yang mengontrol ekspresi wajah dan gerakan mata.

Peneliti memperkirakan jumlah bayi dengan kondisi ini ada 1 di antara 50.000 hingga 1 dari 500.000 bayi yang baru lahir. Kondisi bawaan yang disebabkan oleh disfungsi saraf kranial VI ini pertama kali dideskripsikan oleh Von Graefe pada 1880 dan Moebius pada 1888, seorang ahli saraf dari Jerman yang kemudian dijadikan nama Moebius syndrome ini. 

Ciri umum 

Kelemahan atau kelumpuhan otot-otot wajah adalah salah satu ciri paling umum dari Moebius syndrome, Moms. Hal ini menyebabkan pasien tidak mampu berekspresi dengan wajahnya; tidak bisa senyum, mengerutkan kening, atau mengangkat alis. Lemahnya otot ini juga menyebabkan munculnya masalah pada aktivitas makannya.

Orang yang terlahir dengan sindroma ini umumnya memiliki dagu kecil (micrognathia) dan mulut kecil (microstomia) dengan lidah pendek atau berbentuk tidak biasa. Langit-langit mulut juga bisa memiliki lubang, atau tinggi dan melengkung. Kelainan ini berkontribusi pada masalah bicara, dan gigi, termasuk hilangnya gigi dan tidak rata.

Penyebab sindroma Moebius tidak diketahui, meskipun ada pendapat yang mengatakan bahwa kelainan ini merupakan hasil dari kombinasi faktor lingkungan dan genetik. Para peneliti sedang mencoba mengidentifikasi dan menggambarkan gen spesifik yang terkait dengan kondisi ini. 

Sejauh ini ditemukan bahwa sindroma Moebius diasosiasikan dengan perubahan di kromosom 3, 10, atau 13 di beberapa keluarga. Obat-obatan tertentu, seperti kokain, yang dikonsumsi saat hamil dapat menjadi faktor risiko. Menurut para peneliti, sindroma Moebius dapat terjadi akibat perubahan aliran darah ke batang otak selama tahap awal perkembangan embrio. Namun, tidak jelas apa yang menyebabkan perubahan ini, juga mengapa secara khusus mengganggu perkembangan saraf kranial VI dan VII.

Kelumpuhan wajah

Gejala lain yang dapat muncul adalah gangguan makan, menelan, dan rentan tersedak. Kesulitan mendongakkan kepala ke belakang untuk menelan, juga membuat mata sensitif karena tidak dapat menyipitkan mata, bahkan mata tetap terbuka ketika tidur. Selain itu, ada keterlambatan perkembangan motorik pada anak, seperti merangkak, disebabkan oleh lemahnya tubuh bagian atas. 

Sindroma Moebius dapat ditangani ahli medis dari berbagai spesialis, seperti spesialis anak, saraf, mata, gigi, bedah plastik, dan terapi bicara. Prosedur korektif untuk kelumpuhan wajah melibatkan pemindahan otot dan/atau pencangkokan saraf dari area lain pada wajah atau tubuh.