Moms masih ragu-ragu membawa si Kecil untuk melakukan vaksinasi COVID? Jangan, dong, Moms. Vaksinasi penting untuk melindungi anak dari COVID 19, dan tentunya demi kelancaran proses belajar tatap muka, Moms.  

Untuk menjadi bahan pertimbangan dan menyakinkan Moms membawa si Kecil untuk vaksin COVID 19, coba simak penjelasan di bawah ini.

Untuk perlindungan anak

Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI, dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) menyambut baik vaksinasi COVID bagi anak-anak usia 6 – 11 tahun. Ia menyebutkan beberapa alasan anak usia 6 – 11 tahun pun perlu melakukan vaksinasi COVID: 

  • Rekomendasi terbaru ini dikeluarkan karena anak juga dapat tertular dan atau menularkan virus corona dari dan ke orang dewasa di sekitarnya, walau tanpa gejala. Orang dewasa ini seperti orangtua sendiri, orang lain yang tinggal serumah, orang yang datang ke rumah,  atau guru di sekolah pada pembelajaran tatap muka. Di antara anak dengan teman-temannya juga bisa saling menularkan infeksi virus.
  • Selain itu, sejumlah laporan dari hasil pembelajaran tatap muka dari beberapa negara dunia menyatakan adanya peningkatan kasus rawat inap pasien anak dengan COVID-19. Nah, jangan sampai anak-anak Indonesia yang baru memulai pembelajaran tatap muka akan mengalami kasus yang sama. 

Di Indonesia sendiri, Data Satuan Tugas COVID-19 Nasional per 1 November 2021 menunjukkan bahwa proporsi kasus anak terinfeksi COVID-19 telah mencapai 13 persen. 

Rekomendasi IDAI soal vaksinasi anak 6 – 11 tahun

IDAI telah mengeluarkan rekomendasi pembaruan terkait vaksinasi Covid-19 (Coronavac) bagi anak-anak. Berikut adalah rekomendasi pemberian imunisasi COVID-19 Coronavac produksi Sinovac untuk anak usia 6-11 tahun:

  1. Vaksin diberikan secara intramuskular dengan dosis 3ug (0,5 ml). Vaksin ini diberikan sebanyak dua kali dengan jarak waktu empat minggu antara dosis pertama ke dosis kedua. 
  2. Vaksin tidak direkomendasikan bagi anak yang memiliki atau mengalami kontraindikasi. Kontraindikasi yang dimaksud adalah: 
  • Defisiensi imun primer. 
  • Penyakit autoimun tidak terkontrol. 
  • Penyakit Sindrom Gullian Barre. 
  • Mengalami mielitis transversa, yakni peradangan pada satu bagian saraf tulang belakang.
  • Penyakit acute demyelinating encephalomyelitis, yaitu salah satu penyakit demielinasi inflamasi idiopatik pada susunan saraf pusat (SSP) yang diperantarai oleh sistem imun.
  • Mengidap kanker dan sedang menjalani kemoterapi atau radioterapi. 
  • Sedang mendapat pengobatan imunosupresan atau sitostatika berat. 
  • Sedang mengalami demam  37,50 celcius atau lebih. 
  • Baru sembuh dari COVID-19 kurang dari 3 bulan. 
  • Pascaimunisasi lain kurang dari 1 bulan. 
  • Anak atau remaja sedang hamil. 
  • Memiliki hipertensi dan diabetes melitus. 
  • Mengidap penyakit-penyakit kronik atau kelainan kongenital yang tidak terkendali.

Catatan:  untuk anak dengan kanker yang dalam fase pemeliharaan, atau sedang mengidap penyakit kronis atau autoimun namun terkontrol dapat mengikuti panduan imunisasi umum dengan berkonsultasi ke dokter penanggung jawab pasien terlebih dahulu. 

Tetap melakukan prokes

IDAI mengimbau orang tua untuk segera membawa anak melakukan vaksinasi COVID 19. Dokter Piprim mengatakan, dari sejumlah studi, efek samping dari vaksinasi itu lebih ringan dialami anak-anak ketimbang orang dewasa. Hebatnya, efektivitas vaksin ini lebih tinggi didapatkan bagi anak-anak dari pada orang dewasa. 

Meski vaksinasi mulai dijalanka, IDAI tetap mengingatkan  orang tua agar anak-anak tetap menjalankan protokol kesehatan untuk terhindar dari infeksi COVID 19. Semua anak tetap memakai masker dengan benar sebelum dan sesudah vaksinasi, menjaga jarak dan tidak berkerumun, serta tidak bepergian bila tidak penting. 

Baca Juga :Penelitian Ungkapkan Manfaat Lain Vaksin COVID-19 pada Wanita Hamil