Tahukah Moms, penyakit kecacingan atau cacingan termasuk dalam 11 dari 20 jenis penyakit terabaikan atau Neglected Tropical Disease (NTD) yang terdapat di Indonesia. Padahal lebih dari 1,5 miliar orang atau 24% dari populasi dunia, terinfeksi cacing tanah di seluruh dunia. Infeksi tersebar luas di daerah tropis dan subtropik. Dengan Indonesia salah satunya. 

Penyakit ini memang jarang mematikan. Tapi, cacingan bisa memengaruhi status gizi seorang anak. Padahal, gizi menjadi modal bagi si Kecil untuk tumbuh dan berkembang menjadi  sumber daya manusia yang berkualitas.

Jadi, sebagai orang tua, Moms memang perlu melakukan langkah pengobatan dan pencegahan agar si Kecil tidak terdampak dari kecacingan.

Cacingan vs gizi dan kecerdasan anak

Dampak yang  cenderung tanpa gejala menyebabkan penyakit kecacingan ini sering diabaikan. Padahal, kerugian yang ditimbulkan akibat kecacingan pada status gizi itu sangat besar, terutama bagi seorang anak. Kok bisa? Ini sebabnya: 

  • Cacing memakan jaringan manusia, termasuk sel darah, yang menyebabkan hilangnya besi dan protein secara terus menerus. 
  • Cacing meningkatkan malabsorpsi atau gangguan penyerapan berbagai nutrisi penting di dalam usus. 
  • Bila si Kecil terkena cacing gelang (Ascaris lumbricoides), ia mungkin dapat mengalami gangguan penyerapan vitamin A dalam usus. 
  • Beberapa jenis cacing tanah juga menyebabkan hilangnya nafsu makan, penurunan asupan gizi dan kebugaran fisik anak. 
  • Secara khusus, cacing cambuk (Trichuris trichiura) dapat menyebabkan diare dan disentri. Ini bisa berbahaya bagi si Kecil.
  • Dan, bila si Kecil terkena cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale), ia dapat  mengalami kehilangan darah usus kronis yang dapat mengakibatkan anemia. 

Penurunan penyerapan protein dan kalori dan kehilangan darah itu bisa menjadikan si Kecil mengalami anemia, mudah mengantuk, lelah, letih dan malas belajar. Yang akhirnya juga menurunkan IQ, prestasi dan produktivitas anak. Sayang sekali kan….

Mencegah lebih baik

Untuk penyakit kecacingan ini Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan dilakukan pengobatan secara periodik dengan obat cacing, tanpa harus didiagnosis sebelumnya terkena atau tidak penyakit ini. Pengobatan setidaknya diberikan sekali setahun. WHO merekomendasikan obat cacing anthelminthic, yaitu albendazole (400 mg) dan mebendazole (500 mg). 

Bagaimana dengan balita? Menurut IDAI, pemberian obat cacing dapat dimulai sejak anak usia 2 tahun. Hal ini, disebabkan karena pada usia 2 tahun sudah terjadi adanya kontak si Kecil dengan tanah yang merupakan sumber penularan infeksi cacing. Ini bisa dikatakan juga sebagai langkah pencegahan.  Pemberian obat cacing dapat diulang setiap 6 bulan sekali. Terutama bila lingkungan Moms tinggal itu rawan sebagai endemis penyakit kecacingan. 

Selain pemberian obat cacing, Moms dan keluarga pun perlu menerapkan kebiasaan hidup yang sehat ini mencegah penyakit kecacingan, antara lain:

  • Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
  • Mencuci tangan dengan sabun setelah BAB
  • Menggunting kuku seminggu sekali
  • Menggunakan alas kaki setiap kali keluar rumah 
  • Mencuci buah dan sayur sebelum dikonsumsi 
  • Selalu membersihkan tangan dan kaki dengan sabun setiap kali si Kecil selesai bermain atau bercengkrama dengan tanah
  • Merebus air sebelum diminum
  • Menjaga kebersihan makanan dengan selalu menutup makanan

^IK