Moms selalu merasa uang yang ada nyaris selalu habis atau bahkan minus. Moms  tidak sendirian. Banyak rumah tangga di Indonesia kesulitan dalam mengelola keuangan keluarga. 

Penyebab utama hancurnya pengelolan keuangan keluarga itu biasanya akibat Moms tidak memiliki anggaran alias bujet keluarga. Pemasukan keuangan yang didapatkan dibiarkan mengalir seperti air untuk berbagai keperluan. 

Jangankan tabungan, Moms. Uang belanja bisa cukup sampai akhir bulan saja, alias zero saja itu sudah bagus ya, Moms. Karena sering kali minus atau defisit. Padahal tabungan sangat penting untuk membantu Mom dan keluarga pada masa kondisi darurat, misalnya saat menghadapi pandemi COVID-19 ini.  

Selain memungkinkan Moms memiliki tabungan keluarga, membuat anggaran keuangan juga memberikan manfaat lainnya, antara lain: 

  • Moms akan mengetahui seberapa banyak uang yang masuk dalam keuangan keluarga,  dan seberapa banyak pula yang keluar.  Sehingga, berdasarkan prioritas, Moms juga dapat  memutuskan seberapa banyak yang ingin dibelanjakan dengan biaya fleksibel.
  • Moms memiliki road map yang mengarahkan untuk mencapai tujuan keuangan jangka pendek dan jangka panjang keuangan keluarga. Setelah menganggarkan biaya hidup sehari-hari, Moms akan menemukan uang untuk tujuan lain, seperti menabung dan membayar cicilan atau kredit.
  • Moms memahami pos-pos dari pendapatan dan pengeluaran. Dengan demikian, Moms akan terhindar dari penyakit di akhir bulan, yaitu: kehabisan uang dan pusing karena kebingungan uang habis ini dipakai untuk keperluan apa saja. 

Jenis metode penganggaran

“Baiklah, saya ingin membuat anggaran keuangan keluarga. Tapi, anggaran keluarga seperti apa yang bisa saya ikuti. Saya tidak pernah mendapatkan pelajaran tentang akuntasi dan keuangan,” keluh Moms Raisa. 

Jangan menyerah dulu. Bujet keuangan keluarga itu berbeda dengan anggaran keuangan perusahaan. Anggaran keuangan keluarga itu dibuat sederhana saja. Tidak perlu rumit. Dan, tidak perlu Moms harus menguasai dasar-dasar ilmu keuangan atau akuntansi.

Berbicara tentang cara penganggaran atau budgeting, ada beberapa opsi metode popular:

  • Metode 50/30/20 

Dikembangkan oleh Senator Elizabeth Warren, metode penganggaran ini mengalokasikan 50% dari pendapatan untuk membiayai kebutuhan hidup, 30% untuk membiayai keinginan, dan 20% untuk membangun tabungan dan membayar utang.

  • Budgeting berbasis nol

Dengan penganggaran berbasis nol, Moms mengalokasikan semua pendapatan keluarga. Dengan demikian, jika pendapatan dikurangi pengeluaran keluarga, maka hasilnya sama dengan nol. Setiap rupiah  yang masuk memiliki fungsi.

  • Metode amplop

Dipopulerkan oleh Dave Ramsey. Metode ini menggunakan uang tunai dalam amplop untuk mengontrol pengeluaran. Setiap kategori pengeluaran memiliki uang tunai yang dimasukkan ke dalam amplop, dan diberi nama. Batasan pengeluaran Moms adalah sebatas uang di amplop itu. Dan begitu uangnya habis, Moms harus berhenti berbelanja.

  • Penganggaran fleksibel 

Dengan bujet fleksibel, Moma mengalokasikan kembali pendapatan dan pengeluaran pada setiap saat yang berubah. Ini memungkinkan lebih banyak fleksibilitas, tetapi membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengelola keuangan.

  • Penganggaran statis 

Seperti namanya, anggaran statis maksudnya adalah Moms tetap memberikan bujet pengeluaran yang sama, meskipun penghasilan Moms dan Dads meningkat, misalnya sewaktu mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) atau bonus akhir tahun.

  • Metode 80/20 

Moms fokus untuk menyisihkan 20% dari penghasilan keluarga untuk ditabung. Segala sesuatu untuk keperluan lainnya  berasal dari 80% sisanya.

Jadi, sebelum memulai menganggarkan keuangan keluarga, cobalah ketahui metode budgeting yang sesuai untuk keuangan keluarga Moms. Bila sudah memilih, cobalah konsisten untuk mentaatinya ya, Moms.

Baca Juga :9 Kiat Berhemat di Saat Keuangan Pas-pasan