Bila Moms tonton lagi film Indonesia di era tahun 80-an, Moms  bisa melihat para artis tampil percaya diri dengan bulu ketiaknya. Baju tanktop atau memakai baju renang tak masalah bila rambut ketiak ini menyembulkan diri. 

Di zaman now, sepertinya ‘memelihara’ bulu ketika bukan pilihan para wanita. Rasa risi dan malu jika rambut ini terselip mungkin menjadi pertimbangan. “Apalagi sewaktu berenang. Duhh, jaman sampai deh, jatuh pede karena bulu ketiak ini keliatan,” salah satu alasan Moms. 

Beberapa Moms pun mengeluhkan bahwa bila bulu ketiaknya tidak dihilangkan, maka ketiaknya jadi bau. Benarkah? Dan, sebenarnya perlukah bulu ketiak ini dihilangkan? Coba Moms simak lewat tanya jawab di bawah ini: 

Tanpa bulu, ketiak lebih sehat?

Faktanya: salah. Ternyata Moms, seperti halnya mencukur atau memotong rambut tubuh, urusan menghilangkan rambut ini di area ketiak ini lebih cenderung merupakan preferensi estetika. Sama hal, seperti laki-laki  seperti menumbuhkan kumis atau jenggot.

Meski banyak wanita memilih menghilangkan bulu ketiak, ternyata  tidak ada manfaat kesehatan untuk mencukur bulu di lengan Moms. Jika boleh jujur ini semata-mata lebih membuat Moms merasa percaya diri saat lengan terangkat. Tampilan lengan mulus, itu lebih jadi idaman. 

Bulu ketiak jadi lebih tebal jika dicukur?

Jawabnya: salah. Itu hanya mitos. Bulu ketiak tidak akan tumbuh kembali lebih tebal dan lebat setelah dicukur. Warna, kekasaran, dan kecepatan pertumbuhan bulu  ini tidak terpengaruh oleh pencukuran.

Tapi, kok, bulu ketiak baru ini jadi terasa kasar? Mungkin saja terasa lebih kasar. Bukan karena tumbuhnnya lebih tebal, tapi karena mencukur itu membuat bulu tumbuh menjadi lurus dan tumpul. Inilah yang mungkin membuat area lengan dalam ini terasa lebih bergesekan. 

Yang bisa menjadi penyebab perubahan ketebalan rambut/bulu di tubuh, termasuk di area ketiak, itu adalah perubahan hormonal yang intens. Ini misalnya masa pubertas atau kehamilan.

Bulu ketiak jadi penyebab ketiak basah?

Jawab: bisa jadi. Sebagian besar rambut atau bulu itu berpori, artinya mampu menyerap dan menahan keringat. Tapi ini tergantung pada tingkat ‘kerimbunan’ bulu ketikak. Jika bulu ketiak Moms cukup rimbun, area ini lebih mudah merasa kepanasan dan berkeringat, terutama jika saat beraktivitas di luar ruang pada siang hari. Nah, inilah yang membuat ketiak Moms lebih mudah basah oleh keringat.

Bulu ketiak bikin bau badan?

Jawab: bisa jadi. Setiap badan manusia itu sebenarnya mengeluarkan bau atau aroma tertentu. Namun, bau ini menjadi asam ketika bakteri di kulit Moms itu memecah keringat ketiak menjadi asam. 

Jenis bakteri Staphylococcus hominis adalah bakteri yang berkembang biak di ketiak  dan dapat memecah molekul keringat menjadi thioalcohol, senyawa yang baunya sangat tajam. Selain itu, bau badan juga bisa disebabkan oleh kontaminasi bakteri jenis Corynebacteria. 

Jadi, selama Moms menjaga kebersihan tubuh, khususnya di area ketiak, maka bakteri pembuat ketiak berbau tajam ini tidak akan mampir. 

Bagaimana bila tetap bau? Dicukur saja? Moms, ada pilihan selain mencukur  yang dapat digunakan untuk mengurangi keringat ketiak, seperti antiperspiran dan deodoran, dan perubahan pola makan tertentu, seperti minum lebih banyak air dan membatasi alkohol dan kafein.

Bulu ketiak memberi daya tarik seksual?

Jawab: bisa jadi. Hal ini karena ketiak mengeluarkan bau yang mengandung feromon, bahan kimia alami yang berperan dalam daya tarik seksual. Dengan membiarkan bulu ketiak tetap utuh, Moms membantu menjebak bau, karena kelembapan (keringat) menempel pada rambut. Hal ini membuat feromon lebih kuat.

Sebuah penelitian pada tahun 2018 yang melibatkan 96 pasangan heteroseksual menemukan bahwa ada manfaat menghilangkan stres dengan mencium aroma alami seseorang. 

Namun, lagi-lagi tetap jaga kebersihan area ketiak ya Moms…. Agar keringat tidak malah berakhir menjebak bakteri pembuat bau ketiak. Sehingga, akhirnya justru membuat Dads malah ‘ogah’ mendekati Moms. 

^IK