Jawabannya memang bisa terjadi, Moms. Kondisi itu dinamakan sindrom ASI kurang. Tapi….. itu jarang terjadi. Sindrom  ASI kurang itu hanya terjadi pada 5% pada ibu menyusui. Berarti 95% Moms menyusui lainnya bisa memenuhi kecukupan gizi anaknya melalui ASI. 

Meski kejadiannya hanya sedikit. Tak ada salahnya Moms mengetahui penyebab sindrom ASI kurang agar tidak sampai terjadi kepada Moms dan si Kecil. Atau, jika kondisinya terjadi, Moms segera bisa mengonsultasikan kepada klinik laktasi atau dokter anak untuk memenuhi kecukupan ASI. 

Tanda-tanda ASI kurang

Moms perlu mengenali tanda-tanda si Kecil mengalami sindrom ASI kurang. Di bawah ini beberapa tanda yang menunjukkan gejala yang perlu Moms waspadai. Jika ini terjadi, segera konsultasikan ke klinik laktasi atau dokter anak:  

  • Urine si Kecil berwarna merah bata pada popok setelah hari ke-5 kelahirannya.
  • Buang air kecil lebih dari 6 kali dalam 24 jam setelah hari ke-5 kelahirannya
  • Mekonium masih keluar setelah usia 5 hari
  • Kehilangan berat badan sebesar 7% atau lebih dalam 72 jam pertama, atau berat badan belum kembali ke berat lahir pada hari ke 7 sampai 10.

Penyebab sindrom ASI kurang

Ada beberapa penyebab si Kecil bisa mengalami kekurangan ASI. Penyebab ini bisa jadi dari sisi bayi atau Moms sendiri, yaitu: 

Dari anak sebagai penyebab: 

  • Bayi prematur
  • Bayi berat lahir rendah (BBLR)
  • Bayi sakit kelainan anatomis rongga mulut seperti ankiloglosia, mikrognatia, dan sumbing
  • Bayi dengan infeksi berat
  • Bayi dengan gangguan pernafasan seperti asfiksia
  • Bayi memiliki penyakit jantung bawaan.

Dari Moms sebagai penyebab: 

  • Terjadi kelainan anatomis payudara, seperti hipoplasia payudara. Pada hipoplasia payudara ini payudara tidak berkembang dengan sempurna, yang mengakibatkan kelenjar penghasil susu pada payudara sedikit atau tidak ada sama sekali. Hipoplasia payudara ini kebanyakan tidak diketahui penyebabnya. 
  • Moms menjalani radiasi pada kanker payudara dan/atau operasi pada payudara. Pada saat terapi radiasi Moms tidak disarankan menyusui, karena pengaruh radiasi. Sedangkan pada operasi payudara tergantung pada pengangkatan payudara ini, apakah pengangkatan sebagian atau keseluruhan payudara dan kemampuan Moms sendiri. Namun jika Moms menyusui setelah luka operasi sembuh dan Moms tidak menjalani terapi kanker lainnya, maka boleh saja menyusui. Tentunya setelah mendapatkan pertimbangan dokter. 
  • Pengaruh dari proses menyusui yang tidak benar, misalnya engorgement (bengkak) pada payudara. Akibat dari engorgement adalah pengeluaran zat penghambat kimiawi yang akan menekan produksi ASI.
  • Moms yang terpisah dari bayinya, misalnya karena Moms yang sibuk  bekerja dan sering bepergian sehingga tidak memungkinkan untuk memerah ASI. 
  • Moms mengalami sakit dan dirawat di rumah sakit hingga beberapa hari atau minggu. Ini akan menyebabkan frekuensi menyusui berkurang, pengosongan payudara juga berkurang dan berakibat produksi ASI turut berkurang. 
  • Puting Moms lecet. Penyebabnya bukan karena gigitan si Kecil ya Moms. Ini  seringkali disebabkan karena pelekatan bayi pada payudara Moms yang salah. Ibu yang mengalami puting lecet akan kesakitan sehingga frekuensi menyusui akan berkurang. Akibatnya masih banyak ASI yang tersisa (residu). Selanjutnya, itu  membuat produksi ASI akan berkurang. Rasa sakit yang Moms alami itu sendiri juga menekan keluarnya hormon prolaktin sehingga akan menurunkan produksi ASI. 

Bisa diatasi

Sindrom ASI kurang bisa diatasi bahkan dicegah jika  tanda-tanda kekurangannya  dapat dikenali secara dini dan penyebabnya diketahui. Malah,  sebagian besar dapat diatasi dengan Moms membetulkan pelekatan bayi pada puting payudara  dan posisi menyusu bayi.

Selain itu Moms, cobalah hindarkan penggunaan dot/ kempeng. Karena ini akan menyebabkan bayi Moms mengalami bingung puting serta menyebabkan pelekatan yang salah. Jika ini terjadi terjadi selain bisa terjadi sindrom ASI kurang, Moms pun bisa merasa kesakitan saat menyusui si Kecil. Rugi banget kan…

^IK