Pada sebagian besar keluarga di Indonesia, ada tradisi mencukur rambut bayi saat memasuki usia 40 hari. Namun kerap muncul pertanyaan, haruskah rambutnya dicukur hingga botak? Memang tak ada keharusan untuk mencukur rambut bayi hingga botak. Tapi, patut diketahui bahwa rambut pertama bayi yang helainya sangat halus ini, biasanya akan rontok dengan sendirinya sampai dengan 12 minggu. Rambut halus yang disebut velus ini, mulai terbentuk sejak janin berusia 8 minggu di dalam kandungan dan terus berkembang sampai ia lahir.

Jadi Bunda, bila tidak dicukur pun rambut halus bayi ini akan rontok. Namun, ternyata mencukur rambut halus banyak memberikan manfaat bagi kesehatan bayi.

1. Membersihkan kepala bayi dari lemak.

Saat baru lahir, banyak sisa-sisa lemak dan “kotoran” rahim ibu menempel pada seluruh tubuh bayi. Termasuk pada bagian kepala bayi. Dengan mencukur rambut bayi, sisa-sisa lemak tersebut diharapkan ikut terangkat.

2. Mudah mengetahui bila ada masalah pada kulit kepala bayi

Pada bayi yang mengalami gangguan seperti, dermatitis seboroid yang menyerupai kerak yang tebal di kulit kepala, maka mencukur rambut menjadi “wajib” agar perawatannya lebih mudah.

3. Membuat nyaman kulit kepala bayi.

Mencukur rambut menjadikan bayi tidak terlalu kegerahan terutama bagi yang tinggal di daerah tropis.

Hal lain yang patut diperhatikan pula, adanya anggapan bahwa mencukur rambut saat bayi akan menjadikan rambut lebih tebal dan indah nantinya. Ternyata, anggapan itu hanyalah mitos. Sesungguhnya rambut yang tebal atau lebat berkaitan dengan genetik, perawatan yang dilakukan dan gizi yang dikonsumsi. Jadi bukan karena saat bayi rambutnya dibotakin.