Gangguan menstruasi bisa terjadi pada setiap fase kehidupan wanita, dari remaja hingga usia lanjut. Gangguan ini bisa berupa siklus menstruasi yang tidak teratur, darah keluar terlalu banyak atau sedikit, dan bahkan tidak menstruasi sama sekali.

Menstruasi adalah kondisi luruhnya lapisan dinding rahim yang dipersiapkan untuk kehamilan. Gangguan menstruasi terjadi bila ada kelainan pada siklus menstruasi.

Menurut Dr. dr. Kanadi Sumapraja, Sp.Og(K), MSc, dari RSU Bunda Jakarta, gangguan menstruasi dialami oleh sebagian wanita ini tidak bisa diabaikan karena selain menimbulkan ketidaknyaman,  juga bisa menimbulkan masalah pada organ reproduksi.

Gangguan menstruasi sangat terkait dengan siklus menstruasi. Karena itu, setiap wanita penting untuk mengetahui siklus menstruasinya. Menurut dr. Kanadi, haid diangggap normal apabila frekuensinya ≥24 atau ≤38 hari sekali, dengan durasi ≤8 hari, dan variasi antara siklus terpendek dan terpanjang sekitar 7-9 hari.

Gangguan menstruasi bisa terjadi pada setiap kelompok usia. Pada fase awal (usia 8-14 tahun) bisa disebabkan karena pubertas yang terlalu cepat, pubertas yang terlambat, haid tidak beraturan dan nyeri menstruasi atau dismenorea primer.

Sedangkan pada fase tengah atau usia subur (14-40 tahun), wanita mengalami menstruasi, hamil dan menyusui. Gangguan menstruasi biasanya berupa nyeri haid sekunder, haid terlambat dan haid yang banyak.

Nyeri menstruasi sekunder atau dismenorea sekunder terjadi setelah sebelumnya mengalami masa menstruasi yang tidak nyeri. Biasanya nyeri haid memberat seiring bertambahnya usia.

“Dismenorea sekunder disebabkan oleh kondisi medis yang lain, paling sering adalah karena endometriosis,” kata dr. Kanadi. Endometriosis adalah kondisi dimana jaringan mirip lapisan endometrium tertanam di luar rahim. Endometriosis merupakan penyakit radang kronik yang bersifat progresif.

Haid terlambat pada wanita usia subur disebut amenorea sekunder. Gejalanya adalah tidak mengalami menstruasi sepanjang 3 siklus menstruasi. Atau sudah tidak menstruasi selama 6 bulan.

“Amenorea sekunder terjadi karena masalah di pusat pengendali haid di otak, masalah komunikasi antara otak dan dan indung telur, masalah di indung telur dan masalah akibat keluarnya hormon menyusui,” jelas dr. Karnadi.

Gangguan lainnya adalah haid banyak atau perdarahan rahim abnormal. Hal ini terjadi karena kelainan struktur seperti polip, adenomyosis, leiomyoma dan malignancy. Sedangkan faktor non structural penyebab haid yang deras adalah coagulopathy, ovulatory dysfunction, endometrial, Iatrogenic dan lainnya.

Sementara pada usia lanjut (40-50 tahun) masalah menstruasi  bisa terjadi karena estrogen yang dominan sehingga menyebabkan terganggunya pola siklus menstruasi dan perdarahan rahim abnormal. Selain itu hormon estrogen yang dominan berisiko kanker payudara dan kanker endometrium.

Bila yang terjadi sebaliknya, yaitu hormon estrogen rendah akan terjadi gangguan pola siklus menstruasi dan haid menjadi jarang dan jumlahnya sedikit.

“Kadar estrogen yang rendah mengakibatkan ketidaknyamanan pada wanita, seperti nyeri saat berhubungan intim, hot flashes, perubahan suasana hati yang estrem, rambut rontok dan masalah berat badan adalah beberapa gejala atau tanda kadar estrogen yang rendah,” jelas dr. Kanadi.

Bagi wanita yang menginginkan memiliki keturunan, gangguan menstruasi sebaiknya segera diatasi dengan berkonsultasi pada dokter, karena ada hubungan yang erat antara gangguan tersebut dengan kesuburan.