Beberapa hari lalu kita kehilangan salah satu pahlawan bulu tangkis yang pernah meraih medali emas Olimpiade 2008, Markis Kido. Berdasarkan informasi dari Yuni Kartika yang disampaikan lewat media, Markis Kido meninggal saat sedang bermain bulutangkis di Tangerang. 

Mengutip dari laman mayoclinic, kematian mendadak pada orang muda seringkali disebabkan karena kelainan jantung, dan terjadi saat melakukan aktivitas fisik, seperti berolahraga. Dan faktanya, kematian mendadak lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. 

Penyebab Henti Jantung

Henti jantung adalah penyebab utama kematian pada mereka yang aktif berolahraga, terutama atlet. Kemungkinan 1 dari setiap 50.000 kematian akibat henti jantung setiap tahun, terjadi pada atlet. 

Berikut ini beberapa penyebab spesifik kematian jantung mendadak pada orang muda: 

Kardiomiopati hipertrofik (HCM)

Kondisi ini ditandai dengan menebalnya dinding otot jantung. Otot yang menebal dapat mengganggu sistem kelistrikan jantung, menyebabkan jantung berdetak dengan cepat atau atau tidak teratur (aritmia), sehingga bisa mengakibatkan jantung berhenti mendadak. 

Kardiomiopati hipertrofik, adalah penyebab paling umum kematian mendadak terkait jantung pada orang di bawah 30 tahun, terutama pada atlet. Sayangnya, HCM sering kali tidak terdeteksi.

Kelainan arteri koroner

Ada sejumlah orang terlahir dengan arteri jantung (arteri koroner) yang terhubung secara tidak normal. Arteri dapat menjadi terkompresi selama berolarahga dan tidak memberikan aliran darah yang tepat ke jantung.

Sindrom gangguan ritme jantung

Gangguan ini dapat menyebabkan detak jantung yang cepat dan kacau, sehingga sering kali berakibat pingsan. Orang muda dengan sindrom ini memiliki peningkatan risiko kematian mendadak.

Selain ketiga penyebab di atas, kematian jantung mendadak pada orang muda juga bisa karena penyakit jantung bawaan dan kelainan otot jantung. 

Sering kali kematian mendadak terjadi tanpa peringatan, namun ada indikasi yang bisa menjadi perhatian, yaitu: 

Pingsan 

Jika seringkali pingsan  saat melakukan aktivitas fisik, bisa jadi itu pertanda ada masalah dengan jantung.

Riwayat keluarga 

Tanda peringatan utama lainnya adalah riwayat keluarga dengan kematian jantung mendadak sebelum usia 50. Jika ini terjadi di keluarga Moms, bicarakan pada dokter tentang pilihan untuk melakukan skrining.

Sesak napas atau nyeri dada dapat mengindikasikan adanya risiko kematian jantung mendadak. Gejala ini juga bisa menunjukkan adanya masalah kesehatan lain seperti asma.

Bisakah dicegah? 

Jika terdeteksi sejak awal, kematian jantung mendadak terkadang bisa dicegah. Jika seorang pasien berisiko tinggi mengalami henti jantung mendadak, dokter akan menyarankan untuk menghindari olahraga kompetitif. Selain itu, langkah perawatan medis atau bedah juga bisa diambil oleh dokter untuk mengurangi risiko kematian mendadak. 

Pilihan lain untuk kasus kardiomipati hipertrofik adalah implant cardioverter-defibrillator (ICD), sebuah alat bentuknya seperti radio panggil (pager) yang ditanam di dada. Fungsinya seperti alat pacu jantung  yang memantau detak jantung. Jika aritmia yang mengancam jiwa terjadi, ICD akan memberikan kejutan listrik untuk mengembalikan irama jantung yang normal. 

Apakah harus berhenti olahraga? 

Jika memiliki risiko kematian jantung mendadak, sebaiknya bicarakan pada dokter tentang olahraga yang ingin atau akan dilakukan, apakah boleh berpartisipasi atau tidak. Untuk beberapa gangguan seperti kardiomiopati hipertrofik, sering disarankan agar menghindari olahraga kompetitif seperti sepak bola, bulu tangkis, dan lainnya, serta harus menghindari olahraga benturan.