Rasa takut adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari masa kanak-kanak. Mulai dari takut pada badut, takut ditinggal sendiri, takut pada monster di dalam lemari, suara petir, hingga orang yang baru ditemuinya. Ketakutan adalah perasaan normal bagi anak-anak, Moms, karena merupakan emosi yang dapat membantu anak berhati-hati. Hal-hal yang baru, besar, bising, atau berbeda dapat menakutkan pada awalnya. Inilah peran Moms sebagai orangtua untuk membuat Si Kecil merasa aman dan nyaman.

Ketika anak masih kecil, respons pertama Moms atas ketakutannya adalah menenangkan dan menghiburnya dengan cara memeluk seraya mengatakan bahwa ia aman karena Moms selalu bersama dan melindunginya. 

Namun, ketika anak mulai besar, Moms sebaiknya mengajari anak untuk mengelola rasa takutnya tanpa campur tangan Moms dan orang dewasa lainnya. Hal ini akan membantunya membangun kepercayaan diri, membuatnya mandiri, dan mengontrol rasa takutnya hingga ia dewasa. Cobalah ajarkan anak menaklukkan rasa takutnya dengan cara ini: 

Pengaturan diri sendiri (self-regulation) 

Kunci agar si Kecil dapat menaklukan rasa takutnya adalah pengaturan diri. Mengatur diri sendiri adalah kemampuan untuk memproses dan mengelola emosi dan perilaku dengan cara yang sehat. Inilah kunci dari kemampuan untuk menenangkan diri ketika menghadapi kondisi tertentu, atau merasakan sesuatu tanpa menunjukkannya. Orang dewasa terbiasa melakukan hal ini. Misalnya, si Kecil takut pada kegelapan, Moms dapat meyakinkan bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan di dalam ruangan gelap. Mengajarkan pengaturan diri kepada anak tidak mudah, Moms, karena kesadaran ini harus muncul dalam dirinya. 

Validasi dan move on

Menurut Elianna Platt dari Child Mind Institute, ketakutan adalah hal yang normal, dan merupakan bagian dari pertumbuhan. Moms dapat membicarakan secara spesifik apa yang ditakuti si Kecil, misal di ruang gelap, apa yang membuat ruang gelap menakutkan baginya, dan seterusnya. Selanjutnya, validasi perasaan takut mereka, dan bantu ia menemukan cara agar lebih berani dan menghadapi ketakutannya sendiri.

Melakukannya dengan bertahap

Peran Moms adalah membantu anak  menghadapi ketakutannya dengan membuat rencana dan target tertentu. Misal, jika si Kecil takut ditinggal di sekolah, Moms dapat mulai dengan menemaninya sampai ia masuk kelas, keesokan harinya menemani sampai pagar sekolah, begitu terus hingga ia terbiasa ditinggal. Tetap bersabar dan berikan ia dukungan secara verbal ya, Moms, agar si Kecil paham dan merasa termotivasi.

Menurut Dr. Rachel Busman, psikolog klinis di Child Mind Institute, tidak semua rasa takut harus ditaklukkan, Moms. Ketakutan yang tidak mengganggu kehidupan anak tidak terlalu penting untuk dihadapi. Misalnya, bila si Kecil takut menonton film horor, tidak masalah, karena tidak secara langsung memengaruhi kehidupannya.

Sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari rasa takut anak, Moms.  Karena seiring usia yang bertambah,  mereka akan mampu mengatasi rasa takut yang dimilikinya saat kecil.

Namun, beberapa anak memang mengalami kesulitan dalam mengatasi rasa takut. Jika ketakutan tersebut cukup ekstrem, hingga menghalangi anak melakukan aktivitas normal, bisa jadi hal tersebut merupakan tanda gangguan kecemasan, Moms. 

Segera minta pertolongan dokter dan ahli jika ketakutan si Kecil melewati batas usia normal, seperti tantrum, menghalanginya pergi sekolah, tidur sendiri, atau berpisah dengan Moms. Ketakutan anak juga perlu mendapat perhatian ketika menyebabkan dampak pada fisiknya, seperti sakit perut, sakit kepala, jantung berdebar kencang, sesak napas, pusing, atau mual.