Membicarakan tentang isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) pada anak, bagi sebagian orangtua  memang cukup sulit dan rumit. Menjawab pertanyaan anak tentang warna kulit temannya yang berbeda, cara berdoa sahabatnya yang tidak sama,  dan banyak hal lainnya, mungkin akan membuat dahi Moms sedikit berkerut untuk mencari jawaban yang tepat. 

Sebagai orangtua Moms memang mempunyai pilihan untuk mendiskusikannya atau tidak pada anak. Namun, daripada anak mendapatkannya dari sumber lain yang bisa saja tidak sesuai dengan perspektif dan value yang dimiliki Moms, ada baiknya Moms mulai membicarakan isu ini pada anak. Moms bisa menanamkan nilai-nilai toleransi, kemanusiaan,  sikap saling menghormati dan menghargai antar suku, agama ras dan golongan. Berikut tip mendiskusikan isu SARA pada anak: 

Membicarakannya apa adanya

Bahasan tentang SARA sebaiknya tidak dihindari, Moms. Menurut Dr. Erin Winkler, professor di University of Wisconsin-Milwaukee, seiring tumbuhnya si Kecil dan semakin seringnya interaksi di masyarakat, ia tetap akan menyadari adanya perbedaan warna kulit,  cara beribadah, dan lainnya. Moms dapat memaparkan  bahwa perbedaan itu merupakan bagian dari kehidupan yang heterogen. Moms bisa menanamkan nilai-nilai kemanusiaan bahwa apa pun warna kulit, suku dan agamanya, manusia memiliki hak dan perlakuan yang sama. 

Memberi contoh

Menurut pendiri Cultures of Dignity, Rosalind Wiseman, untuk memiliki atmosfer obrolan yang produktif dan dalam, dimulai dari Moms sebagai orang tua. Sebelum membicarakan topik tertentu, sebaiknya Moms pahami dahulu isunya dan berikan contoh dalam kesehariannya, misalnya dengan tidak memberi stereotip pada orang lain yang berbeda, memiliki hubungan baik dengan tetangga yang berbeda suku, ras, dan agama, dan lainnya.  Jika Moms sudah mempraktikkan sikap toleransi, kemanusiaan, dan saling menghargai terhadap mereka yang berbeda, anak akan mudah mengikutinya. Moms juga mengenalkan anak pada komunitas yang beragam, sehingga bisa membuka  wawasannya terhadap dunia, sehingga si Kecil dapat menghargai perbedaan yang ada di sekitarnya.

Mengarahkan keingintahuan mereka

Rasa ingin tahu yang tinggi pada anak kecil agaknya menjadi tantangan tersendiri bagi Moms dan orangtua lainnya. Walau begitu, alih-alih mengabaikannya, lebih baik memancing si Kecil untuk membicarakannya. Ketika anak bertanya, artinya ia memperhatikan sesuatu. Ini merupakan awal yang baik untuk menumbuhkan rasa peduli pada anak, dibanding menjadi individu yang ignorant. Jika Moms tidak yakin akan jawaban atas pertanyaan tersebut, itu wajar, menurut Shari Benites, fasilitator dan trainer Challenging Racism, Moms dapat menanggapinya dengan jawaban terbuka dan ajakan untuk mempelajarinya bersama. Sikap ini penting, anak dapat belajar mengakui ketidaktahuan dan menumbuhkan keinginan untuk belajar.

Membuatnya relevan

Dr. Winkler menyarankan pada para Moms untuk mengajarkan anak kenyataan bahwa ada ketidakadilan di dunia, dan lebih penting lagi, akan selalu ada orang-orang yang berusaha mengubah dunia menjadi lebih baik, dilanjutkan dengan ajakan untuk menjadi bagian dari perubahan tersebut. Moms sekaligus mengajarkan nilai realistis dan optimis pada si Kecil.

Mengadvokasi 

Menjadi aktif dalam perubahan baik itu baik, namun tak lupa pada peran yang sama pentingnya, mendengarkan. Dengarkan orang yang mengalami ketidakadilan sistem, berikan hak suara kepada mereka yang tidak memiliki akses. Maka, penting bagi Moms untuk mengajarkan anak nilai-nilai kemanusiaan dan toleransi sebagai upaya menghapus diskriminasi yang berlatar SARA di masa depan.