Aksi ledakan kemarahan alias temper tantrum anak tak jarang mempermalukan Moms, dan membuat Moms pun turut terpacu emosinya. 

Bagaimana tidak? Misalnya karena Moms menolak membelikannya mainan saat berkunjung ke sebuah supermarket,  si Kecil langsung menangis keras dan menjerit marah. 

Moms yang mencoba menenangkan dengan memeluknya, justru menjadi sasaran. Karena, si Kecil memukul-mukuli badan Moms untuk mengeluarkan kekesalannya. Memang sih tidak sakit, tapi malu sekali. Karena, Moms dan aksi si Kecil ini menjadi tontonan banyak orang. 

Tahukah Moms, kebanyakan anak mulai memahami keterampilan mengatur emosi mereka pada saat mereka mencapai usia 5 tahun atau lebih. Jadi Moms perlu memahami dulu bahwa aksi tantrum hanyalah bagian normal dari perkembangan anak.

Tidak peduli sumber amukan dari si Kecil, Moms pun perlu memberikan respons yang efektif untuk membantu memperbaiki situasi dan membantu Moms berdua si Kecil mengatasi badai. Berikut kiat-kiatnya: 

1. Bicaralah dengan tenang

Sangat normal untuk merasa kesal dan frustrasi ketika si Kecil mengamuk, apalagi jika aksi kemarahannya ini berlangsung di tempat umum. Tetapi membalasnya dengan meninggikan suara Moms biasanya hanya akan memperburuk keadaan.

Jadi lebih baik Moms lakukan ini: 

  • Bahkan ketika Moms sendiri hampir kehilangan kesabaran, cobalah untuk mempertahankan nada yang datar.
  • Jika si Kecil menentang aturan tertentu, jangan berdebat. Sebaliknya, ulangi aturan dengan tegas, tetapi tidak dengan nada yang marah.
  • Hindari mencoba berargumentasi dengan anak saat emosi dirinya bergolak. Tunggu sampai kemarahan anak mereda dan ia  dapat membicarakan berbagai hal. Baru Moms mengajaknya bicara.

2. Gunakan disiplin positif

Jangan pula Moms lakukan aksi amukan balasan untuk menghentikan kemarahan si Kecil. Seperti meneriakinya, memukul, dan membanting benda. 

Tanggapan marah dan disiplin keras dari Moms justru  akhirnya akan menakutkan anak. Si Kecil bisa jadi berpikir Moms tidak mencintainya. Dan, parahnya lagi aksi amukan balasan Moms itu justru mengajarkan si Kecil untuk merespons dengan agresi. 

Lakukan pendekatan otoritatif terhadap pengasuhan, ditambah dengan taktik pengasuhan positif yang konsisten. Cara ini dapat membantu mengurangi kemarahan dan meningkatkan kenyamanan si kecil.

Moms misalnya bisa mencoba dengan: 

  • Menawarkan perhatian positif, terutama ketika Moms merasa si Kecil mengalami kesulitan.
  • Memuji pilihan yang lebih baik, seperti mengatakan "Tidak, terima kasih," alih-alih berteriak "Tidak!".
  • Mengomunikasikan harapan dan aturan dalam bahasa yang jelas dan sederhana yang si Kecil mengerti, Moms. 
  • Menjelaskan konsekuensi melanggar aturan dan memperkuatnya secara konsisten, Moms.
  • Menawarkan kasih sayang dan pengertian, bukan kritik, ketika anak melakukan kesalahan.

3. Abaikan amarahnya

Anak-anak tidak selalu membuat ulah dengan sengaja. Tetapi aksi mengamuk sering kali menjadi lebih kerap dilakukan, ketika si Kecil menyadari bahwa perilaku ini membuatnya mendapatkan apa yang ia inginkan. Terlebih, pada usianya itu si Kecil belum mempelajari pilihan yang lebih bermanfaat untuk mengatasi emosi tingginya itu.

Nah, ketika Moms mengabaikan ledakan tersebut si Kecil mulai belajar bahwa amukannya tidak akan berhasil. Ini sering membantu menghentikan amukan sebelum benar-benar terjadi. Sekaligus mendorong si Kecil untuk mengeksplorasi cara lain untuk memenuhi kebutuhannya.

Namun masalahnya, mengabaikan ledakan kemarahan anak terkadang memang tak mudah ya, Moms. Karena itu, Moms bisa mencoba beberapa tip ini:

  • Pastikan tidak ada apa pun di dalam ruangan yang dapat melukai anak. 
  • Lanjutkan dengan apa pun yang Moms lakukan, tanpa memperhatikan mereka.
  • Selama si Kecil tetap aman, hindari melihat aksinya, memintanya untuk berhenti, atau memberi anak perhatian positif atau negatif saat tantrum berlanjut.

Tujuan mengabaikan adalah untuk menghentikan amukan (atau perilaku tidak membantu lainnya). Begitu si Kecil cukup tenang untuk memberi tahu Moms bagaimana perasaanya atau meminta bantuan, baru segera tanggapi. Menanggapi  upaya si Kecil untuk berkomunikasi dapat membantu memperkuat perilaku positif ini, Moms. Selamat mencoba ya, Moms.

Baca Juga :5 Tanda Anak Butuh Bantuan Profesional untuk Kelola Amarah