Pernikahan bahagia menjadi harapan setiap pasangan, mungkin termasuk Moms. Salah satu rahasia pasangan bahagia adalah yang penuh cinta dan gairah. Nah, agar pernikahan tidak adem ayem saja, coba berciuman lebih sering. 

Dalam bukunya Kiss Me Like You Mean It, Dr. David Clarke, memberikan sebuah tes berciuman. Ia memberikan kategori ciuman di bawah ini: 

  • Ciuman kilat, yaitu ciuman yan membuat Moms dan Dads menyatukan bibir selama tak sampai 1 detik. 
  • Ciuman yang hanya menyentuh bibir. Maksudnya, Moms dan Dads berciuman, tapi tubuh Moms berdua saling menjauh. Berusaha mempertemukan bibir, tapi tubuh enggan mendekat. Hingga akhirnya bibir menyentuh, tapi tubuh tidak. 
  • Ciuman dengan suara. Bibir Moms dan Dads tidak bertemu, hanya  saling mengerucutkan bibir, sambil membuat suara seolah memberikan ciuman. 
  • Ciuman Cipika Cipiki. Ciuman pipi bertemu pipi. Di Eropa, gaya berciuman ini sering dilakukan saat bertemu teman. 

Apakah model ciuman Moms menjadi salah satu kategori ciuman di atas? Seberapa seringkah ciuman  dilakukan? 

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan ciuman di atas. Sesekali dilakukan wajar saja. Misalnya, saat Moms sibuk dengan si Kecil, lalu Dads buru-buru ingin ke kantor, mungkin dia hanya memberikan sekilas ciuman pipi atau  bibir Moms. 

Tapi, jika ciuman seperti di atas menjadi rutinitas gaya berciuman Moms, sepertinya gaya berciuman Moms perlu dibenahi. 

Ciuman bergairah hilang dalam perkawinan

‘Sudah 5 tahun menikah. Duh, sudah enggak terpikir untuk ciuman yang hot. Soal urusan beli susu anak dan uang untuk dia masuk sekolah, jauh lebih penting.’, demikian yang ada di pikiran banyak Moms. ‘Ciuman penuh semangat kayak French kiss itu sih pas masih pengantin baru saja. Kalau sekarang? Hahaha, sudah lupa, tuh. Sibuk!’ kata Moms yang lain menimpali.

Memang smoochy smoochy yang bergairah lebih identik dengan  masa pacaran atau masa pengantin baru. Ketika perkawinan sudah berjalan beberapa tahun, soal ciuman seringkali terlupakan. Kalaupun ada, yah, hanya berupa ciuman tipis di pipi atau sesekali sekilas di bibir. 

Dalam bukunya, Dr. David Clarke dengan blak-blakan menulis bahwa ciuman yang penuh gairah memudar dalam 100% pernikahan. 

Mendukung statistik ini, survei British Heart Foundation baru-baru ini mengemukakan fakta  bahwa hanya 1 dari 5 pasangan menikah yang mempertahankan tradisi mencium pasangan setidaknya  untuk satu minggu sekali. Dan, dari 40 persen responden survei mengungkapkan ciuman yang dilakukan hanya ciuman kilat, tidak lebih dari lima detik! Waduhhh…

Ciuman meningkatkan keintiman

Ciuman itu powerful. Ciuman bukan hanya sekadar bibir bertemu bibir, lho Moms. Bibir bisa mempengaruhi saraf-saraf tubuh, sehingga bibir menjadi area yang sangat sensitif. Satu ciuman sensual dapat membangkitkan banyak neurotransmitter dan aktivitas hormon, seperti menaikkan dopamin, oksitosin dan serotonin. Iya, Moms hormon kebahagiaan.

Hormon dopamin akan  membuat orang yang sedang berciuman merasa bahagia. Hadirnya hormon oksitosin alias hormon cinta yang memunculkan rasa kasih sayang dan keterikatan. Ditambah hadirnya hormon serotonin akan membuat pasangan  yang berciuman merasa puas dan senang. Sehingga tak mengherankan saat Moms atau Dads melakukan ciuman mendalam, pikiran serasa terbang melayang. 

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ketika pasangan meningkatkan ciuman mereka selama enam minggu, maka tingkat kolesterol dan stres mereka menurun. Kepuasan atas hubungan mereka juga  meningkat.

Bonus lain, scientist telah membuktikan bahwa pria mentransfer testosteron melalui air liurnya!  Testosteron ini meningkatkan libido, sehingga bertukar air liur dapat meningkatkan hasrat seksual. 

Jadi Moms, meski tidak berlanjut dengan hubungan seksual, berciuman mampu membuat Moms merasa lebih intim. Tapi ingat Moms, syaratnya, bukan ciuman yang hanya  menempel di bibir saja ya.