Cinta memang landasan utama setiap pasangan menikah. Tapi cinta saja bukan menjadi jaminan perkawinan langgeng. Ada rahasia penting yang jarang terungkap. 

Setiap pasangan tentunya berharap pernikahan berlangsung awet hingga kakek nenek. Namun, ada saja hal-hal yang bikin biduk rumah tangga terpaksa karam di tengah jalan. 

Pakar hubungan John Gottman, Ph.D., dan Julie Gottman, Ph.D., pendiri Institut Gottman, melakukan beberapa studi mengenai rahasia perkawinan. Menurut duo psikolog ini, ada poin penting untuk membuat kehidupan pernikahan berjalan lancar. 

Menanggapi pasangan

Perkawinan berjalan langgeng tidak mungkin hanya dari usaha satu pihak saja. Dibutuhkan kerjasama antara kedua belah pihak, dalam hal ini Moms dan suami. Pernikahan pun jangan dibayangkan happily ever after. Percayalah Moms, itu hanya terjadi di film-film Disney dan drama Korea. Kenyataannya, tidak ada pernikahan yang selamanya bahagia. Ada masanya perkawinan itu menghadapi tantangan dan masalah. 

Namun, menurut duo pakar relationship  terkemuka ini, ada satu pertanyaan berharga yang  dapat menentukan apakah cinta Moms dan suami akan bertahan dalam jangka panjang atau tidak. Dan, ternyata pertanyaan sangatlah sederhana, yaitu "Bagaimana cara Moms menanggapi atau bereaksi atas tawaran suami untuk berkoneksi?” 

Mengapa cara menanggapi tawaran pasangan untuk berkoneksi  itu penting?

Tawaran untuk koneksi, tidak harus berupa ajakan komunikasi atau mengajak bicara. Bisa jadi suami hanya mengajukan pertanyaan tak langsung, atau pernyataan yang seolah-olah tak perlu dijawab. Karena mungkin hanya berdasarkan renungan atau tanggapannya terhadap situasi. 

Contohnya, suatu sore, di langit, tampak awan mendung menggantung. Suami mengatakan, “Wah, mau turun hujan, nih.”  Di sini Moms memiliki pilihan reaksi : 

  1. Hanya diam, tidak perduli
  2. Mengatakan: “hmmm… iya sambil tetap menatap layar hape.”
  3. Menjawab atau balik bertanya dengan kalimat seperti menyerang atau ngegas: “Memangnya kenapa kalau hujan?” 
  4. Atau Moms menurunkan layar hape, dan menjawab sambil mengarahkan wajah ke arah suami: “Iya. Sepertinya akan turun hujan. Mudah-mudahan tidak deras dan banjir. “

Pilihan Moms bereaksi atau menanggapi koneksi suami itu ternyata memengaruhi perkawinan lho, Moms. Mungkin tampaknya sepele, ya. Namun, bisa jadi pernyataan yang tampak sepintas lalu itu menjadi cara suami (sengaja atau tidak sengaja) untuk mendapatkan reaksi Moms, dan itu menandakan kerinduan untuk berkoneksi.

Peduli itu penting

Menurut Gottmans, bersikap peduli dan berusaha menanggapi pasangan itu ternyata menjadi penanda penting untuk perkawinan yang sukses. Ini sudah dibuktikan melalui penelitian. Mereka membuat laboratorium apartemen dan mempelajari 130 pasangan yang baru menikah dan tinggal di sana selama 24 jam. 

Hasilnya? Pasangan yang berusaha saling menanggapi satu sama lain untuk berkoneksi hingga 85% dari waktumya, ternyata berhasil melanggengkan perkawinan. 

Dan pasangan yang hanya memberikan waktu untuk saling menanggapi pasangan tak lebih dari 33 persen, rata-rata gagal mempertahankan hubungannya. 

Nah, kembali pada soal komentar suami  tentang hujan. Moms mungkin dapat memberikan pernyataan atau pertanyaan lanjutan, misalnya: “Iya, sepertinya hujan akan turun lebat”, “Semoga hujannya hanya sebentar. Tidak membuat banjir”, atau menanggapi serta membuat aksi yang menyenangkan: “Hujan-hujan begini enak juga jika minum yang hangat. Mau dibuatkan teh manis hangat?”

Berikan reaksi yang menunjukkan maksud untuk lebih memahami dan menanggapi peristiwa yang  memengaruhi hari pasangan.   

Tak harus selalu menanggapi

Tentu saja, mungkin, akan melelahkan juga harus selalu menanggapi pasangan. Ada waktunya, boleh saja Moms hanya diam. Atau hanya ikut mengangguk tanda menyetujui.   Namun, menurut Gottman, setidaknya  pastikan  menanggapi  85%  dari ajakan berkoneksi itu. Dan, pastikan tidak memberikan reaksi yang seolah melakukan serangan alias bersikap ketus.