Ada begitu banyak pendapat tentang perfect relationship atau hubungan yang sempurna. Dari film dan buku hingga ‘quote’ atau pun pesan dari orang-orang yang beredar di grup percakapan maupun sosial media. Semuanya tentang yang harus dan tidak boleh dilakukan untuk terciptanya hubungan yang sempurna. 

Moms juga mungkin seringkali ‘ngepoin’ hubungan orang lain yang terlihat seperti perfect couple dan ingin mencontoh hubungan tersebut. Tapi, kok, ketika dipraktikkan, tidak seindah yang terlihat di media sosial, ya? Kenyataannya hubungan yang sempurna itu, memang  bisa dikatakan mitos, Moms, alias nyaris tak ada. Tak percaya? Baca penjelasannya. 

  • Konsep “Selalu Menjadi Satu untuk Selamanya”

Konsep "satu" untuk selamanya dapat membuat kita mencari sesuatu atau seseorang yang tidak benar-benar ada. Moms merasa Dads haruslah menjadi seseorang yang ditakdirkan untuk selalu menjadi orang sempurna yang memahami dan mencintai Moms.

Konsep romantisme ini dapat berefek negatif pada hubungan.  Moms berpikir Dads akan menjadi jodoh satu-satunya, sehingga Moms  mungkin menyimpan semua harapan dan impian  ke dalamnya. Menaruh harapan tinggi Dads akan memiliki romantisme seperti yang Moms impikan. 

Sayangnya kehidupan perkawinan tak selalu seperti jalannya cerita dongeng, selalu together forever, Moms.  Konsep ini dapat membuat Moms menaruh harapan yang tidak realistis pada hubungan. Moms akan luar biasa merasa kecewa jika harapan ini tidak terpenuhi.

  • Tetapkan garis waktu untuk momen bahagia

Tahun pertama disebut masa-masa pernikahan. Malah  tiga bulan pertama disebut sebagai masa bulan madu perkawinan. Selanjutnya, Moms berharap segera memiliki momongan anak dalam setahun pertama pernikahan. Pernikahan akan membahagiakan jika si Kecil hadir dalam menyemarakkan rumah tangga. 

Moms menetapkan batas waktu untuk momen-momen kebahagian dalam rumah tangga. Padahal tidak ada namanya  batasan waktu untuk kebahagiaan sebuah hubungan. Mempercayai jadwal yang ditetapkan ini dapat menyebabkan kecemasan dan ketidakpercayaan diri jika tidak terjadi seperti yang Moms inginkan.  Pupuk saja kebahagiaan bersama,  itu lebih penting. 

  • Tidak mungkin akan tertarik atau menarik hati orang lain

“Saya akan mencintaimu selamanya” atau “Saya hanya melihat pada dirimu sepanjang hidupku”. Itu antara lain janji-janji indah yang diungkapkan sewaktu masih pacaran atau mungkin Moms dan Dads ucapkan sewaktu memberikan ikrar pernikahan. Manis sekali, ya, Moms. 

Kenyataannya, Moms atau Dads berpeluang untuk menemukan orang lain yang akan menarik hati,  bahkan di saat berada dalam hubungan yang memuaskan. Salahkah? Sepanjang hanya ketertarikan sesaat itu wajar saja. Ketertarikan ini tidak akan berarti apa-apa dan tidak akan menjadi masalah besar dalam hubungan Moms bersama Dads. 

Akan menjadi bahaya bila ketertarikan ini diikuti tindakan yang menuruti perasaan ketertarikan tersebut. Inilah menjadi alarm berbahaya bagi hubungan. 

  • Hubungan itu akan selalu berjalan mulus

Sewaktu memutuskan menikah dengan Dads  itu, Moms merasa Dads adalah seperti jodoh yang diberikan Tuhan. Dads dan Moms dari semenjak berkenalan menjadi pasangan pasangan yang saling mengenal  dan memahami dengan baik. Dunia pun serasa selalu bersinar cerah saat Dads dan Moms bersama. 

Nyatanya hubungan itu selalu berkembang dan mungkin saja berubah. Awal yang mulus belum tentu akan mulus selamanya. Akan selalu ada aral dalam hubungan, termasuk dalam perkawinan. Dari hanya persoalan yang bisa dikatakan sebagi riak kecil, hingga gelombang yang membawa badai dalam perkawinan. 

Meski dikatakan hubungan yang sempurna itu nyaris tidak ada. Bukan berarti semua hubungan akan kandas dan berantakan. Always takes to tango. Jadi perlu sama-sama berusaha saling memahami, selalu memupuk dan memelihara benih-benih cinta disertai komitmen untuk selalu berusaha mewujudkan hubungan yang bahagia bersama.

Baca Juga : Cara Atasi Sikap Clingy dalam Hubungan