Bermain adalah salah satu aktivitas menyenangkan bagi anak, Moms. Selain itu, lebih dari sekadar aktivitas yang menyenangkan untuk anak, bermain juga menjadi kebutuhan si Kecil untuk proses tumbuh kembangnya. 

Saat bermain, anak-anak belajar dan mengembangkan keterampilan penting yang akan bermanfaat bagi kehidupannya kelak, seperti pemecahan masalah, kreativitas, dan kemauan untuk mengambil risiko.

Contohnya saat si Kecil menggunakan imajinasinya untuk pretend play, seperti dokter-dokteran, secara tak langsung ia dapat belajar tentang emosinya, apa yang menarik minatnya, dan bagaimana beradaptasi dengan situasi. Saat anak bermain dengan teman sebayanya, ia berkesempatan untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain dan berperilaku dalam berbagai situasi sosial. 

Baca Juga: Tahapan Perkembangan Bahasa Bayi

Ada 6 tahap perkembangan bermain anak, semuanya penting untuk perkembangan si Kecil, karena melibatkan eksplorasi, kreativitas, dan kesenangan. 

Berikut adalah 6 tahap perkembangan bermain anak yang dicetuskan oleh sosiolog Amerika Mildred Parten Newhall, dan berlaku untuk anak-anak usia 2 sampai 5 tahun.

Unoccupied play (0 - 3 bulan)

Menurut Parten, pada fase ini si Kecil belum terlibat dalam permainan. Bayi akan secara kreatif menggerakkan tubuhnya tanpa tujuan, seperti menggerakkan tangan dan kakinya. Ia lebih banyak mengamati lingkungannya. 

Baca Juga: Aktivitas yang Baik untuk Perkembangan Bayi 4 Bulan

Solitary play (0 bulan - 2 tahun)

Ini merupakan tahap  anak bermain sendiri dan belum tertarik bermain dengan orang lain. Meskipun demikian, ini adalah tahap yang penting. Melalui tahap ini anak mampu merasa nyaman dan puas dengan dengan dirinya, dan penemuannya agar dapat bermain dengan orang lain nantinya. Mainan yang bisa Moms berikan jika si Kecil berada pada tahap ini, misalnya buku anak, kotak kardus, atau mainan set dapur, kereta api, dan mainan imajinatif lainnya.

Onlooker play (2 tahun)

Selama tahap ini si Kecil mulai memerhatikan anak-anak lain bermain tetapi tidak ikut bermain dengan mereka. Kemampuan untuk bermain dengan anak-anak lain sangat penting untuk bergaul di sekolah dan di masyarakat nanti. Tahap ini merupakan awal si Kecil dalam mempelajari caranya.

Saat Moms atau keluarga lain bermain pun, si Kecil juga memerhatikan. Moms bisa membantunya dengan menunjukkan pada si Kecil apa yang Moms lakukan, misalnya menyiram tanaman, memainkan alat musik, atau bermain teka-teki.

Parallel play (> 2 tahun)

Ini merupakan tahap di mana anak bermain di dekat orang lain tetapi tidak bermain bersama orang tersebut. Belajar bermain adalah belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Dalam hal ini, parallel play adalah tahap terakhir sebelum anak berinteraksi dengan orang lain.

Pada tahap ini beberapa anak belum bersedia berbagi mainan dengan anak lain. Moms bisa memberikan mainan seperti susunan blok atau buku stiker pada Si Kecil.

Associative play (3 - 4 tahun)

Saat anak l mulai berinteraksi dengan orang lain ketika ia bermain, tetapi belum banyak interaksi, artinya ia berada pada tahap associative play. Misalnya, saat si Kecil bermain bersama anak-anak lain di wahana taman bermain yang sama tetapi masing-masing melakukan hal yang berbeda seperti memanjat dan berayun.

Di sini, anak bermain dengan anak-anak lain, tetapi anak-anak tersebut tidak mengatur permainan mereka dengan tujuan yang sama.

Sekitar usia 3 tahun, anak akan memiliki rentang perhatian yang lebih lama, dan menikmati aspek sosial dari anak-anak lain. Walaupun belum memainkan permainan dengan tujuan yang sama, bermain dengan bergiliran adalah aspek yang dipelajari si Kecil. 

Baca Juga: Tip Mencegah Anak Cidera Saat Bermain

Cooperative play ( > 4 tahun)

Pada tahap ini, anak mulai bermain bersama dengan orang lain, dan memiliki ketertarikan pada aktivitas dan anak lain. Ia juga bisa berpartisipasi dalam permainan kooperatif.

Di sini Moms bisa melihat aspek kerja sama tim dalam permainan anak, ia mampu bermain dengan anak lain dengan tujuan yang sama.

Ini adalah tahap perkembangan terakhir, Moms. Jika si Kecil sudah sampai tahap ini, ia sudah mampu berinteraksi, bersosialisasi, dan berkomunikasi, serta sukses secara sosial saat dewasa.