Sedikit humor memang bisa mencerahkan rumah, Moms. Gelitik kecil pada perut anak, memakai topi konyol, dan bermain kejar-kejaran bisa menghibur ia yang masih balita. Ketika si Kecil semakin tumbuh besar, Moms dapat membagi humor dan lelucon yang lebih sesuai dengannya. 

Seorang anak dengan selera humor yang berkembang dengan baik memiliki kemampuan untuk mengenali apa yang lucu sekaligus menghibur orang lain. Selera humor yang baik dapat diandalkan si Kecil selama hidupnya dalam melihat hal-hal dari banyak perspektif, bersikap spontan, mengembangkan gagasan dan cara berpikir yang tidak konvensional, mampu melihat sesuatu melampaui permukaannya, dan cenderung menikmati hidup.

Anak-anak dengan selera humor yang berkembang cenderung lebih bahagia dan optimis, memiliki kepercayaan diri yang tinggi, dan dapat menangani perbedaan yang ada dengan baik. Selain itu, mereka juga lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.

Penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang sering tertawa adalah orang yang lebih sehat, berisiko kecil mengalami depresi dan stres, memiliki resistensi terhadap penyakit atau masalah fisik lainnya, memiliki detak jantung, denyut nadi, dan tekanan darah yang lebih stabil, serta memiliki pencernaan yang lebih baik. Tawa bahkan membantu manusia menahan rasa sakit, dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh.

Anak-anak dapat mulai mengembangkan selera humor pada usia yang sangat muda. Tapi apa yang lucu untuk balita tidak akan lucu untuk seorang remaja. Untuk membantu anak-anak Moms di setiap tahap perkembangan, penting untuk mengetahui apa yang mungkin menghibur mereka.

Namun, secara umum humor dan candaan juga ada batasnya. Moms tentu tidak ingin si Kecil melemparkan lelucon yang ofensif atau tidak sopan di lingkungan sosialnya, atau justru ia tumbuh dengan kepercayaan diri yang rendah justru karena lelucon Moms yang ofensif dan melukai mentalnya secara tak disadari. Berikut hal-hal yang Moms perlu perhatikan ketika bercanda dengan si Kecil:

Candaan yang menonjolkan kekurangan fisik

Perasaan insecure pada fisik yang paling awal dialami anak bisa jadi justru dari keluarganya sendiri—alih-alih dari tekanan sosial, menertawakan si Kecil secara berlebihan karena ia gemuk atau hidung peseknya, secara tak sadar terbawa dan membuat anak menganggap kondisi tersebut pada fisiknya, dan berujung pada ketidakpercayaan diri. 

Candaan yang memicu cemburu

Membanding-bandingkan si Kecil dengan anak tetangga, bahkan dengan saudaranya walaupun sebagai candaan memang sedikit tricky. Sebab jika si Kecil tidak menerimanya dengan baik justru akan membuatnya cemburu, posesif, dan menimbulkan persepsi negatif terhadap saudaranya.

Menakut-nakuti dan mengancam

Menakut-nakuti anak seringkali dianggap sebagai cara ampuh untuk membuatnya mengikuti perkataan Moms, namun ternyata hal ini berdampak dalam jangka panjang. Ketika dewasa, anak dapat mengalami gangguan panik, kecemasan, hingga post-traumatic stress disorder ketika tak sengaja terpicu oleh hal yang Moms takuti saat kecil.

Menertawakan kesalahan

Berbuat kesalahan adalah hal yang normal, termasuk si Kecil, dan terkadang hal ini menggemaskan dan membuat Moms tertawa. Namun, jika berlebihan, candaan yang merendahkan kesalahan ini bisa membuat si kecil merasa tidak percaya diri dan takut gagal di masa depannya.