Akhir pekan lalu, banjir melanda sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk di Jakarta. Banjir mendatangkan kerugian bagi siapa pun, termasuk anak-anak. Sembari berharap kejadian ini tak terjadi lagi di masa depan, simak cara melindungi si Kecil dari dampak banjir. 

Anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Mereka cenderung lebih rentan terhadap bahan kimia dan organisme yang dipaparkan lingkungannya, dalam hal ini kondisi banjir. Hal ini disebabkan oleh sistem saraf, respons imun, pencernaan, dan sistem tubuh lainnya pada anak yang belum berkembang sempurna.

Baca Juga: Tip Mencegah Anak Cidera Saat Bermain

Dibandingkan dengan ukuran tubuhnya, anak-anak juga makan, minum, dan menghirup udara lebih banyak daripada orang dewasa.  Selain itu, kebiasaan dan perilaku anak, seperti merangkak dan memasukkan benda ke dalam mulut, dapat meningkatkan risiko terpapar penyakit, terutama saat banjir.

Karena rentan terkena penyakit dan masalah kesehatan lainnya, simak cara melindungi anak dari dampak banjir berikut.

Jamur 

Pasca-banjir, rumah menjadi lembap, di permukaan tembok, furnitur kayu, kain, karpet, dan barang, serta permukaan rumah tangga lainnya. Kelembapan ini membuat tumbuhnya jamur. Paparan jamur pada anak dapat menyebabkan reaksi seperti demam (seperti hidung tersumbat, mata merah, berair atau gatal, bersin) hingga asma. 

Sebaiknya segera bersihkan dan keringkan area dan barang yang rusak akibat air dalam waktu 24 - 48 jam setelah banjir surut dari rumah untuk mencegah pertumbuhan jamur, Moms. Bangunan yang basah selama lebih dari 48 jam umumnya berisiko tumbuh jamur.

Baca Juga: Hindari Penyakit Musim Hujan dengan Cara Ini

Beberapa anak lebih rentan terhadap jamur, terutama mereka yang alergi, asma, dan kondisi pernapasan lainnya. Untuk melindungi si Kecil dari paparan jamur, Moms bisa membersihkan permukaan yang halus dan keras seperti logam dan plastik dengan sabun dan air, lalu keringkan secara menyeluruh. Sementara pada barang-barang yang menyerap dan tidak bisa dibersihkan, sebaiknya dibuang, seperti barang yang terbuat dari kertas, kain, karpet, bantal, tirai, pakaian, dan boneka.

Saat membersihkan rumah dari jamur, gunakan respirator N-95, kacamata, sarung tangan agar Moms tidak kontak dengan jamur secara langsung. Pakai juga celana panjang, baju lengan panjang, dan sepatu bot.

Karbon monoksida

Kondisi banjir dan beberapa saat pasca-banjir sering diiringi dengan mati listrik untuk mencegah konslet. Jika setelahnya Moms menggunakan generator/genset untuk menghidupkan listrik, jangan letakkan di dalam ruangan, balkon, di dekat pintu, ventilasi, atau jendela, dan jangan menggunakannya di dekat tempat Moms dan si Kecil tidur. Sebaiknya letakkan generator di luar dan sejauh mungkin dari bangunan. 

Pasalnya, alat ini melepaskan karbon monoksida, gas yang tidak berwarna, tidak berbau, namun berisiko mematikan. Membuka pintu dan jendela atau menggunakan kipas tidak mampu mencegah penumpukan karbon monoksida di rumah atau di area yang tertutup, seperti garasi. 

Jika anak atau Moms mulai merasa sakit, pusing, sakit kepala, dan nyeri dada, segera cari udara segar dan cari bantuan medis sesegera mungkin. Kulit di bawah kuku anak juga dapat berubah menjadi merah ceri jika terpapar karbon monoksida dalam jumlah tinggi. Sebagai catatan, janin dan bayi paling rentan terhadap efek karbon monoksida dibanding orang dewasa.

Air yang terkontaminasi

Semua orang membutuhkan air minum yang bersih, lebih penting lagi bagi anak karena ia lebih rentan terhadap bahaya air yang terkontaminasi. Sebaiknya konsumsi air kemasan saat banjir, begitu pula air untuk mandi, sampai kondisi air keran aman untuk dipakai. 

Jika anak meminum air yang terkontaminasi organisme penyebab penyakit, gejala yang mungkin muncul seperti sakit perut, mual, muntah, dan diare, hingga dehidrasi.

Baca Juga: Waspada Penyakit Saat Perubahan Cuaca

Air keran yang didihkan minimal 1 menit menghilangkan organisme penyebab penyakit, namun tidak menghilangkan bahan kimia yang berpotensi bahaya.