Anak-anak belajar dan berkembang dalam ritme dan kecepatannya masing-masing. Normal jika mereka terhambat sedikit pada satu titik, namun jika proses belajar menjadi kesulitan yang terus-menerus dan membuatnya tertinggal dibanding anak seusianya, bisa jadi ia mengidap gangguan belajar atau disleksia. Tapi Moms tidak boleh mendiagnosanya sendiri ya, minta bantuan profesional jika Moms melihat tanda-tanda gangguan belajar dialami oleh si Kecil.

Disleksia biasanya diasosiasikan dengan kesulitan membaca dan memengaruhi kemampuan anak untuk mengenali dan mengikuti suara dalam bahasa. Anak yang memiliki disleksia kesulitan dalam memahami kata baru. Perlu diingat bahwa disleksia tidak mencerminkan tingkat intelegensi anak ya, Moms. 

Berdasarkan data Dr. Sally Shaywitz, co-director Yale Center for Dyslexia and Creativity, setidaknya satu dari lima anak memiliki disleksia. Disleksia pada anak ditandai dengan kesulitan dalam belajar, terlambat bicara saat bayi, kesulitan mengikuti arah, mengulangi kata pendek, seperti “dan” “tapi”, serta sulit membedakan kiri dari kanan.

Beberapa faktor menjadi penyebab anak menderita disleksia, yaitu memiliki anggota keluarga dengan penyakit gangguan belajar, bayi lahir prematur atau dengan berat badan rendah, bayi yang lahir dari ibu pengguna obat-obatan, alkohol, perokok, atau pernah mengalami infeksi yang memengaruhi perkembangan otak janin, dan anak yang memiliki kelainan struktur otak.

Disleksia juga dapat memengaruhi anak secara sosial, menurut Scott Bezsylko, Direktur Ekskutif Winston Preparatory School yang secara khusus mengajar anak dengan gangguan belajar menyatakan bahwa orang dengan kesulitan menggunakan kata, dapat bermasalah dengan bahasa ekspresif yang ujungnya memengaruhi kehidupan sosialnya. 

Anak dengan disleksia—terutama yang belum didiagnosis dokter—sering merasa minder karena khawatir ada yang salah dengan mereka, ditambah tekanan dari orang-orang di sekitarnya yang menganggap mereka “kurang berusaha keras.” Maka, tugas selanjutnya adalah membantu anak-anak disleksia untuk membuat mereka percaya pada kemampuannya. Sebaiknya segera konsultasikan pada  dokter jika si kecil mengalami gejala disleksia ya, Moms. 

Bila dibiarkan, disleksia pada anak dapat menimbulkan komplikasi, misalnya kesulitan memahami materi di sekolah yang menghambat proses pendidikannya, mengalami perasaan rendah diri, masalah perilaku, kecemasan dan agresi. Biasanya berujung pada menarik diri dari lingkungan sosial, hingga mengalami Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), yaitu kesulitan untuk fokus, hiperaktif, dan impulsif. 

Meski demikian, Moms tidak perlu khawatir jika anak memiliki tanda –tanda disleskia. Anak dengan disleksia dapat dibantu melalui terapi dengan beberapa cara, yaitu:

  1. Membacakan buku untuk anak-anak
  2. Menginformasikan pihak sekolah anak
  3. Memperbanyak waktu untuk membaca di rumah
  4. Membuat suasana membaca menjadi menyenangkan
  5. Memotivasi anak agar senang membaca buku
  6. Mendiskusikan buku yang dibaca bersama anak
  7. Memberikan kata-kata positif agar rasa percaya diri anak meningkat.