Apakah Moms termasuk orangtua yang mengunggah konten yang berisi rutinitas aktivitas si Kecil setiap harinya ke jejaring sosial? Nah, kalau begitu Moms termasuk orangtua yang “oversharenting”. 

Istilah “oversharenting” ini merupakan gabungan dari dua kata: “oversharing” dan “parenting”. Kata “oversharenting” ini dimaknai sebagai perilaku orangtua yang mengunggah berbagai sisi kehidupan sehari-hari anaknya ke jejaring sosial. Perilaku “oversharenting” ini sekilas mungkin terlihat tidak berbahaya, tetapi sebenarnya ada banyak risiko yang bisa muncul apabila perilaku ini dilakukan terus menerus dan tanpa kesadaran.

Baca Juga : Bijak Bercanda Dengan Anak

Memunculkan perilaku kompulsif terhadap media sosial 

Menurut studi yang dilakukan oleh UCLA Digital Media Center, anak-anak berusia 9-13 tahun yang memiliki media sosial punya kecenderungan untuk haus kepopuleran dibanding teman sebayanya. Anak-anak ini menghabiskan waktu lebih banyak di media sosial karena meniru perilaku orang tua mereka yang “oversharing”. Perlu dicatat, anak perempuan lebih gampang menjadi kompulsif terhadap media sosial. Mereka haus “like”, “comment”, dan apresiasi dari pengikutnya. Hal ini bisa menjadi masalah ketika anak beranjak dewasa. 

Melanggar Privasi Anak 

Tidak terhitung rasanya jumlah konten yang beredar di dunia maya tentang momen-momen memalukan anak yang dibagi oleh para orangtua di berbagai belahan dunia. Belum lagi, aurat anak yang terekspos tanpa sensor. Bagi kita para orangtua saat membaginya mungkin hanya berpikir sedang membagi sebuah momen lucu dan menggemaskan, namun ketika anak sudah cukup dewasa untuk memiliki media sosialnya sendiri, bisa jadi dia tidak akan senang dengan apa yang telah kita bagi. 

Penculikan Digital 

Si Kecil mungkin memang tidak diculik, tapi data pribadi dan personanya mungkin dicuri dan diperjualbelikan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Foto mereka bisa diunduh dan dibagi oleh orang lain dan dipergunakan untuk kepentingan mereka. 

Sasaran Cyberbullying 

Tidak sedikit anak-anak atau bahkan bayi yang jadi bahan cercaan netizen hanya karena tidak menuruti standar estetika menurut mereka. Ketika orangtua membagikan foto bayi dan anak-anak mereka ke publik, mereka membuat anak-anak mereka sasaran empuk oleh jempol-jempol nyinyir netizen. 

Perjalanan menjadi orangtua memang memiliki banyak momen-momen menakjubkan yang rasanya tidak sabar untuk kita bagi pada dunia. Tapi, sebelum kita membagikan informasi mengenai anak kita, mari kita tahan dulu jempol kita sejenak, dan berpikir apakah apa yang kita bagi punya dampak buruk pada anak kita nantinya. Jangan sampai kita terjebak menjadi orang tua yang “oversharenting without thinking” dan melukai privasi anak.

Baca Juga : Nge-prank Anak, Apa Akibatnya?