Monosodium Glutamat (MSG) adalah bahan tambahan pangan (BTP) yang seringkali menjadi pro kontra di dalam masyarakat. Antara lain, MSG sebagai penguat rasa makanan disebutkan menyebabkan kanker otak, kegemukan dan sebagainya. 

Lantas bagaimana keamanan pemakaian MSG ini menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI? Simak poin-poin pentingnya.

Apa itu MSG?

MSG adalah BTP yang banyak digunakan sebagai penambah atau penguat  rasa untuk banyak olahan makanan dan masakan. MSG adalah bentuk garam natrium dari glutamat asam amino dan memiliki fungsi penyedap alami yang mirip dengan glutamat bebas di makanan. 

Glutamat adalah komponen utama dari sebagian besar makanan yang mengandung protein alami seperti daging, ikan, susu dan beberapa sayuran. Glutamat memainkan peran penting dalam metabolisme tubuh manusia.

MSG dihasilkan melalui proses fermentasi molasses dari gula tebu, gula bit,pati dan gula jagung. Perubahan glutamat yang terikat secara alami menjadi berbagai bentuk glutamat bebas menyebabkan terbentuknya kristal putih bubuk, menjadi bentuk bebas, yang meningkatkan efek ‘rasa’ dalam makanan.  

Rasa yang khas ini dikenal sebagai "Umami", sebuah istilah yang diciptakan oleh Jepang untuk menggambarkan rasa yang diberikan oleh glutamat. Orang Barat sering menggambarkan rasa ini sebagai gurih yaitu rasa yang diperoleh dari kaldu. 

Benarkah MSG memberikan efek merugikan bagi kesehatan?

Sejak tahun 1960, MSG telah menjadi pilihan utama sebagai penambah atau penguat rasa masakan. Tingginya pemakaian MSG telah menyebabkan berbagai ketidaknyamanan bagi orang non-oriental setelah makan di sebuah restoran China, yang dikenal dengan "Chinese restaurant syndrome". Mereka misalnya merasakan sesak pada dada atau kesulitan bernapas setelah konsumsi Chinese food.

Isu lain, MSG dikatakan menyebabkan obesitas (kegemukan). Namun tudingan itu dipatahkan oleh hasil penelitian, antara lain dari Kondoh dan Tori (2008) dan Penelitian Shi et al (2012). Penelitian Shi et al menyatakan bahwa kelebihan berat badan disebabkan oleh berbagai faktor, seperti usia, wilayah tinggal, durasi pekerjaan yang panjang, aktivitas fisik dan asupan makanan. Jadi, tidak ada hubungan yang signifikan antara kelebihan berat badan dengan konsumsi MSG.

Di luar itu, ada beberapa peneltian tentang berbagai efek samping asupan MSG. Meski demikian, hingga kini belum ada pernyataan yang menyebutkan  MSG bisa menjadi ‘racun’ bagi manusia. 

Amankah MSG dikonsumsi?

Indonesia (dalam hal ini BPOM RI) dan seluruh negara di dunia lainnya mengatur tentang bahan tambahan pangan (termasuk tentang MSG)  ini mengacu pada Codex Alimentarius Commission(CAC) dan kajian ilmiah berdasarkan hasil Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA).

JECFA menyatakan bahwa batas konsumsi harian seseorang terhadap glutamat, baik dalam bentuk asam ataupun garam (MSG), adalah Acceptable Daily Intake (ADI)  not specified. Artinya, tidak ada batasan khusus dalam konsumsi MSG. Dikategorikan aman bila digunakan  secukupnya.

Food and Drug Administration (FDA) yang merupakan ‘BPOM’-nya di AS juga mengategorikan MSG sebagai bahan tambahan pangan dengan kategori GRASS (Generally Recognized as Safe) pada tahun 1958 bersama dengan garam, cuka, dan baking powder.  Bisa dikatakan, MSG sama tingkat keamanannya dengan garam, cuka, atau pun baking powder

Penetapan GRASS dan ADI not specified pada MSG tentunya bukan berdasarkan perkiraan semata. Dilakukan dengan  berbagai penelitian-penelitian yang tidak sederhana untuk menetapkannya.

Kesimpulannya: 

Sejauh ini penggunaan MSG cukup aman bila dipakai secukupnya. Masalahnya akan terjadi  jika Moms dan keluarga penggemar makan dan jajan di luar. Moms dan keluarga juga penyuka keripik, kerupuk atau jenis kudapan gurih lainnya yang bukan buatan sendiri. Semua itu  dalam pembuatannya seringkali memakai MSG atau penguat rasa dengan perisa ayam, jamur atau sapi. Moms tidak bisa mengontrol penggunaan MSG dalam makan tersebut. 

Nah, bayangkan jika semuanya dimakan dalam keseharian keluarga dan terus menerus. Jumlah MSG yang Moms dan keluarga konsumsi pun akhirnya berlebihan. Meski belum ada kajian sahih, tapi penggunaan sesuatu yang berlebihan biasanya tidak berakibat buruk bagi kesehatan, termasuk bila MSG berlebihan. 

Jadi, sebisa mungkin makan masakan buatan rumah. Jika ingin memakai MSG, gunakan secukupnya. Lebih baik lagi, jika Moms memakai bahan alternatif pengganti MSG. 

Baca Juga : Mitos dan Fakta tentang MSG, Simak!