Pola makan vegetarian dan vegan menjadi gaya hidup yang makin tren di masa kini. Namun, dua istilah ini  sering dicampuradukkan, Moms . Seorang vegetarian sering disebut vegan. Begitu juga sebaliknya. Padahal, meski sama-sama tidak makan makanan hewani, keduanya memiliki perbedaan. Dibandingkan seorang vegetarian, pelaku vegan lebih ketat dalam penerapan menghindarkan makanan hewani, Moms. Bukan hanya untuk pola makan juga untuk kehidupannya. 

Antara vegetarian dan vegan, manakah yang lebih baik untuk kesehatan dan menurunkan berat badan? Apakah risiko dan  pertimbangan menjadi vegetarian atau vegan? Bagi Moms yang ingin ikut menghindarkan hewan dalam pola makan sehari-hrai, coba simaka penjelasan di bawah ini dulu.

Vegan vs Vegetarian

Vegetarian adalah pola makan yang menghindarkan hewan. Nah, vegan adalah bentuk vegetarianisme yang lebih ketat. Vegan menghindari konsumsi hewan dan produk sampingannya, juga termasuk menghindarkan  produk hewani dalam kehidupannya.

Vegan Society mendefinisikan vegan sebagai cara hidup, yang berusaha untuk mengecualikan, sejauh mungkin dan dapat dipraktikkan, semua bentuk eksploitasi dan kekejaman terhadap hewan untuk makanan, pakaian, atau tujuan lain apa pun.

Dengan demikian, vegan akan menghindarkan semua produk atau minuman yang mengandung:

Bukan hanya itu, seorang vegan pun menghindari memakai produk apa pun, yang   secara langsung atau tidak langsung, melibatkan penggunaan hewan oleh manusia. Produk-produk ini seperti:

Mana yang lebih menyehatkan?

Vegetarian dan vegan sama-sama memberikan manfaat kesehatan. Kedua pola makan ini kaya antioksidan padat nutrisi, sehingga membantu  menurunkan indeks massa tubuh, menurunkan kolesterol, mencegah obesitas dan penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular.  

Namun, sulit untuk menilai mana yang lebih menyehatkan, karena kedua diet tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Misalnya, tidak seperti vegan, lacto-vegetarian (vegetarian yang masih konsumsi produk susu dan turunannya) masih mendapatkan kalsium, fosfor, dan vitamin D berkat produk susu. Namun, menghindarkan susu, dapat membantu vegan menjaga kadar kolesterol tetap rendah.

Vegan berisiko kekurangan asam lemak omega-3 esensial, khususnya di EPA dan DHA, bahkan jika mereka mengonsumsi sumber tanaman nutrisi ini. DHA diperlukan untuk fungsi otak dan kognisi dan untuk menghindari mudah lupa, kesulitan memori, dan banyak lagi. Vegetarian dan pescatarian dapat memperoleh EPA dan DHA lebih mudah dari telur dan makanan laut.

Namun, menurut sebuah penelitian (2019), orang dewasa dari Argentina yang diidentifikasi sebagai vegan lebih dekat dengan gaya hidup vegan yang sehat daripada vegetarian dan nonvegetarian.

Namun, mengikuti pola makan nabati tidak menjamin kesehatan yang baik, Moms.  Masih mungkin bagi vegetarian dan vegan untuk menjalani gaya hidup yang tidak sehat atau makan makanan "sampah" olahan.

Mana yang lebih baik untuk menurunkan berat badan?

Sebuah studi (2006) yang melibatkan 21.966 peserta dan ulasan pada tahun 2014 terhadap  tiga studi kohort prospektif yang melibatkan penganut Advent (aliran dalam agama Kristen yang biasanya menerapkan vegan) di Amerika Utara menunjukkan bahwa vegan umumnya memiliki BMI lebih rendah daripada vegetarian dan pemakan daging.

Berat badan seorang vegan juga bertambah lebih sedikit daripada vegetarian dan pemakan daging selama 5 tahun. Ini mungkin karena vegan juga sama sekali menghindarkan produk susu dan telur. 

Risiko dan pertimbangan

Menurut penulis artikel di Journal of American Dietetic AssociationTrusted Source (sekarang Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics), diet vegetarian dan vegan itu sehat dan dapat memberikan manfaat kesehatan dalam pencegahan dan pengobatan penyakit tertentu. Namun, penting bagi vegetarian dan vegan untuk memastikan konsumsi makanan yang seimbang dan sehat yang memenuhi semua kebutuhan nutrisi mereka.

Misalnya, makanan nabati tidak secara alami mengandung vitamin B-12, yang merupakan mineral penting yang mendukung sistem saraf dan kesehatan jantung. Menurut sebuah studi (2017) dari Swiss, beberapa vegetarian mungkin tidak mendapatkan cukup vitamin B-6 dan niasin dari makanannya, sementara vegan mungkin memiliki risiko kekurangan zync dan omega-3 yang lebih tinggi.

Nah untuk untuk itu vegan maupun vegetarian perlu memerhatikan dietnya. Misalnya, bisa mendapatkan vitamin B-12 dari makanan yang difortifikasi, seperti sereal sarapan dan beberapa jenis susu nabati atau dari suplemen vitamin B-12

Bila Moms berminat menjadi vegan atau vegetarian, penting bagi Moms memerhatikan cara memasak dan asal nabati untuk makanan. Hanya konsumsi makanan nabati belum tentu menjamin kesehatan. 

Sebuah studi tahun  2017 menemukan bahwa pola makan nabati yang terdiri dari makanan tidak sehat dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner seseorang. Contoh makanan nabati yang tidak sehat, seperti: 

Pola makan nabati yang tidak sehat ini sering mengakibatkan rendahnya asupan serat, sayuran, dan zat gizi mikro. Selain itu juga  meningkatkan asupan gula dan bahan-bahan olahan.

Jadi, sebelum memulai menjadi vegan atau vegetarian, Moms buatlah perencanaan untuk sumber makanan pengganti hewani serta cara mengolahnya. Jangan sampai akhirnya Moms malah berakhir dengan konsumsi makanan nabati yang ujung-ujungnya hanya junk food

Baca Juga :Resep Salad Sayur Minimalis