Diare pada bayi dapat dilihat dari perubahan bentuk, tekstur dan frekuensi tinja bayi, dimana tinja menjadi lebih encer dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya. Terkadang dibarengi adanya lendir pada tinja-nya. Sebagian besar penyebab diare pada bayi adalah infeksi rotavirus yang tidak membutuhkan obat khusus atau antibiotik. Walaupun demikian, diare pada bayi termasuk salah satu penyebab kematian tertinggi bayi di Indonesia.

Untuk itu, alangkah baiknya Moms waspada bila terjadi perubahan bentuk, tekstur dan frekuensi tinja bayi. Apalagi bila diare dibarengi dengan muntah, yang dapat menyebabkan bayi mengalami kekurangan cairan (dehidrasi). Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan di rumah saat bayi mengalami diare:

Cairan rehidrasi oral adalah cairan dengan kandungan elektrolit yang bertujuan menggantikan kebutuhan air dan elektrolit yang hilang akibat diare. Cairan rehidrasi oral tersedia dalam bentuk kemasan siap pakai yang disebut oralit yang biasanya dilarutkan dengan air sebelum dikonsumsi. CRO juga dapat dibuat sendiri di rumah dengan cara mencampurkan 8 sendok teh gula pasir dan 1 sendok teh garam ke dalam 1 liter air matang.  Berikan sedikit demi sedikit dengan sendok, jangan dengan botol.

Segera bawa bayi ke dokter jika sudah mengalami diare selama lebih dari 24 jam, atau jika mengalami beberapa tanda berikut