Menjamurnya produk yang mengklaim dirinya 'sehat' dengan label "gluten free" membuat sebagian orang berpikir bahwa diet "gluten free" adalah diet yg lebih sehat untuk semua orang. Ditambah lagi pencitraan gluten yang begitu buruk di berbagai platform media sosial. Tapi, apa benar begitu, Moms? Sebelumnya, sudahkah kita paham apa itu gluten? 

Mengutip dari situs para dokter gastroenterologi anak gikids.org, gluten adalah protein yang ditemukan di dalam gandum, rye, dan barley. Gluten juga ditemukan dalam oat yang terkontaminasi (diproses di fasilitas yang sama dengan gandum/rye/barley). Gluten ini adalah protein yang teksturnya seperti lem, lengket. Inilah yang bikin roti bisa kenyal-kenyal cakep menggoda. 

Nah, lalu apa salahnya si gluten ini? Teksturnya yang lengket ini membuat dia butuh usaha ekstra untuk dicerna oleh usus. Pada orang-orang dengan penyakit celiac (salah satu penyakit autoimun yang menyerang pencernaan), kemampuan untuk mencerna ini sama sekali tidak ada, sehingga setiap kali mereka mengonsumsi gluten mereka akan merana. Ya merana, perut mereka akan terasa amat sangat tidak nyaman lebih dari sekadar merasa mulas kebanyakan makan sambal. Tidak hanya orang-orang dengan penyakit celiac, ada yang namanya non-celiac-gluten-sensitivity. Orang-orang ini meski tidak terbukti memiliki antibodi celiac, tetapi mereka tetap merana setelah mengonsumsi makanan-makanan mengandung gluten. Walaupun reaksi dan toleransinya lebih baik ketimbang penderita celiac. Nah, jadi kalau enggak celiac ataupun sensitif enggak perlu dong skip gluten? 

Ada dua pendapat besar di dunia medis tentang hal ini. Kubu pertama, sangat menghina dina gluten. Penyebab kanker, autoimun, hingga berbagai masalah pencernaan menjadi 'dosa' si gluten. Kubu kedua sebaliknya, tidak merasa ada urgensi untuk diet gluten free jika tidak ada indikasinya. Terus yang benar yang mana? Nah ini balik ke keyakinan masing-masing.  

Tapi kenapa banyak yang merasa tubuhnya lebih fit ketika puasa gluten meski awalnya tidak terindikasi? Jawabannya gampang, pertama karena memang selama ini konsumsi gluten kita sangat berlebihan sehingga usus kita yang lelah mencerna protein yang memang sulit dicerna ini membaik ketika diberikan 'istirahat'. Tahukah Moms, jika jeli membaca label, bahkan beberapa jenis kecap juga mengandung gluten, lo!  Dua, karena sohib-sohibnya gluten. 

Hampir semua produk gluten juga mengandung 5P (Pengawet, Pewarna sintetis, Perisa sintetis, Penguat rasa, Pemanis buatan). Jika kita meluangkan waktu buat baca lengkap label produk-produk yang kita masukkan ke keranjang belanja, pasti kita sadar para 'sohib' ini justru adalah biang kerok yang lebih nyata.  Lantas produk berlabel GF pasti lebih sehat? Lagi-lagi kalau meluangkan waktu buat baca labelnya, maka kita akan sadar, produk-produk GF tidak selalu lebih sehat dari yang berbasis gluten itu sendiri. Bahkan sebenarnya banyak pelaku usaha yang asal memasang label GF padahal produknya sendiri masih diproses di fasilitas yang sama dengan produk mengandung gluten. Produk-produk seperti ini seharusnya tidak boleh dilabeli GF karena masih mengandung gluten meski sedikit. Meski sedikit, tetap akan memicu reaksi di tubuh penderita celiac lo, Moms. So, kesimpulannya apa? Iqra. Baca dulu baru beli. Pahami reaksi tubuh sendiri, dan jangan lupa, konsumsi apapun dalam moderasi.