Madu menawarkan banyak manfaat bagi kesehatan. Kandungan antioksidan dan mineral penting lainnya membuat madu dijadikan alternatif pengganti gula yang lebih sehat. Namun, terlalu banyak mengonsumsi madu juga tidak dianjurkan, Moms. 

Meski termasuk pemanis yang lebih sehat dibandingkan gula, madu juga memiliki efek samping yang tidak menguntungkan bagi kesehatan,  jika dikonsumsi secara berlebihan. Karena madu dapat menyebabkan alergi, botulisme pada bayi, penambahan berat badan, dan peningkatan kadar gula darah.

Berikut adalah efek samping konsumsi madu jika berlebihan.

Meningkatkan risiko berat badan naik

Satu sendok makan madu (21 gram) mengandung 64 kalori. Ini angka yang relatif tinggi untuk kalori. Terutama jika Moms mengonsumsinya cukup sering, ditambah jika tidak diimbangi gaya hidup yang aktif untuk membakar asupan kalori yang masuk tiap harinya.

Kebanyakan madu memasukkan gula tambahan selama pemrosesan. Asupan gula tambahan erat kaitannya dengan penambahan berat badan Maka menurut WHO, penting untuk menjaga asupan gula harian di bawah 10% dari total kalori, Moms.

Baca Juga: Berat Badan Ideal Anak Batita

Kemungkinan menimbulkan reaksi alergi

Meskipun alergi madu jarang terjadi, terlalu banyak mengonsumsi madu dapat meningkatkan risiko tersebut, Moms. Umumnya, orang yang alergi terhadap serbuk sari juga bisa alergi terhadap madu. Alergi madu dapat menyebabkan anafilaksis, yaitu reaksi alergi yang bisa fatal dan mengancam nyawa. Alergi ini ditandai dengan ruam kulit, wajah bengkak, mual, muntah, dan syok.

Alergi madu diyakini disebabkan oleh propolis, yaitu zat yang digunakan lebah saat membangun sarang lebah. 

Menyebabkan botulisme pada bayi

Botulisme pada bayi terjadi saat bayi menelan bakteri spora Clostridium botulinum yang kemudian memproduksi racun di dalam tubuhnya. Maka peneliti merekomendasikan untuk tidak memberikan madu kepada bayi yang berusia kurang dari satu tahun.

Botulisme pada bayi dapat menyebabkan gangguan fungsi motorik dan otonom pada bayi. Gejalanya termasuk sembelit, lemah, kelopak mata kendur, kehilangan ekspresi wajah dan kendali kepala, tangisan lemah, dan gagal napas.

Baca Juga: Hati-hati Memberikan Madu pada si Kecil

Meningkatkan kadar gula dalam darah

Studi menemukan bahwa penderita diabetes tetap harus hati-hati dalam mengonsumsi madu. Asupan madu dalam jangka panjang dapat meningkatkan kadar hemoglobin A1C (hemoglobin yang terikat pada glukosa) dalam darah. Kadar hemoglobin A1C yang tinggi dapat meningkatkan risiko diabetes. Maka penting untuk membatasi asupan gula dan madu dalam takaran yang dianjurkan.

Meningkatkan risiko diare

Madu bisa menyebabkan diare karena mengandung fruktosa yang banyak dibanding kandungan glukosanya. Hal ini dapat menyebabkan penyerapan fruktosa yang tidak utuh di dalam tubuh, sehingga berpotensi menyebabkan diare

Kemungkinan menyebabkan keracunan makanan

Madu secara alami mengandung mikroba, termasuk bakteri, ragi, dan jamur, yang berasal dari debu, udara, kotoran, dan serbuk sari. Tetapi karena madu memiliki sifat antimikroba, mikroba ini tidak perlu dikhawatirkan, Moms.

Namun pada kasus yang cukup jarang, ada kemungkinan madu membawa kontaminasi sekunder. Kontaminasi ini bisa berasal dari pengolahan oleh manusia, kontainer, angin, dan debu. Meskipun ini jarang terjadi, penting untuk berhati-hati. Jika Moms atau keluarga memiliki riwayat keracunan makanan, sebaiknya beli madu dari penjual yang kredibel dan Moms percaya.

Meningkatkan risiko kerusakan gigi

Madu mengandung gula dan bersifat lengket. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan gigi dalam jangka panjang jika setelah mengonsumsi madu tidak sikat gigi atau berkumur dengan benar.

Tak terkecuali pada anak, Moms, madu dapat menyebabkan kerusakan gigi pada bayi dan anak, terlebih jika si Kecil menggunakan empeng yang dicelupkan ke dalam madu. Gula dalam madu bisa memberi makan bakteri dalam mulut, sehingga mendorong pertumbuhannya.

Baca Juga: Makanan atau Minuman yang Dapat Merusak Gigi Balita