Masker adalah salah satu atribut utama dan wajib dalam upaya mencegah penularan virus Covid-19. Namun, bagi sebagian orang, memakai masker tidak semudah menutup hidung dan mulut, lalu mengaitkan karetnya ke belakang daun telinga. Ketika memakai masker, mereka akan merasa cemas dan takut. Bisa jadi inilah yang disebut mask anxiety.

Gangguan kecemasan

Kecemasan dapat terjadi dan lebih buruk pada orang dengan riwayat gangguan kecemasan (terutama gangguan panik) dan klaustrofobia atau fobia pada ruangan sempit dan tertutup.

Memakai masker yang menutup mulut dan hidung dapat membatasi udara yang Moms hirup, pada orang dengan mask anxiety, ini membuatnya merasa cemas atau panik. Kemudian dapat menyebabkan gejala lain, seperti pusing atau mual.

Bagi orang klaustrofobia, memakai masker dapat membuatnya panik dan cemas, walau sedang tidak berada di ruang tertutup. Area wajah yang ditutupi oleh masker juga cukup sensitif terhadap panas, dan orang yang mudah cemas dapat salah mengartikan kenaikan suhu sebagai tanda bahaya.

Filtrasi atau lapisan penyaringan pada masker juga menghalangi udara keluar masuk dengan bebas, sehingga menimbulkan ilusi sulit bernapas. Kondisi sulitnya bernapas ini dapat memicu respons respons fisiologis naluriah tubuh terhadap situasi yang mengancam, dan membuat seseorang melawan atau “melarikan diri”.

Situasi pandemi global yang tidak menentu ini juga membuat kondisi penderita gangguan kecemasan dan klaustrofobia tidak lebih baik, Moms. Ketakutannya bertambah oleh risiko tertular penyakit dan ketidakpastian berakhirnya pandemi. Penggunaan masker seakan mengingatkan pada perasaan yang tidak nyaman tersebut.

Baca Juga : Hindari Iritasi Kulit Akibat Masker

Tip nyaman memakai masker

Meski menimbulkan rasa cemas, menggunakan masker di tempat umum tetap lebih baik bahkan sangat dianjurkan di masa pandemi ini. Untuk mengurangi rasa tidak nyaman saat memakai masker, coba tip berikut: 

Mengingatkan diri bahwa masker aman

Meskipun ada beberapa kelompok yang menyebarkan rasa takut untuk menggunakan masker, namun tidak ada bukti bahwa masker berbahaya. Masker bedah atau medis standar tidak kedap udara, justru mengalirkan udara yang cukup di sekitar mulut dan hidung. Penelitian menunjukkan bahwa menggunakan masker tidak menimbulkan perubahan signifikan secara klinis pada kadar oksigen atau karbon dioksida.

Menghalau pikiran negatif

Pikiran negatif terkadang menjadi tantangan besar saat mencoba sesuatu. Saat Moms berpikir hal-hal yang buruk saat memakai masker, coba alihkan dengan pikiran bahwa Moms akan baik-baik saja dan masker mungkin dapat membuat gugup dan cemas, tetapi Moms senang karena dapat melakukan sesuatu untuk menjaga diri dan keluarga tetap aman.

Fokus pada pernapasan

Saat memakai masker, coba untuk menghindari cara bernapas yang cepat. Sebagai gantinya, Moms sebaiknya menggunakan diafragma untuk bernapas dari perut (saat bernapas, seharusnya perut yang bergerak naik dan turun, bukan dada). Tarik napas yang panjang dengan lambat, lalu hembuskan napas lebih lama dari saat menghirup, juga dapat membantu. Selain itu, Moms dapat mencoba teknik menghitung napas.

Melatih diri sendiri

Bisa karena terbiasa. Moms dapat melatih diri menggunakan masker di rumah sampai semampunya, lama-lama pikiran akan menoleransi dan terbiasa menggunakan masker lebih lama. Namun, cara ini jangan diterapkan di luar rumah ya, Moms.

Membuat masker menyenangkan

Saat ini, banyak dijual masker kain yang sudah sesuai standar kesehatan dan didesain dengan corak menarik. Hal ini setidaknya dapat membuat persepsi Moms terhadap masker sedikit berubah, bahwa masker tidak menakutkan.

Baca Juga : Masker Scuba dan Buff Tidak Efektif Tangkal Virus Covid-19