Berdasarkan data International Osteoporosis Foundation, sebanyak 1 dari 3 perempuan di atas 50 tahun mengalami osteoporosis, sementara pada laki-laki, kemungkinan mengalami osteoporosis adalah 1 dari 5 yang berusia di atas 50 tahun. Mengapa demikian?

Osteoporosis adalah kondisi tulang yang menyebabkan menipis dan melemahnya tulang seiring waktu, sehingga lebih mudah patah.

Pengaruh menopause

Perempuan cenderung memiliki tulang yang lebih kecil dan lebih ringan dibandingkan laki-laki. Hal inilah yang membuat Moms lebih rentan mengalami osteoporosis karena massa tulang lebih kecil, juga dipengaruhi oleh menopause.

Setelah menopause, tubuh Moms menghasilkan hormon estrogen dan progesterone yang lebih sedikit, dua hormon ini membantu menjaga tulang tetap kuat. Bahkan, perempuan kehilangan lebih dari 30 persen massa tulang dalam waktu lima tahun setelah menopause. Kekurangan estrogen juga dapat menyebabkan keropos tulang pada Moms yang lebih muda.

Osteoporosis semakin berisiko terjadi pada orang yang memiliki asupan kalsium rendah dan mengalami gangguan makan. Kekurangan kalsium berkontribusi pada pengeroposan tulang dini dan peningkatan risiko patah tulang. Begitu pula kurang makan dapat melemahkan tulang, baik pada perempuan maupun laki-laki.

Biasanya tidak ada gejala yang muncul pada tahap awal pengeroposan tulang. Tetapi begitu tulang melemah karena osteoporosis, tanda yang muncul adalah nyeri punggung yang disebabkan oleh tulang belakang yang retak, tinggi badan mulai menyusut, postur membungkuk, tulang lebih mudah patah.

Cegah sebelum terlambat

Sebelum terlambat, menjaga kesehatan tulang dapat dimulai sedini mungkin, Moms, sekaligus mengurangi risiko terkena osteoporosis:

1. Menjaga asupan nutrisi untuk tulang

Kebiasaan makan yang tidak sehat, terutama kurangnya kalsium dan vitamin D, dapat meningkatkan risiko osteoporosis. Kalsium membantu dalam pembentukan tulang, sementara vitamin D membantu menjaga kekuatan dan kesehatan tulang. Protein juga menghindarkan Moms dari risiko osteoporosis dan patah tulang di usia lanjut. Kalsium terkandung dalam produk susu, vitamin D misalnya bersumber dari ikan salmon dan tuna, juga sinar matahari pada waktu yang tepat.

Baca Juga : Manfaat Vitamin D Untuk Promil

2. Menjaga berat badan

Terlalu kurus dengan berat badan di bawah ideal meningkatkan kemungkinan keropos dan patah tulang. Berat badan berlebih juga diketahui meningkatkan risiko patah tulang di lengan dan pergelangan tangan. Maka penting untuk menjaga berat badan yang ideal dan sesuai untuk tulang dan kesehatan pada umumnya.

3. Olahraga

Gaya hidup yang tidak aktif dapat meningkatkan risiko osteoporosis. Olahraga high impact atau gerakan yang melibatkan lompatan kaki dan meletakkan beban ekstra di lutut, pergelangan kaki, dan pinggul, berkontribusi besar dalam membangun dan mempertahankan massa tulang. Contoh olahraga high impact adalah mendaki, menari, berlari, dan angkat besi.

4. Menghindari rokok dan alkohol

Kedua kebiasaan ini meningkatkan risiko osteoporosis secara signifikan. Penelitian menunjukkan bahwa merokok dan terlalu banyak konsumsi alkohol dapat menyebabkan pengeroposan tulang dan patah tulang, terutama jika dibarengi dengan rendahnya berat badan, kurang aktivitas fisik, dan buruknya pola makan. 

Baca Juga : Pengaruh Rokok pada Program Hamil