Pada Rabu, 9 September 2020 kemarin, pemerintah DKI Jakarta mengumumkan keputusan untuk menerapkan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). 

Keputusan ini diambil seiring meningkatnya kasus positif di Jakarta, bahkan kapasitas tempat tidur di pelayanan kesehatan rujukan sudah 77 persen penuh. 

Artinya, kebijakan di awal masa PSBB Maret hingga pertengahan tahun kembali diberlakukan, Moms. Sejak Senin, 14 September 2020, seluruh kegiatan perkantoran selain 11 sektor ditutup, begitu pula tempat hiburan dan restoran dine in. Kebijakan ini diharapkan mampu menekan angka positif Covid-19 yang terus naik ya, Moms.

Baca Juga : Covid-19 di Indonesia Masuk Peringatan Level 3 Risiko Penularan

Introvert vs ekstrovert 

Walau masih karantina di rumah, banyak hal yang dilakukan orang-orang agar tidak jenuh, mulai dari ramai-ramai mengikuti tren masakan, seperti dalgona coffee, hingga mengembangkan minat pada tanaman dan sukulen.

Namun, tidak semua hal yang cocok dilakukan beberapa orang dapat dilakukan orang lain yang perasaan yang sama. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kepribadian dan karakteristik psikologis pada tiap orang.

Pada aspek interaksi sosial, secara garis besar manusia dikategorikan menjadi dua, yaitu introvert dan ekstrovert. 

Orang introvert mengisi energinya dengan menghabiskan waktu sendiri, sementara ekstrovert cenderung merasa bersemangat ketika berada di antara orang lain.

Dalam menghadapi PSBB di rumah, keduanya memiliki cara sendiri untuk membuat dirinya tetap sehat dan waras. 

Orang introvert dianggap lebih mampu mengatasi situasi karantina di rumah selama berbulan-bulan dibanding ekstrovert yang dianggap akan stres karena kehilangan interaksi dengan teman-teman.

Ternyata penelitian terbaru menunjukkan sebaliknya, Moms, menurut studi yang dilakukan oleh konsultan penelitian di Virginia, Greater Divide, orang ekstrovert cenderung tidak mengalami masalah kesehatan mental akibat karantina dibanding orang introvert.

Baca Juga : Jaga Kesehatan Mental Saat Tinggal di Rumah

Hal ini dikaitkan dengan karakter orang ekstrovert yang optimis, memiliki emosi positif, dan kegembiraan, sementara introvert dikaitkan dengan kecemasan ketakutan, terutama ketidakpastian pandemi ini yang mungkin membuat situasi lebih sulit bagi orang introvert. 

Terkoneksi dengan dunia luar

Koneksi virtual orang ekstrovert juga cenderung lebih banyak dibanding introvert. Penelitian juga menunjukkan bahwa ekstrovert memiliki lebih banyak teman dan koneksi di media sosial. Walau karantina tidak memungkinkan orang ekstrovert untuk bertemu dengan teman, hal ini tidak menjadi masalah, Moms, sebab mereka tetap dapat terhubung secara sosial.

Meskipun menurut penelitian tersebut ekstrovert lebih mampu menghadapi karantina dan pandemi, namun bukan berarti mereka kebal terhadap kecemasan atau stres. Dua kepribadian tersebut sama-sama menghadapi tantangan kesehatan mental (dan fisik) selama karantina.

Dalam menjalani karantina selama pandemi, tetap terhubung dengan orang terdekat merupakan salah satu cara untuk saling menguatkan, jika ekstrovert lebih suka video call dengan teman-teman satu geng sekaligus, introvert mungkin lebih nyaman melakukannya dengan one-on-one

Moms juga bisa memanfaatkan waktu di rumah untuk melakukan kegiatan favorit yang sebelumnya tertunda karena kesibukan, misalnya hobi baru, mencoba resep baru, atau melanjutkan drama Korea. Menyibukkan diri dapat memberi Moms rasa tujuan dalam hidup (sense of purpose) dan memperluas perspektif.

Pada akhirnya, baik ekstrovert maupun introvert sama-sama berusaha menghadapi situasi krisis ini dengan sebaik-baiknya. Memastikan tetap terhubung dengan orang lain dapat membantu mengatasi stres, depresi, dan kecemasan selama pandemi. Segera cari bantuan jika Moms membutuhkannya.

Baca Juga : Tip Aman Bersepeda Saat Pandemi