Terhitung sudah hampir tiga minggu karantina dan Gerakan #DiRumahAja demi mencegah penyebaran virus Covid-19. Bagaimana situasi hati Moms? Aman terkendali? Atau malah dilanda stress dan risau? Di tengah pandemi dan semakin tidak menentunya kondisi, kerisauan merupakan hal yang wajar terjadi.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention, Covid-19 mungkin membuat stres bagi sebagian orang. Hal ini memengaruhi emosi berupa ketakutan dan kecemasan, baik pada orang dewasa, maupun anak-anak. Bagaimana cara mengatasinya?

Anak-anak merupakan generasi yang juga terdampak sama besarnya dengan orang dewasa. Orangtua perlu memerhatikan kondisi emosi anak-anak saat di rumah. Mereka bereaksi pada apa yang mereka lihat dari orang dewasa di sekitar mereka. Ketika orang tua dan pengasuh bersikap tenang dan percaya diri, mereka dapat memberikan dukungan terbaik untuk anak-anak mereka.

Namun, terkadang ada masa-masa di mana orang dewasa juga merasa emosi dan marah pada keadaan. Biasanya di fase inilah, hal-hal sepele pun akan memantik amarah. Misalnya, wi-fi ngadat ketika dibutuhkan, masakan gosong, cucian menumpuk, hingga acara TV yang tidak menghibur. Ujung-ujungnya si Kecil yang jadi korban amarah. Tentunya, Moms tidak ingin hal tersebut terjadi, bukan? Yuk, kelola amarah dengan bijak. 

Kenali sumber amarah

Ketika amarah Mom ingin meledak, coba deh, duduk sejenak dan renungkan, apa penyebab kemarahan hari ini. Jika penyebabnya hanya hal yang sepele, tanyakan pada diri sendiri, apakah itu perlu disikapi dengan kemarahan? Alih-alih mengumbar kemarahan, ada baiknya Moms mengalihkannya dengan segelas air dingin atau seskup es krim kesukaan. Setelah tenang, coba pahami bahwa tidak semua hal bisa dikendalikan. Menurut filosofi stoicism, hal-hal yang di luar kendali, seperti cuaca, kondisi ekonomi, sampai hal-hal seperti kekayaan, karir, reputasi, dan kesehatan, tidak perlu disesali karena kebahagiaan berasal dari dalam diri, bukan dari luar.

Jangan langsung luapkan reaksi

Thomas Jefferson pernah berkata, “Kalau marah, berhitunglah sampai sepuluh sebelum berbicara, atau bahkan seratus kalau sedang marah sekali.” Artinya, sikap dan perkataan yang keluar saat marah biasanya bukanlah hal yang baik. Apalagi yang diluapkan pada anak. Jangan sampai anak-anak terganggu emosionalnya hingga dewasa.

Sadari bahwa marah bukan jalan keluar

Keputusan yang diambil saat emosi bukanlah hal yang bijak, Moms. Apalagi kemarahan yang destruktif. Bagi anak, orangtua adalah panutan mereka. Karena itu hindari sikap-sikap destruktif yang akan membuat anak ketakutan dan tidak merasa aman. Karena itu, selesaikanlah masalah di saat emosi sudah baik.

Ambil waktu sejenak

Butuh waktu untuk meredakan amarah? Sama sekali hal yang wajar. Memproses emosi terkadang membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Terkadang butuh waktu sendiri untuk menenangkan diri, ini lebih baik daripada menyebarkan emosi negatif kepada orang-orang tersayang.

Lapang dada

Sadari bahwa tidak semua hal buruk terjadi pada diri  Moms. Percayalah bahwa ‘kerikil’ ini hanya sebagian kecil untuk mendewasakan diri. Hari buruk ada untuk membuat kita lebih mengapresiasi hari-hari baik. Setuju?