Keracunan makanan disebabkan oleh bakteri, virus atau racun dalam makanan yang kita makan. Beberapa racun ini ditemukan secara alami dalam makanan, Moms. Tapi bisa jadi racun karena pengaruh dari lingkungan.

Keracunan makanan ini jangan dianggap sepele ya, Moms. Saat mengalami keracunan makanan, tubuh mungkin akan mengalami gejala gastroenteritis, seperti kram perut, diare atau muntah, atau gejala seperti flu. Keracunan makanan juga dapat menyebabkan masalah jangka panjang yang serius, seperti gagal ginjal. Dan, penanganan yang salah atau terlambat ada pula yang bisa merengut nyawa. 

Contoh,  ikan besar, seperti hiu, ikan todak dan marlin, dapat mengakumulasi kadar merkuri yang relatif tinggi. Untuk itu, batasi konsumsi ikan ini, terutama bagi balita, Moms yang sedang hamil atau merencanakan kehamilan.

Untuk lebih jelas mengenai keracunan makanan, coba Moms simak di bawah ini.

Gejala dan penyebab keracunan makanan

Tubuh kita mungkin sakit keracunan makanan tetapi terkadang sulit mendeteksi makanan penyebabnya. Bisa jadi kita tidak menyadari telah mengalami keracunan. 

Pada keracunan makanan, bakteri dan virus yang berbeda dapat memiliki efek yang berbeda, Berikut virus dan bakteri yang sering ada pada keracunan makanan:

  • Salmonella: gejala seperti gastro dan flu dapat muncul antara 8 dan 72 jam (biasanya 12 hingga 36 jam) setelah makan makanan yang terinfeksi dan berlangsung selama 2 hingga 5 hari.
  • Campylobacter: gejala gastro muncul dalam 2 sampai 5 hari, dan berlangsung selama 2 sampai 10 hari.
  • Listeria: gejala seperti gastro atau flu biasanya muncul dalam 3 minggu, tetapi bisa memakan waktu hingga 70 hari.
  • Norovirus atau rotavirus: gejala seperti gastro atau flu yang parah biasanya mulai 24 hingga 48 jam setelah terpapar dan berlangsung selama 1 atau 2 hari (norovirus) atau hingga 6 hari (rotavirus).
  • E. coli: gejala gastro biasanya muncul dalam 3 sampai 4 hari dan berlangsung sekitar 1 minggu.

Salah satu cara efektif mencegah keracunan makanan, Moms harus menangani, menyimpan dan memasak makanan untuk keluarga dengan hati-hati. Baca (Checklist! Hindarkan Keluarga dari Keracunan Makanan)

Siapa  yang berisiko tinggi terkena keracunan makanan?

Moms yang sedang  hamil, kakek nenek si Kecil yang sudah berusia lanjut atau anak Moms yang masih kecil, atau anggota keluarga dengan sistem kekebalan tubuh lemah karena penyakit atau obat-obatan, adalah berisiko lebih besar mengalami keracunan makanan dan kemungkinan komplikasi serius.

Sebagai contoh: Jika Moms sedang hamil, bakteri listeria dapat menyebabkan  keguguran, bahkan jika Moms tidak mengetahui telah terinfeksi. Jadi jika Moms  mengalami gejala, seperti  seperti flu ringan diringi diare, muntah dan mual, segera hubungi dokter.

Cara mengobati keracunan makanan

Untuk kelompok berisiko tinggi seperti penjelasan di atas,  sebaiknya segera ke klinik atau rumah sakit terdekat. Penanganan dini diperlukan bagi kelompk berisiko agar terhindar dari akibat yang lebih serius. Selain itu juga untuk memastikan tidak mengalami dehidrasi.

Bawa si Kecil segera ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) jika:

  • Mengalami gejala keracunan makanan, dan berusia kurang dari 1 tahun.
  • Mengalami sakit perut dan muntah yang parah dan tidak dapat menahan cairan.
  • Anak tidak mau minum dan memiliki tanda-tanda dehidrasi, termasuk sedikit atau tidak sama sekali minum, penurunan berat badan, kelelahan, dan rasa haus yang ekstrem.
  • Kondisi si Kecil tampak sangat tidak sehat yang mengkhawatirkan Moms.

Untuk Moms dan orang dewasa lainnya, segera ke klinik atau rumah sakit terdekat jika:

  • Masih memiliki gejala setelah 3 hari, atau gejala  sangat parah.
  • Masih tidak bisa menahan keluar cairan apa pun (muntah atau diare), lebih dari 24 jam setelah sakit.
  • Ada darah atau lendir pada muntah atau diare yang terjadi.

Untuk kasus keracunan makanan ringan, Moms juga dapat mencoba mengisap es, mengganti cairan dan elektrolit yang hilang misalnya dengan minum oralit, menghindarkan makanan penambah parah gejala, seperti makanan pedas, asam atau mengandung gas. Serta istirahat yang cukup untuk memulihkan kondisi.  

Untuk obat-obatan, bila keracunan makanan ini gejalanya tidak parah dan tidak berlangsung lama, bisa diatasi memakai obat-obatan yang dijual bebas di apotik untuk mengatasi gejala yang terjadi. Antibiotik dapat membantu dengan beberapa jenis bakteri keracunan makanan, tetapi biasanya tidak diperlukan.

Baca Juga :Makanan Penyebab Diare pada Anak