Layaknya anak balita, kini  ramai-ramai orang dewasa memiliki boneka. Namun boneka ini bukan sembarang boneka, Moms. Boneka ini disebut-sebut memilki spirit alias arwah. 

Ivan Gunawan, Lucinta Luna, Nora Alexandra, dan Ruben Onsu hingga Celine Evangelista antara lain selebritas yang mengaku mengikuti tren tersebut. Bukan hanya memiliki, mereka pun merawat boneka tersebut layaknya anak manusia pada umumnya, yang dimandikan, didandani bahkan diberi makan dan minum. Nah, Lho!

Asal mula spirit doll

Spirit doll bukanlah hal baru, Moms. Suku kuno Maya sudah mengenal spirit doll ini. Begitu pun budaya kuno Tiongkok. 

Di Indonesia, spirit doll  yang sedang digandrungi yang berupa boneka bayi plastik agaknya terbawa dari spirit doll yang berkembang di Thailand, dikenal dengan nama Luk Thep (malaikat anak). Boneka ini diyakini dirasuki oleh roh halus yang membawa keberuntungan dan kemakmuran di masa depan. 

Adalah sosok Mae Ning yang mengubah citra boneka yang awalnya dipandang sederhana, menjadi sesuatu pembawa keberuntungan. Mae Ning berprofesi sebagai penjual boneka, ahli ritual dan DJ radio lokal. Lewat saluran radio, ia mengklaim kalau boneka memiliki kekuatan super. Tak lama setelah itu, para biksu Buddha dan peramal menggelar ritual untuk menempatkan roh "keberuntungan" ke dalam boneka plastik.

Luk Thep juga dirawat seperti bayi, diberi makan, berpakaian dan digendong. Di Thailand, boneka ini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Terkait dengan asal usul Luk Thep, ada beberapa teori yang berbeda. Ada yang menyebut Luk Thep adalah versi terbaru dari Kuman Thong. Kuman Thong adalah janin yang meninggal sebelum dilahirkan. Oleh sebab itu, Kuman Thong disimpan dan diyakini membawa arwah anak yang sudah meninggal. 

Teori lain mengatakan, Luk Thep berkaitan dengan tingkat kesuburan yang rendah di Thailand. Sebab, yang paling sering membawa boneka ini adalah wanita paruh baya. 

Teori lainnya lagi mengungkapkan tren boneka roh dari Mae Ning muncul bertepatan saat  iklim ekonomi bergejolak di Thailand pada tahun 2016. Di saat ini warga Thailand membutuhkan sesuatu untuk dipegang (secara harafiah) agar tidak stres terhadap kehidupan eknomi yang berantakan. 

Dari tren hingga psikologi

Dalam budaya dan kepercayaan kuno, boneka hanya berfungsi sebagai mainan. Boneka memainkan peran dalam penyembuhan, pengobatan dan tertentu. Tujuannya pun ada yang digunakan secara digunakan  positif dan mencerahkan, atau sebaliknya tujuan negatif atau gelap.

Sebagai contoh, Worry Doll (bahasa Spanyol, Muñeca quitapena) berupa boneka kecil buatan tangan yang berasal dari Guatemala. Membuat boneka adalah warisan budaya kuno Suku Maya. 

Anak-anak Guatemala menceritakan kekhawatiran mereka kepada ini, lalu menempatkannya di bawah bantal ketika mereka pergi tidur di malam hari. Pada pagi hari boneka telah memberi mereka kebijaksanaan dan pengetahuan untuk menghilangkan kekhawatiran mereka.

Beberapa psikolog kini ada yang mengadopsi penggunaan spirit doll untuk membantu kliennya mengatasi insomnia. Ada pula yang meminta kliennya memiliki spirit doll untuk pengingat harapannya. Boneka ini tak harus membeli. Bisa dibuat sendiri dengan bahan sederhana saja, seperti dari stik kayu atau kain perca yang dijahit sendiri. 

Lantas, bagaimana dengan tren spirit doll di Indonesia yang membeli boneka biasa berupa bayi atau balita dengan harga ratusan ribu hingga puluhan juta? Serta memperlakukan boneka ini seolah-olah bayi atau anak yang hidup. Normalkah?

Eits…  jangan terburu-buru menilai perilaku itu sebagai gangguan jiwa. Menurut psikiater dari Klinik Psikosomatik RS Omni Alam Sutera, dr Andri, SpKJ, FAPM, seseorang dikatakan memiliki masalah mental bila  ada gangguan pada perilaku dan perasaan yang mengganggu kehidupannya sehari-hari, dan menyebabkan penderitaan bagi orang tersebut.

Menurut Ketua Program Studi Terapan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Rose Mini Agoes Salim,  tak ada yang salah dengan memainkan dan merawat boneka arwah yang menyerupai seperti seorang bayi. Sepanjang orang tersebut tidak terjerembap dalam ruang halusinasi. Jika ini  menjadikannya kesulitan membedakan nyata dan tidak nyata,  sebaiknya segera meminta bantuan professional di bidang kejiwaan. 

Spirit doll harus diakui menjadi tren berkekuatan media sosial dengan para pesohor sebagai penggeraknya. Boleh-boleh saja mengikutinya. Tapi, tetaplah pakai akal sehat: apakah memiliki spirit doll menjadi kebutuhan atau sekadar ikut tren? Ingat, lho, harganya tidaklah murah. Sayang bukan.

Baca Juga :Pentingnya Mainan Netral Gender untuk Anak