Trauma masa kecil tidak bisa dianggap sepele dan akan mudah hilang begitu saja. Dampak yang ditimbulkan bisa berujung pada perilaku destruktif saat dewasa, seperti menyabotase dan memusuhi diri sendiri, agresi menggunakan kekerasan, hingga melakukan perbuatan jahat. Selain itu, sifat mudah tersinggung, marah dan berteriak, serta mudah memutus relasi sosial,  juga merupakan dampak dari luka batin saat kecil, Moms. Inilah yang disebut “inner child.”

Cidera emosional

Inner child, menurut meaningful.me, adalah sisi kepribadian seseorang yang masih bereaksi layaknya anak kecil atau sisi kekanak-kanakan dalam diri seseorang. Akumulasi pengalaman yang dialami saat kecil, baik itu positif maupun negatif, masuk ke alam bawah sadar dan membentuk kepribadian dan cara bersikap saat ini.

Efek destruktif pada tindakan seorang dewasa, bisa jadi disebabkan oleh pengalaman menyakitkan yang diterimanya saat kecil, terutama dalam lingkup pengasuhan, seperti pengabaian, kekurangan kasih sayang, kontrol yang berlebihan, dan keluarga yang tidak berfungsi dengan baik. Trauma yang dialami saat kecil memengaruhi kondisi batin dan menyebabkan cidera secara emosional, misalnya kehilangan orangtua, kekerasan fisik atau kelalaian, pengabaian emosional, pelecehan seksual, intimidasi, melihat kekerasan dan pertengkaran orang tua, hingga merasa terisolasi.

Tanda luka batin

Setidaknya tanda seseorang memiliki luka batin yang belum disembuhkan dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu rasa harga diri yang rendah, citra tubuh yang buruk, emosi tidak stabil, dan tidak mampu membedakan situasi serius atau bercanda, serta memiliki masalah dengan nafsu makan. Hal yang lebih ekstrem menurut Lifelabs Psychologies adalah melukai diri sendiri, memiliki masalah identitas, keintiman, komitmen, kurang percaya pada diri sendiri dan orang lain, hingga perilaku kriminal.

Di dalam tubuh seorang Moms berusia 30 tahun, bisa jadi ada anak perempuan berusia 5 tahun yang kesepian, terluka, marah, dan takut, dalam mengambil keputusan dewasa. Anak tersebut berjuang sendiri di dunia dewasa yang keras tanpa pengawasan, perlindungan, struktur, atau dukungan orangtua yang tepat. Anak itu butuh Moms untuk menemaninya.

Bisa diperbaiki

Satu-satunya solusi untuk memperbaiki ini semua adalah dengan menyadari keberadaan inner child di dalam tubuh dewasa Moms. Sama halnya dengan anak-anak, inner child butuh Moms untuk menerimanya, merangkulnya, memerhatikannya, dan mencintainya, sebagaimana Moms memperlakukan anak-anak. 

Cara menyembuhkan inner child yang pernah terluka adalah dengan membangun kembali koneksi dengan masa kecil Moms, mengidentifikasi masalahnya, melakukan dialog dengannya, menulis surat agar terbangun hubungan yang lebih kuat dengan inner child Moms. Seterusnya juga tetap memerhatikan perasaan Moms,  dan berhati-hati terhadap kritik yang muncul dari diri sendiri.

Jika luka ini dibiarkan menganga, bukannya disembuhkan, efeknya tidak hanya Moms yang merasakan, tetapi orang terdekat, terutama anak. Rantai tak berujung ini berbahaya bagi psikis anak karena berdampak padanya hingga dewasa. Maka, bulatkan tekad, sembuhkan batin sebelum terlambat. Dengan menyembuhkan diri, Moms juga mencegah sifat destruktif pada si Kecil. Dengan menyembuhkan diri, Moms akan terhindari dari sikap berikut dalam mendidik si Kecil:

 

 

Moms sering dimarahi secara berlebihan dengan teriakan dan kata-kata tidak baik saat kecil? Inilah yang membuat inner child Moms terluka dan tak sadar membentuk Moms. Hal ini dapat menimbulkan trauma dan perasaan takut salah di masa depannya.

 

 

Pada beberapa kasus, pengalaman tidak mendapat benda yang diinginkan saat kecil menjadikannya dendam saat dewasa dan berdampak pada cara mendidik anak. Si Kecil yang terlalu dimanjakan juga tidak akan berfungsi dengan baik di usia dewasanya.

 

 

Cara didik ini sering diterapkan, dan banyak melukai inner child hingga dewasa. Pengekangan dan sikap otoriter orangtua dalam mendidik anak justru dapat membuat mereka inner child mereka takut dan tidak percaya diri di masa depan.