Anak pilah pilih makanan alias picky eater menjadi keluhan banyak orangtua, mungkin termasuk Moms. Acara makan yang seharusnya menyenangkan menjadi arena ‘pertarungan  Moms karena si Kecil menolak makan dan melakukan aksi tutup mulut. 

Sebenarnya, si Kecil tidak seluruhnya membenci makanan, Moms. Bisa jadi ia menjadi rewel hanya terhadap makanan tertentu saja, atau mungkin memang si Kecil mengalami kesulitan dalam mengunyah. Coba Moms kenali tipe picky eater, penyebabnya,  berikut cara mengatasinya:

#1. The Regresor

Sewaktu si Kecil masih bayi, Moms sama sekali tidak kesulitan memberinya makan. Apa pun yang disuapkan ke mulutnya akan ditelan dengan lahap. Tiba-tiba, pada usia 2 tahun, ia kehilangan minat pada makanan yang sebelumnya disukai. Ia menolak makan. 

Apa yang terjadi? Pada saat anak memasuki berusia 18 bulan, bisa jadi si Kecil berubah selera makan secara tiba-tiba. Salah satu alasannya, karena tingkat pertumbuhan mereka melambat secara dramatis. “Anak Anda mungkin makan banyak pada satu waktu, dan sangat sedikit pada waktu makan lainnya. Itu tidak apa-apa,” kata Katja Rowell, M.D., spesialis makanan masa kanak-kanak dan penulis Helping Your Child With Extreme Picky Eating. 

Apa yang harus dilakukan? Ketika si Kecil menolak makanan yang tadinya dia sukai, jangan buru-buru mencoretnya dari daftar makanannya, Moms. Kemungkinan seleranya akan kembali minggu depan bulan depan. Jadi tidak perlu khawatir, Moms, santai saja menghadapinya. Moms bisa tetap sajikan makan tersebut di lain waktu dengan cara baru. Misalnya wortel pure disajikan dalam bentuk schotel. 

#2. The Flavor Hater

Si Kecil hanya menyukai makanan dengan rasa tawar. Roti dengan mentega, sereal dengan susu atau biskuit. Jangankan ayam opor, untuk makan omelet telur dengan sedikit tambahan lada saja  sudah membutuhkan perjuangan panjang untuk menghabiskannya. 

Apa yang terjadi? Banyak balita memiliki keengganan alami terhadap makanan beraroma kuat, seperti makanan berempah, atau rasa pahit seperti pada sayuran. Melihat keengganan anak ini, banyak orang tua menyerah. Hanya memberikan makanan yang anak suka saja, asal anak makan. Ini strategi yang salah, Moms,  karena anak menjadi tidak bisa mengembangkan rasa mereka. Pilihan rasa si Kecil  akan sangat terbatas nantinya. 

Apa yang harus dilakukan? Cobalah latih indera perasa si Kecil secara perlahan untuk menikmati rasa yang lebih kompleks. Jika ia hanya menyukai pasta dengan mentega, coba ganti dengan minyak zaitun. Setelah bisa diterima, tambahkan keju Parmesan. 

Jika anak bertanya tentang rasa yang berubah, katakan sejujurnya ya, Moms. Yakinkan  anak bahwa penambahan rasa itu untuk membuat makanannya lebih nikmat. Biarkan si Kecil merasa nyaman dengan cara mencium, menyentuh, dan menilat makanan terlebih dahulu. 

Cara lain, ajaklah si Kecil untuk menyiapkan makanan, berkreasi dengan bentuk makanan dan lainnya.

#3. The Guzzler

Putra Moms yang berusia 3 tahun lebih suka minum susu daripada makan. Si Kecil selalu minta susu, tapi bila disodorkan makanan langsung menggeleng. Dia tidak mau makanan padat. 

Apa yang terjadi?  Ini adalah masalah umum, Moms.  Si Kecil memiliki satu prioritas: bermain! Bagi si Kecil jauh lebih cepat untuk meneguk minuman daripada duduk dan makan di meja. 

Susu adalah pilihan minuman yang sehat dan dapat membuat si Kecil cepat kenyang sehingga mempengaruhi selera makan si Kecil. Jika perlu, konsultasikan kebiasaan ini ke dokter anak, Moms. Karena kebiasaan ini bisa menjadi sinyal keterlambatan perkembangan motorik yang membuat si Kecil sulit untuk menggigit atau mengunyah.

Apa yang harus dilakukan? Bila kebiasaan si Kecil hanya minum susu tidak terkait dengan perkembangan motoriknya, coba Moms atur strategi minum susunya. Beri si Kecil segelas kecil susu hanya pada waktu makan. Jika si Kecil meminum semua susu terlebih dahulu, lain kali beri dia sedikit air saat makan, dan kemudian susu setelah dia makan. 

#4. The Super Feeler 

Setiap kali makan, ada saja yang membuat si Kecil rewel. Wortelnya yang terlalu keras lah, yogurt terlalu berlendir, mentimum terlalu berair, atau lainnya.  

Apa yang terjadi: Ketidaknyamanan dengan tekstur seringkali menjadi alasan anak menolak makanan. Setiap anak punya kemampuan mengunyah yang berbeda-beda, Moms. Gigi, rahang, dan otot-otot di sekitarnya masih berkembang. Mungkin saja si Kecil belum mampu  mengunyah makanan tertentu, sehingga ia menolak. 

Apa yang harus dilakukan?  Moms lakukan eksprimen dengan tekstur yang berbeda dan ramah bagi mulut anak-anak. Alih-alih menyajikan sayuran mentah atau lembek, cobalah merebusnya. Misalnya rebus dalam air mendidih selama beberapa menit, lalu segera tiriskan dan masukkkan ke dalam semangkok air es. Proses ini membuat sayuran empuk dengan sedikit crunchy. Lalu, buatlah menjadi potongan kecil agar si Kecil lebih mudah mengunyah dengan geraham si Kecil. 

Jika daging utuh membuatnya tak nyaman mengunyah, coba  giling untuk menjadi baso yang direbus atau burger panggang. Dapat pula tektur daging ini dibuat lebih empuk  dengan  slow cooker atau pressure cooker. 

#5. The Untouchable

Balita Moms menyukai berbagai rasa. Tapi sangat pemilih mengenai bagaimana makanannya disajikan. Pastel tutup? Lasagna? Nasi padang yang dirames? Si kecil akan ogah memakannya, sekalipun ada opor ayam favoritnya. Karena, makanan itu di matanya tercampur baur.

Apa yang terjadi? Ketika si Kecil bersikeras  hanya makan dengan makanan menurut potongan tertentu atau cara penyajian tertentu, itu biasanya masalah control, Moms. Biasanya ini diawali dengan kecemasan yang dirasakannya saat itu. Mungkin dia gugup memulai prasekolah atau bersemangat tentang liburan yang akan datang, sehingga lebih gelisah ketika dia duduk untuk makan. Nah cara si Kecil menenangkan diri adalah dengan mendapatkan kendali dengan mengatakan, 'Saya ingin seperti ini.' Ketika melihat Moms meresponsnya, itu membuatnya merasa lebih baik.  

Apa yang harus dilakukan? Menyajikan makanan seperti yang diinginkan si Kecil sebetulnya  tidak masalah.  Tapi bantu si Kecil lebih fleksibel melampaui batasan dirinya.  Misalnya, buatlah dia menyajikan makanan untuk Moms. Minta ia menyendok nasi, lalu menaruh rendang atau gulai ayam di atasnya. Setelah itu, buatlah ekstra di satu piring yang lain, dan sajikan untuk si Kecil. 

Jika si Kecil merengek kesal, hadapi dengan tenang dan katakan, "Kita semua makan seperti yang ada piringmu juga." 

Lalu, alihkan perhatiannya pada makanan dengan bertanya pengalaman yang menariknya,  di hari itu, seperti teman bermainnya, mainannya atau tingkah kucing peliharaannya. Alihkan fokus dengan pembicaraan yang membahagiakannya. Tanpa disadari, kemungkinan si Kecil akan memasukkan makanan ke mulutnya. 

Selamat mencoba ya, Moms.