Anak mengompol sebetulnya biasa terjadi, Moms. Bayi hingga usia balita, si Kecil tak jarang masih suka pipis di ranjang. Namun, memang menjadi tidak wajar bila hingga usia masuk sekolah dasar, pada sekitar 7 tahun, kebiasaan mengompol ini masih dilakukan. 

Kebiasaan mengompol tentunya  menyulitkan Moms. Cucian baju dan seprai sudah pasti menumpuk akibat basah karena air pipis si Kecil.  Ranjang si Kecil pun bisa jadi ikut terkena, sehingga membuat lembap dan menimbulkan bau pesing.  Anak pun akan merasa  tidak nyaman, Moms. 

Bila kebiasaan ini terus berlanjut, bukan hanya Moms yang resah, si kecil pun demikian. Misalnya dia segan mengaak temannya bermain ke rumah karena khawatir memasuki kamar dan mendapati bau pesing. Kebiasaan mengompolnya pun akan ketahuan. 

Belum lagi saat ada kegiatan sekolah, seperti acara berkemah yang mengharuskan anak bermalam di luar rumah, ia pasti enggan ikut karena khawatir akan mengompol di malam harinya. Hal ini tentunya akan menghambat keceriaan si Kecil ya, Moms. 

Sebelum mencari cara mengatasi anak yang masih sering mengompol, coba cek dulu fakta berikut ini agar lebih paham untuk menangani si Kecil yang sering pipis di kasur.

Mengompol lewat usia balita cukup sering terjadi?

Moms sedih si Kecil sudah mau masuk SD masih mengompol? Jangan, Moms. Mengompol bukan hanya kebiasaan bayi, anak bawah dua tahun atau bawah tiga tahun. 

Menurut American Academy of Pediatrics, ternyata 20% anak usia 5 tahun dan 10% anak usia 6 tahun masih suka mengompol. Mengompol juga bukan masalah yang terkait pertumbuhan anak, dan biasanya tidak ada yang serius terjadi. 

Hobi mengompol turunan?

Howard J. Bennett, MD, seorang dokter anak di Washington DC dan penulis WakingUp Dry mengungkapkan bahwa mengompol itu kebiasaan turunan. Bila orang tua suka mengompol waktu kecil, anak pun memiliki kebiasaan yang sama. Biasanya juga, usia saat anak dapat  menghentikan kebiasaan mengompol  itu,  sama kira-kira waktunya seperti dulu orang tua berhenti mengompol.

Jadi, bila penasaran tentang kapan kebisaan mengompol si Kecil berakhir,  coba telepon kakek dan nenek si Kecil.  Gali riwayat kebisaan mengompol diri sendiri dan Dads dulu ya Moms…

Mengompol karena si Kecil malas ke belakang?

Ini salah. Menurut Dr. Howard, mengompol bukan karena kemalasan si Kecil ke belakang di saat waktu tidur. Atau, ia sedang memendam kekesalan atau kejengkelan. Ini tidak ada hubungannya. 

Kebiasaan mengompol hilang dengan sendirinya?

Tak ada salahnya Moms mendapatkan masukan dari dokter anak soal kebiasaan anak yang mengomol. Terlebih kebiasaan ini terus berlangsung hingga melewati masa balita. 

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Urology, para peneliti menemukan bahwa ketika anak-anak mengikuti saran dokter anak  tentang solusi mengompol, ternyata mereka lebih cepat menghentikan kebiasaan mengompol lebih awal daripada kelompok anak yang orang tuanya memilih perawatan untuk berhenti mengompol sendiri.

Mengompol masalah medis atau psikologis?

Ini bisa saja terjadi salah satunya. Untuk kebisaan anak mengompol, terutama yang sudah melewati ‘masa normal’, dokter akan melakukan pemeriksaan  riwayat medis dan menyingkirkan penyebab medis, seperti sembelit atau infeksi. 

Mengompol pada anak atau dalam istilah  kedokteran disebut  enuresis primer. Ini artinya kondisi anak tidak berhenti mengompol sejak bayi. Biasanya penyebab enuresis primer adalah keterlambatan pematangan mekanisme yang mengendalikan kandung kemih.

Tetapi, jika mengompol terjadi setelah anak sempat berhenti ngompol selama sekitar satu tahun, itu disebut enuresis sekunder. Di sini dokter harus melihat lebih dekat penyebabnya. Enuresis sekunder dapat terjadi akibat stres psikologis atau trauma. Untuk ini, dokter anak mungkin menyarankan si Kecil untuk konseling atau perawatan psikologis lain.

Nah, bila ternyata tidak ditemukan penyebab medis atau psikologis untuk mengompol, barulah dokter anak akan memberi beberapa saran untuk membantu anak berhenti mengompol.

Baca Juga :Sudah Besar Masih Mengompol? Ini Sebabnya