ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas  kondisi mental adalah gangguan tingkah laku yang membuat si Kecil Moms kurang fokus, dan sulit berkonsentrasi untuk jangka panjang. Si Kecil pun merasa gelisah, tidak bisa diam dan terkadang melakukan berbagai hal yang bersifat impulsif, seperti berlarian ke sana ke mari atau melompat-lompat. 

ADHD ini sebenarnya sudah terlihat sejak anak batita, malah ada yang beberapa anak sudah terlihat sejak bayi, seperti kesulitan tidur, kesulitan memberi makan, atau sering gelisah. Tapi, orang tua biasanya baru mengeluhkannya sebagai gangguan, jika perilaku si Kecil mulai dikeluhkan oleh sekolah atau lingkungan sosialnya. Itulah sebabnya ADHD biasanya baru diketahui sewaktu anak memasuki usia pra sekolah atau sekolah dasar. 

Keluhan itu misalnya, di sekolah anak Moms dicap sebagai pengganggu teman di kelas, anak yang malas belajar atau nakal. Terkadang si Kecil pun sampai terlibat perkelahian dengan teman maupun gurunya. Kondisi yang menyudutkan si Kecil dan bisa jadi membuatnya tambah frustasi menghadapi gangguan yang dihadapinya. 

Nah, untuk mengetahui apakah si Kecil ini menderita ADHD, berikut gejala seorang anak dengan ADHD yang paling umum: 

Kurang perhatian

Ini membuat si Kecil dengan ADHD mengalami kesulitan menyelesaikan tugas, memerhatikan atau fokus di kelas, bahkan untuk menyelesaikan permainannya sendiri. Ia menunjukkan rentang perhatian yang pendek, sehingga berpindah-pindah aktivitas yang berbeda, tanpa terpaku pada satu aktivitas. 

Pada anak tanpa gangguan ADHD, harusnya pada umur 3 tahun sudah mampu memusatkan perhatian sekitar 9 menit. Di usianya mendekati 7 tahun, ia sudah bsia fokus selama 15 menit. Dan di usia sekolah setidaknya sudah dapat memusatkan perhatian hingga 30 menit. 

Kurangnya perhatian ini juga sering membuat si Kecil jadi dijuluki pelupa atau ceroboh lantaran si Kecil dengan ADHD sering melupakan detail, dan sepertinya tidak dapat mengingat apa yang ia lakukan sebelumnya. Moms akan mendapati si Kecil ini seringkali kehilangan mainan atau peralatan sekolahnya. 

Hiperaktif

Apakah Moms mendapati si Kecil terus menggerakkan kakinya, menggigiti kukunya, atau memainkan tangannya setiap kali Moms memintanya untuk duduk dengan tenang? Mungkin pula anak Moms beralih dari mencoret-coret di dinding rumah, lalu membuat barang-barang rumah tangga berantakan. Dan semua ini dilakukannya hanya dalam hitungan detik. 

Hiperaktif ini membuat si Kecil seperti terus gelisah, bergerak dan tak kenal lelah. Energi si Kecil seperti  tak terbatas dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. 

Impulsif

Impulsif pada anak-anak, sikap impulsif ini ditunjukkan sebagai kurangnya kontrol diri atau disiplin. Si Kecil dengan ADHD ini bisa bersikap impulsif dengan menunjukkan perilaku seperti: 

Pada anak-anak yang lebih besar bahkan dapat menyerang ruang pribadi orang lain, misalnya mengganggu percakapan yang sedang berlangsung, ikut nimbrung dalam permainan atau kegiatan tanpa permisi dulu, menjadi sangat agresif dan melakukan tindakan tanpa  memikirkan konsekuensinya.

Moms, orang tua adalah kunci untuk mengetahui si Kecil ADHD. Di sini perlu perlu kejelian dan kecermatan orang tua memerhatikan tinggkah si Kecil. Jika ada gejala seperti di atas, coba konsultasikan pada dokter anak atau psikolog anak untuk memastikan diagnosis dan assessment perilakunya. Belum tentu, lho, anak Moms ini ADHD. 

Kalau pun ia menderita ADHD, Moms pun jangan bersedih dan merasa si Kecil tidak punya masa depan.  Meskipun ADHD bisa menyusahkan, ADHD bisa memberikan efek positif, seperti: 

Jadi Moms bila si Kecil didiagnosis ADHD, segera ikuti terapi dan pelatihan yang disarankan psikolog. Intervensi dini yang dilakukan dapat membuat tumbuh kembang si Kecil dapat berlangsung lebih optimal, serta menghindarkan anak pada perilaku yang merugikannya kelak. 

^IK