Perundungan alias bullying adalah mimpi buruk bagi anak maupun orang tua. DI saat teman-teman sebayanya bisa melakukan berbagai aktivitas dengan bebas dan riang, anak yang menjadi korban perundungan justru merasa tertekan dan terancam setiap kali berada di luar rumah. Apa yang harus dilakukan orang tua apabila mimpi buruk itu dialami oleh sang buah hati? 

Kenali tanda-tandanya

Tak semua anak yang menjadi korban perundungan bersedia menceritakan tentang perlakuan yang diterimanya kepada orang tua, Moms. Beberapa anak justru berusaha menyembunyikan hal tersebut dari orang tua karena berbagai alasan, seperti malu, takut pada ancaman si perundung, atau tidak ingin mendapat cap negatif dari orang tua. 

Namun demikian, tanpa menunggu anak bercerita sebenarnya Moms bisa mendeteksi perundungan yang dialami sang buah hati dengan cara mengamati perilakunya sehari-hari. Situs UNICEF menjelaskan bahwa anak yang menjadi korban perundungan biasanya akan menunjukkan tanda-tanda berikut ini:

Tunjukkan sikap tenang

Jika mendapati anak menunjukkan beberapa perilaku di atas, cobalah gali informasi lebih jauh tentang kesehariannya, Moms. Mulai pembicaraan dengan mengulas topik sehari-hari, misalnya tentang pengalaman anak di sekolah, siapa saja teman-teman dekatnya, apa saja kegiatan yang senang dilakukannya bersama teman-teman, dan lain-lain.

Perlahan, tanyakan pada sang buah hati apakah ia pernah menghadapi masalah pada saat bersama teman-temannya. Ketika anak mulai membuka diri dan bercerita tentang perundungan yang dialami, hindari menunjukkan sikap marah atau pun frustasi ya, Moms. Orang tua perlu hadir sebagai sosok yang kuat, stabil, mau mendengarkan, serta bersedia mendukung dan membantu dalam situasi apa pun. Selanjutnya, Moms dan Dads perlu melakukan langkah berikut:

Terkadang, anak yang menjadi korban perundungan justru merasa bahwa perlakuan jahat yang diterimanya itu adalah karena kesalahannya. Moms perlu memberi pengertian kepada sang buah hati bahwa hal itu sama sekali tidak benar. Katakan pada si Kecil bahwa yang menjadi masalah dalam hal ini adalah tindakan yang dilakukan oleh pihak perundung, bukan dirinya.

Kasus perundungan bisa berbeda-beda metode dan intensitasnya antara satu sama lain. Tapi biasanya pelaku perundungan akan merasa lebih segan apabila calon korbannya bisa bersikap tegas dan percaya diri, misalnya berani bilang “Tidak!” dengan suara jelas dan volume keras. Ajari pula si Kecil untuk mencari bantuan dari teman-teman atau pun orang dewasa di sekitarnya bila diperlukan.

Katakan pada si Kecil bahwa langkahnya menceritakan pengalaman dirundung sudah benar, karena Moms dan Dads akan bisa membantunya mencari jalan keluar. Selanjutnya, Moms dapat menemui konselor pendidikan/guru BK (jika perundungan terjadi di sekolah) atau orang tua dari pelaku perundungan (jika perundungan tidak terjadi di sekolah) untuk menjelaskan duduk permasalahannya, berdiskusi, dan bekerja sama untuk mencari solusi atas masalah ini. 

Semakin tinggi rasa percaya diri anak, biasanya ia akan merasa kian nyaman terhadap dirinya sendiri sehingga sikap negatif yang ditunjukkan orang lain tidak terlalu mempengaruhi dirinya. Anak yang percaya diri juga biasanya punya lebih banyak teman dan tahu bagaimana cara bersikap di lingkungan sosial. Moms bisa mengajak anak menekuni hal-hal terkait hobinya dan bergabung ke dalam komunitas yang sesuai dengan minatnya. 

JIka berbagai cara sudah dilakukan namun perundungan masih tetap dialami oleh anak, Moms bisa mengevaluasi kembali lingkungan pergaulan atau pun tempat sang buah hati bersekolah. Apabila memungkinkan, Moms dan Dads bisa memindahkan anak ke sekolah baru yang memiliki lingkungan pergaulan lebih kondusif agar ia bisa memulai segalanya dari awal.

Jika diperlukan, Moms dan Dads bisa mendapatkan bantuan dari tenaga profesional seperti psikolog anak untuk membantu sang buah hati menata dan menyongsong kehidupan barunya dengan optimis dan penuh semangat. 

^IK