Secara umum, dasar-dasar latihan ke toilet untuk anak lak-laki dan anak perempuan hampir sama, Moms. Tapi, dari beberapa studi dan ahli pengasuhan melihat ada perbedaan kecil yang perlu Moms perhatikan terkait gender ini agar toilet training ini sukses seperti yang Moms harapkan. 

"Anak laki-laki lebih cenderung siap untuk toilet training ketika ia secara fisik mampu menangani tugas itu," kata Mo Mulla, pendiri Parental Questions. Hal ini mengakibatkan Moms (dibantu Dads tentunya) perlu lebih aktif dalam melatih putra Kecil Moms melalui proses pelatihan toilet training-nya.

Untuk itu, ada  panduan yang secara khusus ditujukan untuk anak laki-laki keberhasilab  toilet training-nya, yatu: 

Jadikan toilet training sebagai permainan

Sebuah studi kecil tahun 2015 terhadap siswa sekolah menengah menemukan bahwa mengubah pembelajaran menjadi permainan melalui program memberikan poin, lencana, dan peringkat untuk pertanyaan yang dijawab dengan benar, ternyata tidak hanya meningkatkan motivasi pada mata pelajaran pada anak laki-laki. Cara ini  juga meningkatkan kinerja dirinya.

Untuk alasan ini, Mulla sangat merekomendasikan untuk mengubah latihan pispot menjadi kegiatan yang menyenangkan yang gaya personal khasnya anak laki-laki. Misalnya: 

Nah, di ujung permainan itu barulah Moms menjelaskan kepada si lanang Kecil ini tentang kegunaan pispot. Moms bisa membantunya memahami dengan menggunakan cerita bertema potty.

Biarkan dia memilih pakaian dalam untuk anak besar

Menurut tahapan perkembangan psikososial, anak-anak antara usia 18 bulan dan 3 tahun itu menjadi sangat fokus pada pengembangan rasa kemandirian dirinya sendiri. Itulah sebabnya Moms,  pada usia ini sangat baik untuk mendorong si Kecil membuat beberapa keputusan sendiri. 

Misalnya, si Kecil dapat memilih pakaian dalam yang diinginkan. Memberikan kemandirian dapat membantu si Kecil. Khususnya untuk anak laki-laki karena  dapat membantunya merasa lebih percaya diri dan aman.

Jadi, begitu putra Moms mau bekerja sama mengikuti toilet training  selama beberapa waktu, libatkan si Kecil dalam proses belanja pakaian dalam. Biarkan dia memilih warna dan motif lucu yang dia sukai. Ini akan menjadi motivasi bagi dirinya untuk  menjalani toilet training-nya.

Bantu dia melalui transisi dari duduk ke berdiri

Laki-laki memang buang air kecil dengan berdiri. Tapi pada tahap awal pelatihan, boleh saja jika putra Kecil Moms ini pipis dengan  duduk di pispot. 

Kapan waktu yang tepat untuk mengarkan putra Kecil ini pipis berdiri? Sebaiknya Moms menunggu sampai si Kecil belajar pipis dan BAB secara konsisten selama beberapa minggu, baru Moms mencobanya. 

Di awal, jadikan pilihan pipis berdiri itu sebagai pilihan. Jika ia masih ingin pipis dengan duduk, biarkan saja dulu Moms… Si Kecil perlu waktu untuk terbiasa. 

Nah, di saat belajar pipis berdiri ini, bisa juga Moms jadikan semacam permainan, khususnya agar putra Kecil ini bisa belajar ‘membidikkan’ pipisnya tepat di tengah toilet. Caranya, Moms bisa meletakkan sesuatu di dalam toilet (sepotong sereal atau biscuit kecil). Lalu, mintalah si Kecil berdiri di dekat toilet. Minta ia untuk  untuk memegang ujung peewee-nya, lalu arahkan agar pipis ini bisa mengenai sereal tersebut.

Belajar dari contoh

Toilet training akan berhasil juga bila putra Kecil melihat contoh. Di sini, Dads  harus turun tangan. Ajarkan dan perlihatkan proses bagaimana cara pipis yang benar di toilet, sekaligus cara membersihkannya. 

Berikan apresiasi jika putra Kecil Mom ini berhasil melakukan toilet training. Misalnya, dengan memberikan tambahan waktu bermain atau memberi hadiah yang dapat memotivasi si Kecil. 

Wajar juga ya Moms, jika putra Kecil ini belum sukses sepenuhnya untuk toilet training. Misalnya, pipisnya masih berceceran di seputar toilet, atau sesekali kebablasan ngompol atau BAB. Namanya juga pelatihan. Sabar ya …

^IK