Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberikan  Emergency Use Authorization (EUA) terkait vaksin bagi anak-anak dan remaja untuk pemakaian vaksin Sinovac. Rekomendasi itu tercatat dalam Surat Nomor RG.01.02.322.06.21.00169/T mengenai Hasil Evaluasi Khasiat dan Keamanan Komite Nasional Penilai Obat. Rekomendasi vaksin ini sementara baru diberikan kepada anak usia 12 – 17 tahun. 

Meski rekomendasi baru diberikan pada anak yang sudah mau masuk remaja, keputusan  ini disambut baik oleh Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. DR. Dr. Aman B. Pulungan, Sp.A(K), FAAP, FRCPI(Hon). Ia menilai perkembangan virus COVID-19 akhir-akhir ini mengkhawatirkan bagi anak di Indonesia. Kasus positif Covid-19 pada anak Indonesia umur 0-18 tahun menurut data covid19.go.id adalah sebanyak 12,6%. Ini berarti 1 dari 8 orang yang tertular Covid-19 adalah anak-anak. Data IDAI juga menunjukkan case fatality pada anak-anak di Indonesia itu mencapai 3-5%. Ini angka case kematian anak paling banyak di dunia.

Untuk mendukung EUA dari BPOM, maka IDAI mengeluarkan Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia terkait Pemberian Vaksin COVID-19 pada Anak dan Remaja tertanggal 28 Juni 2021. Namun, Moms mungkin masih bertanya-tanya: Apakah aman anak divaksinasi COVID-19? Bagaimana efek sampingnya? Dan apa saja yang harus disiapakan untuk vaksinasi ini? Coba simak di bawah ini: 

Apakah Indonesia merupakan negara pertama yang memberikan rekomendasi vaksin COVID-19 untuk anak?

Tidak, Moms. Pada 5 Mei 2021, Kanada telah menjadi negara pertama di dunia yang menyetujui vaksin COVID-19 untuk penggunaan darurat pada anak usia 12–15 tahun. Dan, pada akhir bulan yang sama, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) dan European Medicines Agency (EMA) juga memberikan lampu hijau untuk vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech untuk remaja.

Mengapa anak perlu divaksinasi COVID-19?

IDAI merekomendasikan anak divaksinasi COVID-19, karena memang jumlah anak yang terpapar Virus COVID-19 di Indonesia tergolong tinggi.  Kasus positif Covid-19 pada anak Indonesia umur 0-18 tahun mencapai sebanyak 12,6%. Dari angka itu, kasus positif Covid-19 anak umur 1 –5 tahun mencapai 2,9 %, sedangkan usia sekolah/remaja umur 6 –18 tahun hingga  angka  9,7 %.

Dalam rekomendasinya, IDAI memaparkan  anak  dapat  tertular  dan  atau  menularkan  virus  Corona  dari  dan  ke  orang  dewasa  di sekitarnya. Itu berarti paparan virus COVID-19  bisa berasal dari Moms atau Dads, orang lain yang tinggal serumah dengannya (seperti baby sitter atau Asisten Rumah Tangga), orang yang berkunjung ke rumah, teman atau guru di sekolah pada pembelajaran tatap muka.

Vaksin COVID-19  pada anak ini diharapkan dapat memutus penularan timbal balik antara orang dewasa dan anak, terutama pada usia  remaja yang memiliki mobilitas tinggi. Tentunya keberhasilan memutus rantai penularan COVID-19 ini juga harus didukung dengan penerapan protokol kesehatan dalam menghadapi COVID-19. 

Menurut Aman, keadaan semakin tak menguntungkan bagi anak bila pandemi COVID tidak juga reda dan dilakukan berbagai langkah untuk memeranginya. Karena, kondisi rumah sakit yang penuh akan membuat penanganan pasien anak tidak optimal

Bagaimana keamanan vaksin covid-19 bagi anak? 

Pemakain vaksin COVID-19  pada anak Indonesia berdasarkan  pertimbangan Hasil  uji  klinis  fase  1  dan  fase  2  vaksin  CoronaVac  buatan  Sinovac  pada  anak  umur  3-17  tahun dengan metode randomisasi, buta ganda dan kontrol plasebo di Zanhuang (China). Dari hasil uji tersebut menunjukkan  dapat   dilakukan   percepatan   vaksinasi   COVID-19   pada   anak   menggunakan   vaksin   Covid-19 inactivated buatan Sinovac. Apalagi  vaksin ini sudah tersedia di Indonesia dan sudah ada uji klinis fase 1 dan 2 dengan  hasilnya aman dan serokonversi tinggi.  Serokonversi adalah perkembangan antibodi yang dapat dideteksi pada mikroorganisme dalam serum sebagai akibat dari infeksi atau imunisasi.

Pada usia berapa anak boleh divaksinasi?

Untuk saat ini IDAI baru merekomendasikan  vaksinasi bagi anak dengan umur 12 –17 tahun  dengan pertimbangan: 

  1. Jumlah subjek uji klinis memadai. 
  2. Pada rentang tersebut anak biasanya memiliki  mobilitas tinggi, dan kemungkinan berkerumun di luar rumah juga lebih banyak dilakukan pada usia ini.  
  3. Pada rentang 12 – 17 tahun, anak pun dinilai sudah mampu menyatakan keluhan KIPI (kejadian ikutan pasca imuninasi) bila  ia merasakannya

Untuk rentang usia 3 -11 tahun, IDAI masih menunggu kajian penilaian keamanan dan dosis dengan jumlah subyek yang memadai. 

Seberapa banyak vaksin akan diberikan?

Vaksin dilakukan dengan pemberian dosis  3 ug (0,5 ml) dengan penyuntikan di otot lengan atas. Vaksin  akan diberikan sebanyak  2 (dua) kali dengan jarak vaksinasi masing-masing 1 bulan. Untuk penyuntikan itu Moms jangan khawatir. Penyuntikan tentunya dilakukan oleh tenaga  kesehatan  dengan  mematuhi  panduan imunisasi  dalam  masa pandemi yang telah disusun oleh Kementerian Kesehatan,  IDAI dan organisasi profesi lain.

Apakah setiap anak dalam usia 12 – 17 tahun perlu disuntik vaksin COVID-19?

Tidak semua anak bisa diperbolehkan mendapatkan vaksin COVID-19. Antara lain anak yang sebaiknya tidak divaksin adalah: 

Khusus untuk anak dengan kanker dalam fase pemeliharaan, penyakit  kronis atau autoimun yang terkontrol masih dapat mengikuti vaksinasi COVID-19, tetai harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter penanggung jawab sakitnya. 

Apakah efek samping dari vaksin COVID-19 pada anak?

Sejauh ini efek samping yang ditemukan pada vaksinasi COVID-19 dengan Sinovac pada anak adalah nyeri pada area ringan atau  sedang pada area seputar penyuntikan.