Seiring dengan kandungan yang kian membesar, Moms mungkin merasakan frekuensi berkemih semakin sering. Repotnya, urusan pipis ini kadang tak bisa ditahan. Seperti kran bocor, urin ini mengalir tanpa bisa ditahan. Mengapa?

Yang sedang Moms alami itu juga banyak dialami ibu hamil lainnya. Ini disebut inkontinensia urine, yaitu: ketidakmampuan untuk mengontrol aliran urin. Kondisi ini membuat Moms bolak balik ke toilet untuk berkemih. Dan, Moms selalu merasa ‘kebelet’ alias ingin pipis terus, bahkan pipis ini sudah mengalir sebelum Moms masuk ke toilet. Inkontinensia ini bisa terjadi karena berbagai alasan, di antaranya karena kehamilan, persalinan, dan usia.

Bagaimana kehamilan memengaruhi kontrol kandung kemih?

Kandung kemih itu terletak di bawah rahim. Proses perkembangan janin yang kian membesar dari minggu ke minggu membuat kandung kemih Moms menjadi tertekan dan terkompresi. Menjadikan tersisa lebih sedikit ruang untuk urin. Tekanan ekstra ini bisa membuat Moms merasa ingin buang air kecil lebih sering dari biasanya. Tenang Moms…. Biasanya kondisi ini bersifat sementara dan hilang dalam beberapa minggu setelah kelahiran bayi.

Yang sangat menggangu adalah jika urusan buang air kecil ini tidak bisa dikontrol. Moms keburu pipis, sebelum sampai di toilet. Salah satu jenis inkontinensia yang banyak memengaruhi ibu hamil adalah inkontinensia stress. Jika mengalami ini, Moms juga bisa jadi mengeluarkan urin saat batuk, tertawa dan melakukan aktivitas fisik. 

Bagaimana persalinan memengaruhi kontrol kandung kemih?

Risiko mengalami inkontinensia setelah melahirkan juga bisa terjadi. Seringkali tergantung pada kehamilan Moms, jenis persalinan, dan jumlah anak yang dimiliki. Selain itu, ada beberapa hal lain yang bisa menyebabkan Moms mengalami kehilangan kontrol kandung kemih setelah melahirkan:

Prolaps organ panggul

Jika otot-otot di sekitar kandung kemih menjadi lemah, organ tersebut sebenarnya dapat keluar dari posisinya. Kondisi ini disebut sistokel. Saat kandung kemih mengendur, dapat menyebabkan uretra lebih meregang (terbuka).

Kerusakan saraf panggul

Saraf panggul yang mengontrol fungsi kandung kemih bisa terluka selama persalinan pervaginam (normal) yang lama atau sulit.

Cidera saat melahirkan 

Terkadang, melahirkan dengan forsep dapat menyebabkan cedera pada otot dasar panggul dan otot sfingter ani.

Cidera karena mendorong terlalu lama 

Mendorong keras dalam waktu lama selama persalinan pervaginam juga dapat meningkatkan kemungkinan cidera pada saraf panggul.

Diagnosa masalah kontrol kandung kemih

Sebagian besar masalah dengan kontrol kandung kemih selama atau setelah kehamilan menghilang seiring waktu. Moms,  harus berkonsultasi pada dokter atau bidan jika  inkontinensia urin ini berlanjut selama enam minggu atau lebih setelah melahirkan.

Beberapa tes di bawah ini mungkin diperlukan untuk memastikan kondisi medis dan menilai fungsi kandung kemih Moms, yaitu:

 Untuk tes ini Moms diminta memberikan sampel urin. Sampel ini akan dianalisis untuk kemungkinan infeksi yang dapat menyebabkan inkontinensia.

Gambar yang dihasilkan oleh gelombang ultrasonik dapat memastikan bahwa kandung kemih Moms benar-benar kosong.

 Untuk tes ini, dokter akan memeriksa tanda-tanda kebocoran urin saat Moms batuk dengan paksa atau mengejan.

Sebuah alat dengan kamera mini di salah satu ujungnya dimasukkan ke dalam uretra untuk melihat kondisi di dalam kandung kemih dan uretra.

Sebuah selang kecil dimasukkan ke dalam kandung kemih. Air dialirkan melalui selang ini untuk mengisi kandung kemih. Gunanya untuk mengukur tekanan di dalam kandung kemih.

Cara mengatasi inkontinensia urine

Ada beberapa teknik untuk mengatasi atau setidaknya mengurangi masalah kontrol kandung kemih, yaitu: