Stres memang tak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari ya, tak terkecuali pada Moms hamil. Riset menyatakan bahwa 78% ibu hamil di dunia mengalami stres skala rendah hingga sedang dan sekitar 6% mengalami stres dengan intensitas tinggi. 

Banyak nih Moms yang jadi penyebab stress. Beberapa penyebab yang umum dihadapi Moms hamil antara lain tuntutan pekerjaan, tanggung jawab keluarga, kondisi rumah tangga yang tidak harmonis, ketegangan dalam hubungan intim, dan komplikasi kehamilan.

Tapi, meski stres tak bisa dihindari, Moms yang sedang menanti kehadiran sang buah hati mesti bersikap ekstra hati-hati kala menyikapi stres. Pasalnya, penelitian terbaru menunjukkan sejumlah dampak buruk stres pada kesehatan Moms dan janin dalam kandungan. Ini beberapa di antaranya. Simak ya, Moms.

Tingkatkan risiko persalinan prematur

Tak banyak yang menyadari bahwa saat stres, tubuh melepaskan hormon stres kortisol ke dalam darah. Seiring itu pula, pelepasan gula ke dalam darah meningkat dan jantung berdetak lebih cepat dari biasanya. Ini sebenarnya merupakan reaksi normal tubuh terhadap stres, yang dinamakan reaksi fight or flight. Setelah stres berlalu, kadar gula darah dan detak jantung akan kembali normal.

Yang menjadi masalah, bila stres berlangsung dalam jangka waktu lama maka kadar gula darah dan tekanan darah Moms hamil akan konstan tinggi. Kondisi ini tentunya  sangat tidak ideal, Moms, terutama bagi mereka yang mengalami diabetes gestasional (diabetes selama hamil) atau pun preeklamsia (tekanan darah tinggi selama hamil), karena bisa meningkatkan risiko persalinan prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, juga kematian ibu dan bayi.

Masalah perilaku pada anak

Pelepasan hormon kortisol oleh Moms hamil juga bisa mempengaruhi fungsi sumbu HPA (hipotalamus pituitary adrenal) pada otak janin lho, Moms. Hal ini bisa mengakibatkan peningkatan kadar reaktivitas kortisol dalam tubuh dan bisa mempengaruhi perkembangan fungsi kognitif janin dalam kandungan Moms. Hasilnya adalah peningkatan risiko masalah perkembangan dan perilaku seperti gangguan kecemasan (anxiety disorder) pada diri si Kecil kelak. 

Penurunan tingkat kecerdasan anak

Gangguan perkembangan fungsi kognitif pada janin sebagai akibat dari pelepasan hormon stres pada Moms  hamil juga bisa mengurangi potensi kecerdasan si Kecil. Ini ada penelitiannya, Moms. Menurut penelitian, stres pada masa masa kehamilan berhubungan dengan penurunan fungsi memori kerja (working memory) ketika anak berusia 8 tahun. Memori kerja adalah kemampuan kognitif kompleks yang berpengaruh pada kemampuan berpikir, memproses informasi, dan menyelesaikan masalah.

Gangguan tidur pada bayi

Hormon kortisol yang diproduksi  Moms hamil saat stres juga bisa memasuki kandungan melalui plasenta. Menurut hasil studi yang terbit dalam jurnal Early Human Development, paparan hormon kortisol bisa mempengaruhi pertumbuhan bagian otak janin yang mengatur siklus tidur. Akibatnya, bayi bisa mengalami gangguan tidur setelah lahir nanti, Moms. Dampaknya juga lagi-lagi bisa merugikan kesehatan si Kecil, Moms. Gangguan tidur juga bisa mempengaruhi kondisi emosional bayi sehingga ia menjadi lebih rewel dan cenderung cemas saat menghadapi lingkungan baru. 

Depresi pada Ibu Hamil

Bukan saja mengakibatkan gangguan tidur pada bayi, stres di masa kehamilan juga bisa meningkatkan risiko insomnia pada Moms hamil. Akibatnya, Moms yang sedang hamil jadi kekurangan waktu untuk beristirahat, memulihkan kondisi tubuh yang sedang lelah, dan mempersiapkan diri menghadapi persalinan. 

Ujung-ujungnya, itu semua bisa meningkatkan risiko terjadinya depresi pasca persalinan. Menurut penelitian, selain membahayakan Moms, depresi pasca persalinan juga bisa berdampak buruk pada proses tumbuh kembang si Kecil.  

Nah, untuk menghindari berbagai masalah tersebut, Moms mesti belajar nih, cara mengelola stres selama kehamilan. Caranya dengan melakukan latihan pernapasan, berbicara dari hati ke hati dengan pasangan, berbagi tugas rumah tangga dengan anggota keluarga lainnya, sampai membentuk support system yang kuat, yang terdiri dari pasangan, anggota keluarga, teman-teman, tetangga, sesama orang tua murid, dan seterusnya.

Terakhir, tak perlu ragu mendapatkan bantuan profesional apabila semua cara tersebut tak kunjung mendatangkan hasil yang memuaskan ya Moms. Tak perlu ragu menemui terapis atau psikolog, karena semakin baik kemampuan mengelola stres, semakin besar pula kemungkinan Moms bisa menjalani proses kehamilan dalam kondisi sehat lahir dan batin sampai masa persalinan tiba. 

^IK