Gangguan makan bisa dialami oleh siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Binge eating disorder (BED) adalah salah satunya, Moms. Orang yang mengalami gangguan ini akan makan dalam jumlah berlebihan selama rentang waktu tertentu, lantas kemudian menyesal atau bahkan didera stres akibat kegiatan yang baru dilakukannya.

Sama seperti jenis gangguan makan lainnya, orang yang menderita BED kemungkinan juga mengalami masalah emosional seperti gangguan kecemasan, perasaan bersalah dan malu, stres, atau bahkan depresi. 

Tak jarang, Moms, penderita BED menghindari kegiatan yang mengharuskan mereka bertemu orang lain, seperti pergi sekolah, bekerja, atau sekadar melakukan aktivitas di luar rumah. Bagaimana cara mengatasinya agar tidak sampai mengurangi kualitas kehidupan? Simak sampai selesai ya, Moms. 

Gejala BED

Orang yang mengalami BED memiliki hubungan “benci tapi rindu” dengan makanan. Mereka bisa menemukan kesenangan dan perasaan tenang saat sedang makan, namun beberapa saat kemudian bisa merasa jijik dan benci pada makanan yang sudah disantapnya. 

Makan berlebihan memang merupakan salah satu gejala BED yang paling mudah diamati. Tapi jangan salah Moms, penderita BED tidak selalu mereka yang memiliki berat badan berlebih. Pemilik berat badan normal pun bisa terdiagnosis mengalami BED apabila mereka tidak punya kendali atas kegiatan makan. Beberapa hal berikut bisa menjadi pertanda kalau Moms atau salah satu anggota keluarga mengalami BED:

Apa penyebab BED?

Para ahli masih belum mengetahui penyebab pasti gangguan makan ini. Tapi diperkirakan, BED bisa dipicu oleh kombinasi sejumlah faktor mulai dari riwayat genetik, kebiasaan makan keluarga, kondisi emosional, dan kebiasaan melewatkan jam makan normal. 

Kondisi BED bisa didiagnosis oleh dokter dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan terkait kebiasaan makan dan kondisi psikologis. Seseorang akan didiagnosis mengalami BED apabila ia mengalami setidaknya 1 kali episode binge eating selama seminggu, dan episode binge eating tersebut kembali berulang selama setidaknya 3 bulan.

Untuk melengkapi diagnosis, dokter juga kemungkinan akan melakukan sejumlah tes kesehatan, termasuk cek diabetes, tekanan darah, dan kadar kolesterol, serta melakukan pengecekan terhadap kondisi mental pasien. 

Cara mengatasi BED

Penanganan terhadap penderita BED paling baik dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri dari dokter, terapis, dan pakar nutrisi. Tindakan yang dilakukan biasanya mencakup konseling gizi, perawatan medis, dan terapi psikologis. 

Bila BED dialami oleh Moms atau suami, maka curahan perhatian dan dukungan dari pasangan akan sangat besar perannya untuk membantu mengatasi gangguan makan ini. Jika BED dialami oleh si Kecil, maka Moms dan suami bisa melakukan beberapa hal berikut untuk membantu memulihkan kondisi anak:

  1. Buat jadwal makan teratur 3 kali sehari, termasuk waktu untuk menikmati camilan (snack) sebanyak 2 kali sehari. Jadwal makan yang tidak teratur bisa mengakibatkan si Kecil terlalu lapar sehingga menyantap makanan dengan porsi berlebihan pada jam makan berikutnya. 
  2. Latihan mindful eating. Ajari si Kecil untuk memberikan perhatian penuh pada makanan yang ada di hadapannya dan untuk tidak makan sambil melakukan kegiatan lain. Latihan mindful eating akan membuatnya lebih peka terhadap rasa kenyang.
  3. Hindari faktor pemicu. Bantu si Kecil mengenali dan mengendalikan faktor pemicu kebiasaan binge eating agar bisa mengatasinya di lain waktu. Moms bisa mengajaknya mendengarkan musik, bermain bersama, latihan pernapasan, atau mengajaknya bicara dari hati ke hati.
  4. Aktif secara fisik. Mulailah kebiasaan baru bersama keluarga yang melibatkan aktivitas fisik seperti trekking di hari libur, berenang di akhir pekan, dan sejenisnya. Kebiasaan baru ini akan membantu si Kecil memelihara berat badan ideal, menyalurkan energi berlebih, dan mengalihkan perhatiannya dari faktor pemicu BED. 

^IK