Sudah 1,5 tahun lamanya pandemi COVID-19 menerpa dunia. Beberapa negara di dunia sudah mulai memasuki kondisi new normal. Sayangnya, negara kita justru terjadi sebaliknya. Beberapa minggu ini korban terinfeksi menembus angka yang tertinggi. 

Kasus harian di Indonesia menembus angka  21.095 kasus, membuat infeksi secara keseluruhan berjumlah 2.093.962 kasus. Ini menyebabkan Indonesia disebut sebagai negara dengan jumlah kasus dan kematian COVID-19 tertinggi di Asia Tenggara.

Di tengah mengganasnya infeksi virus COVID-19, sayangnya masih banyak yang tak percaya terhadap keberadaan virus ini. Menganggap remeh, dan mengabaikan protokol kesehatan untuk menangkal virus covid. Yang lebih menyedihkan mereka pun lebih memercayai mitos ketimbang fakta tentang COVID-19. 

Berikut mitos tentang COVID-19 yang banyak dipercaya dan Faktanya SALAH!

Asal-usul COVID-19

Mitos: COVID-19 dibuat di laboratorium.

Fakta:  Para ilmuwan masih menyelidiki asal usul COVID-19, tetapi mereka tahu bahwa tidak mungkin seseorang membuatnya di laboratorium. Berdasarkan penelitian lain terhadap virus Corona, para ahli memperkirakan virus ini kemungkinan berasal dari kelelawar, lalu  berevolusi untuk menginfeksi manusia.

Keamanan vaksin COVID-19

Mitos: Vaksin COVID-19 itu tidak aman, karena dibuat dengan cepat. 

Fakta: Karena kita berada dalam pandemi global, perusahaan obat menghabiskan banyak waktu dan biaya agar cepat menyelesaikan pembuatan vaksin COVID-19. Tapi, cepat bukan berarti mereka membuat asal, tidak aman . Semua vaksin sudah melalui studi ketat untuk memastikan vaksin tersebut terbuat dari bahan yang aman untuk manusia dan  berfungsi untuk melawan virus COVID.  Di Indonesia, setiap vaksin COVID-19  yang dipakai harus dipastikan keamanan dan khasiat mutunya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) lewat uji di Laboratorium Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan Nasional

Berkaitan penyakit akibat vaksin COVID-19

Mitos: Vaksin justru akan membuat kita tertular COVID-19.

Fakta: Tidak ada vaksin COVID-19 yang disetujui di Indoensia, atau yang sedang dikembangkan oleh perusahaan lain, yang memiliki virus hidup yang menyebabkan COVID-19. Intinya: Vaksin COVID-19 tidak dapat membuat Moms malah tertular penyakit ini.

Vaksin COVID-19 dan kehamilan 

Mitos: Kehamilan terganggu bahkan terhenti  vaksin COVID-19.

Fakta: Mitos ini banyak beredar di media sosial. Mitos tersebut mengklaim bahwa antibodi yang dibuat dari vaksin COVID-19 akan mengikat protein di plasenta, yaitu organ yang memberi makanan dan oksigen kepada bayi yang belum lahir, dan akhirnya membuat kehamilan bermasalah. Studi ilmiah tidak mendukung klaim ini.

Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) melihat adanya peningkatan kasus ibu hamil terkonfirmasi positif COVID-19 yang terjadi di sejumlah kota besar di Indonesia. PDGI malah  memberikan rekomendasi untuk Moms hamil boleh divaksin COVID-19.

Herd Immunity

Mitos: Herd immunity akan memperlambat penyebaran COVID-19.

Fakta: Kekebalan kelompok terjadi jika sudah cukup banyak anggota populasi yang telah mengembangkan kekebalan terhadap suatu penyakit untuk menghentikan penyebarannya ke seluruh populasi. 

Untuk mencapai Herd Immunity dengan COVID-19, para ilmuwan memperkirakan 70 persen dari populasi itu telah menjadi survivor COVID-19 atau  telah divaksinasi terhadap COVID-19.  Para ahli lebih memilih jalan untuk memerangi virus dengan vaksin. Mengapa? Karena pilihan menjadikan banyak survivor COVID-19 akan menyebabkan jutaan kasus dan kemtian lagi. Tentunya menambah ekonomi negara dan kelelahan luar biasa dari para tenaga kesehatan  di  rumah sakit.

Suplemen

Mitos: Suplemen vitamin dan mineral dapat menyembuhkan COVID-19.

Fakta: Vitamin D dan C dan mineral seng memang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan melindungi dari virus. Namun, ini  terutama berlaku untuk orang-orang yang memang kekurangan suplemen tersebut. Sejauh ini belum ada bukti akurat bahwa suplemen pengobatan tertentu yang terbukti cespleng  menyembuhkan COVID-19. 

Minum air hangat

Mitos: Minum air hangat membilas virus COVID-19 dari tenggorokan.

Fakta: Meskipun air sangat penting untuk kesehatan, para sains tidak mendukung gagasan bahwa minum air hangat melindungi dari COVID-19. Tapi air hangat sangat membantu Moms yang terkena COVID-19 dengan gejala batuk atau tenggorokan tidak nyaman. Air hangat akan menenangkan tenggorokan dan meredakan batuk.

Mandi air panas

Mitos: Mandi air panas dapat menghentikan COVID-19.

Fakta: Ide di balik mitos ini adalah bahwa suhu tinggi dapat membunuh virus Corona. Tapi mandi di air yang terlalu panas, apalagi sampai berendam cukup lama, justru bisa membakar kulit Moms. Cara terbaik untuk menangkal COVID-19 adalah dengan mencuci tangan dengan sabun dan air hangat. Mencuci dapat menghilangkan virus di tangan yang dapat berpindah ke mata, hidung, dan mulut.

Mutasi COVID-19

Mitos: Vaksin COVID-19 tidak bekerja pada jenis virus baru.

Fakta: Wajar jika virus berubah seiring waktu. Para ilmuwan telah menemukan banyak jenis varian COVID-19 di seluruh dunia, termasuk di Inggris, India, Afrika Selatan, dan Brasil. Penyebaran virus baru ini lebih agresif. Meski demikian, pada mereka yang telah melakukan vaksin COVID-19 tidak ada bukti bahwa vaksin menjadikannya lebih mudah sakit atau menyebabkan lebih banyak kematian. Meski begitu, para ilmuwan masih mendalami daya kerja vaksin COVID-19 bekerja melawan mutase baru ini.

Bilas air garam

Mitos: Membilas hidung dengan saline dapat menghentikan COVID-19.

Fakta: Tidak ada bukti bahwa membilas hidung dengan saline yaitu larutan garam dapat melindungi Moms dari COVID-19. Mitos ini mungkin berasal dari saran untuk menggunakan larutan garam di hidung untuk mengobati flu biasa. Namun, cara ini tidak bekerja untuk menghentikan infeksi Corona.

Infeksi ulang COVID-19

Mitos: Mereka yang sudah terinfeksi COVID-19, maka akan menjadi kebal terhadap virus ini.

Fakta: Para ilmuwan meyatakan  para penyintas COVID-19  tetap ada kemungkinan untuk terpapar virus ini lagi. Saat ini masih dipelajari tentang seberapa besar kemungkinan para penyintas COVOD-19 ini terinfeksi lagi, seberapa sering itu terjadi, dan siapa yang memiliki peluang lebih tinggi untuk terkena virus ini lagi. Jadi, meski sudah  pernah terjangkit COVID-19, Moms  tetap harus memakai masker di tempat umum, menjauhi keramaian, dan mencuci tangan.

Vaksin dan Alergi COVID-19

Mitos: Mereka yang   memiliki alergi, tidak boleh divaksin COVID-19.

Fakta: Beberapa orang memang ada yang mengalami reaksi alergi serius (disebut anafilaksis) terhadap vaksin COVID-19. Tapi, ini jarang sekali terjadi.  Konsultasikan ke pihak medis dan vaksinator, jika Moms alergi terhadap bahan apa pun dalam vaksin COVID-19. Untuk kondisi ini, sebaiknya Moms jangan divaksin. 

Tetapi jika Moms alergi terhadap bulu hewan, makanan, serbuk sari, atau jenis alergi lainnya, Moms masih dapat divaksinasi.

Tes COVID-19 negatif

Mitos: Tes COVID-19 negatif berarti tidak terinfeksi

Fakta: Jika hasil tes  negatif, itu hanya berarti kemungkinan Moms tidak mengidap COVID-19 saat sampel diambil. Masih ada  kemungkinan tes ini memberikan hasil positif dan Moms jatuh sakit. Terlebih jika Moms pernah kontak erat dengan penderita COVID-19.  Lakukan isolasi mandiri dan tetap jalankan protokol kesehatan.