“Cacingan? Ihhh… tidak mungkin!” mungkin Moms berkilah seperti ini. Para Moms yang tinggal di perkotaan memang sering berpikir dirinya  dan keluarganya tidak mungkin kena penyakit kecacingan atau biasa disebut cacingan. 

Penyakit ini memang sering dikaitkan dengan tanah yang kotor, seperti di lumpur atau rawa yang banyak di pedesaan. Padahal, baik di kota besar maupun di desa, cacingan bisa saja menimpa Moms dan keluarga. 

Penyakit ini sering dianggap sepele. Karena memang jarang sekali menyebabkan kematian. Kendati demikian pada kondisi yang fatal, cacingan itu dapat berbahaya bagi kesehatan.

Dalam rangka Hari Waspada Cacing yang jatuh pada tanggal 23 Juli, coba Moms simak beberapa hal tentang penyakit kecacingan dan dampaknya pada Moms dan keluarga.

Usia rawan cacingan

Penyakit kecacingan ini paling banyak terjadi pada anak usia sekolah 5 – 14 tahun. Jadi untuk si Kecil yang usia balita sampai usia sekolah memang perlu Moms perhatikan kemungkinan terkena cacingan. Tapi, bukan berarti orang dewasa tidak mungkin cacingan. Itu mungkin saja terjadi.

Dari tanah kotor?

Ternyata Moms, penyakit kecacingan dapat ditularkan melalui berbagai cara. Bukan hanya melalui tanah. Makanan atau minuman yang tercemar telur cacing juga bisa menjadi transmisi. Apalagi negara kita ini beriklim yang tropis sehingga cacing mudah bertelur Terlebih jika ada faktor penunjang cacing ini berkembang biak,  seperti kurangnya kebersihan, sanitasi, pasokan air, kepadatan penduduk, serta tanah yang lembab.

Jenis infeksi cacing dan dampaknya

Ada beberapa jenis cacing yang sering menimbulkan infeksi pada tubuh manusia, yaitu: 

Jenis cacing ini  masuk ke dalam tubuh manusia berupa telur yang terdapat pada sayuran dan buah yang tidak dibersihkan dengan baik. Cacing gelang dewasa berukuran 20-30 cm dan mampu bertelur 200.000 telur per harinya. Cacing ini akan menimbulkan kerusakan pada lapisan usus halus, menyebabkan diare, sehingga mengganggu penyerapan karbohidrat dan protein.

Cacing yang dewasa itu mampu bertelur hingga 5-10 ribu butir per hari. Cacing ini dapat membenamkan kepalanya pada dinding usus besar sehingga menyebabkan luka di usus. Pada infeksi yang berat akan terjadi diare yang mengandung lendir dan darah.

Cacing ini mampu bertelur 15-20 ribu butir per hari. Larva cacing tambang mampu menembus kulit kaki dan selanjutnya terbawa oleh pembuluh darah ke dalam usus halus, paru dan jantung. Moms, infeksi cacing tambang ini akan menimbulkan perlukaan usus yang lebih dalam, sehingga perdarahan dapat lebih berat dibandingkan infeksi cacing jenis lain. 

Cacing berbentuk kecil dan berwarna putih. Cacing ini paling sering terjadi pada anak-anak. Cacing ini bersarang di usus besar. Cacing  kremi dewasa akan berpindah ke anus untuk bertelur. Telur inilah yang menimbulkan rasa gatal pada anus. Bila digaruk, telur akan pecah dan larva masuk ke dalam dubur. Bahayanya lagi Moms,  telur akan bersembunyi di jari, kuku, menempel pada pakaian/sprei/handuk sehingga menulari orang lain. Itulah kremi-an demikian penyakit ini sering disebut itu tak jarang menular dari satu anak ke anak lainnya.

Gejala Cacingan

Pada kasus yang ringan, Si Kecil maupun orang dewasa yang terkena cacingan tidak merasakan gejala yang spesifik. Hanya pada beberapa kasus saja gejala yang mungkin akan dirasakan akan berbeda tergantung bagian atau organ mana yang terinfeksi.

Misalnya bila cacingan ini menginfeksi di usus, maka anak Moms akan merasakan nyeri di perut, mual, muntah, diare atau buang air besar (BAB) berdarah.

Namun bukan berarti cacingan ini bisa disepelekan. Karena, cacingan ini akan memengaruhi status gizi seseorang. Pada Moms misalnya, penyakit kecacingan dapat menyebabkan anemia (kurang darah), rasa letih, produktivitas menurun. Dan bila menginfeksi saat Moms hamil, ini dapat menyebabkan berat bayi lahir rendah dan gangguan ibu bersalin. 

Sedangkan pada si Kecil, bila terkena cacingan juga akhirnya  memengaruhi produktivitasnya. Ia bisa malas belajar, IQ dan prestasi dan pun menurun.

^IK