Pertengah Juni ini kasus infeki COVID-19 kembali melonjak  di sejumlah daerah, khususnya di Jakarta. Juru Bicara Satgas COVID-19, Prof Wiku Adisasmito menyebutkan, sudah tercatat penambahan 930 kasus COVID-19 di Indonesia pada Selasa (14/6/2022). Angka ini merupakan angka tertinggi sejak pertengahan April 2022. Dan, angka ini melonjak dari sehari sebelumnya yang masih berada di angka 591 kasus.

Selain Indonesia, beberapa negara tetangga  juga mengalami kenaikan kasus COVID-19, seperti Australia (16.393 kasus), Singapura (3.128 kasus), Thailand (2.474 kasus) dan Malaysia (1.709 kasus). 

Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 diduga menjadi penyebab kenaikan kembali infeksi COVID-19 ini.  Sejumlah negara tengah mewaspadai subvarian itu. Lantas, bagaimana Moms perlu mewaspadai agar  keluarga Moms terhindar dari infeksi subvarian ini?

Lebih cepat menular?

Sebelumnya, pada April lalu, WHO telah menyampaikan bahwa ada varian baru COVID-19 yang dikenal dengan sebutan Omicron XE. Varian Omicron XE ini sudah ditemukan di Thailand, Inggris, dan India, namun agaknya tidak memasuki Indonesia. 

Namun, pada bulan Juni ini kasus COVID-19 meningkat secara signifikan. Menkes  Budi Gunadi Sadikin mengonfirmasi masuknya dua subvarian baru Omicron yakni BA.4 dan BA.5 diduga kuat menjadi penyebab COVID-19 kembali naik, disertai efek liburan pasca Lebaran. Malah, Menkes Budi mengungkapkan kasus varian baru Omicron ini sebenarnya sudah masuk di Indonesia sejak akhir Mei 2022.

Lantas apakah penularan subvariant baru seperti Omicron sebelumnya? Menurut Dicky Budiman,  epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, subvarian BA.4 dan BA.5 mengadopsi karakteristik varian Omicron sebelumnya dan varian Delta. Hasilnya, kedua subvarian tersebut menular dengan cepat layaknya Omicron, serta berpotensi memicu gejala berat berupa anosmia, rasa lelah, dan  bisa risiko perawatan rumah sakit,  khususnya pada orang yang belum divaksinasi COVID-19 dosis lengkap dan belum pernah terkena COVID-19 sebelumnya.

Gejala varian baru

Sebelumnya, subvarian Omicron BA.4 sendiri diketahui sudah dilaporkan sebanyak 6.903 kasus di 58 negara. Adapun 5 negara dengan laporan kasus terbanyak adalah Afrika Selatan, Amerika Serikat, Britania Raya, Denmark, dan Israel.

Sedangkan untuk subvarian Omicron BA.5 sudah dilaporkan sebanyak 8.687 kasus di 63 negara. Lima negara dengan laporan kasus terbanyak adalah Amerika Serikat, Portugal, Jerman, Inggris, dan Afrika Selatan.

Sementara di Indonesia sudah mendeteksi 4 kasus positif subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Tiga di antaranya tidak menunjukkan gejala, dan satu menunjukkan gejala ringan seperti sakit tenggorokan dan badan pegal.

Penularan kasus ini memang perlu diwaspadai, karena termasuk cepat menular. Berita baiknya, menurut Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Dr. dr. Erlina Burhan, MSc, Sp.P(K), gejala dari subvarian BA.4 dan BA.5 tidak jauh berbeda dengan varian Omicron sebelumnya. Gejalanya tidak menyebabkan kesakitan yang parah.

Di Inggris, dua subvarian ini memberikan gejala seperti: demam, batuk, kehilangan penciuman, kelelahan dan rasa tidak nyaman. 

Bagaimana dengan di Indonesia? dr Erlina juga mengungkapkan batuk menjadi keluhan terbanyak (89%) dengan ditambah fatigue atau kelelahan (65 persen). Selain itu, gejala lainnya yang dilaporkan saat terinfeksi Omicron BA.4 atau BA.5, antara lain:

Ikuti rekomendasi prokes WHO

Kemenkes Budi Gunadi Sadikin memerkirakan puncak gelombang subvariant Omicron BA.4 dan BA.5 diprediksi bakal terjadi pada minggu kedua atau ketiga Juli 2022. Namun, Moms dan keluarga jangan ketakutan berlebihan ya….

Juru Bicara Satgas COVID-19, Prof. Wiku mengatakan, rekombinasi virus bukan merupakan hal baru dan sudah banyak terjadi termasuk pada virus selain COVID. Selain itu, rasa takut yang berlebih juga dapat berdampak pada tubuh.

Lebih baik Moms terapkan 6 rekomendasi dari WHO untuk Moms dan keluarga untuk protokol kesehatan hadapi penularan virus Corona, seperti di bawah ini: 

Stay calm and safe ya Moms…

^IK