Tahukah Moms, jumlah anak yang menderita alergi—terutama alergi makanan, kian meningkat dari waktu ke waktu. Jika dulu anak-anak bebas mengonsumsi aneka ragam makanan, kini banyak anak yang menghindari jenis-jenis makanan tertentu seperti kacang tanah, tepung terigu, cokelat, dan sebagainya.

Reaksi alergi yang ditunjukkan bisa bermacam-macam, mulai dari gatal-gatal dan ruam merah pada kulit, batuk, sakit perut, diare, ataupun sembelit. Tak jarang, alergi juga bisa memunculkan reaksi berat yang disebut reaksi anafilaksis, berupa penurunan tekanan darah secara drastis dan penyempitan saluran pernapasan yang bisa mengancam jiwa.

Penelitian terkini menyatakan bahwa salah satu faktor yang turut memengaruhi peningkatan kasus alergi pada anak adalah pola makan rendah asupan serat. Alih-alih banyak mengonsumsi buah dan sayuran yang kaya kandungan serat, anak-anak zaman sekarang lebih banyak mengonsumsi makanan siap saji yang tinggi kandungan gula, garam, lemak, dan bahan pengawet makanan.

Bukan hanya di luar negeri, kekurangan konsumsi serat juga dialami oleh anak-anak di tanah air. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menyatakan 95,5% anak Indonesia kekurangan asupan serat dalam pola makan sehari-hari. Apa sebab kekurangan asupan serat bisa meningkatkan risiko alergi pada anak?

Peran penting mikrobiota saluran cerna 

Di dalam tubuh manusia terdapat jutaan mikrobiota yang hidup di saluran cerna, terdiri atas bakteri, jamur, parasit, hingga virus. Sebagian dari mikrobiota tersebut bisa menghadirkan hubungan yang saling menguntungkan dengan manusia, tetapi ada pula jenis mikrobiota “jahat” yang bersifat patogen atau menyebabkan penyakit. 

Dalam tubuh yang sehat, mikrobiota “baik” dan “jahat” bisa hidup saling berdampingan tanpa menimbulkan gangguan kesehatan pada tubuh inangnya. Komposisi mikrobiota yang seimbang bisa membantu memelihara kesehatan saluran cerna, meningkatkan kekebalan tubuh, menjaga kesehatan otak, dan mencegah kanker. 

Akan tetapi, ada kondisi tertentu—seperti pola makan tidak seimbang, paparan penyakit infeksi, dan konsumsi antibiotika berlebihan, yang bisa menyebabkan komposisi mikrobiota usus tidak seimbang sehingga bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan.

Konsumsi serat bantu seimbangkan komposisi mikrobiota saluran cerna

Penelitian yang dilakukan di Australia pada tahun 2016 menyatakan bahwa konsumsi serat pangan dapat membantu memelihara komposisi mikrobiota di dalam saluran cerna. Selain berguna menekan jumlah bakteri merugikan, konsumsi serat juga berperan meningkatkan jumlah bakteri probiotik yang menguntungkan bagi kesehatan, seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium.

Kondisi ini bisa membantu menguatkan level toleransi oral tubuh, sehingga sistem imunitas di dalam tubuh si Kecil tidak menunjukkan reaksi penolakan terhadap makanan yang dikonsumsi. Itu sebabnya, peneliti berkesimpulan bahwa konsumsi serat dalam jumlah cukup amat baik untuk membantu melindungi anak dari alergi makanan.

Konsumsi serat dalam jumlah cukup juga berguna memperbaiki keseimbangan sistem imunitas tubuh sehingga mampu mencegah terjadinya peradangan (inflamasi) akibat reaksi alergi. Jadi, kalaupun masih muncul reaksi alergi, efeknya tidak akan terlalu berat bagi tubuh si Kecil.

Takaran konsumsi serat per hari

Itu sebabnya, Moms perlu memastikan si Kecil mengonsumsi serat dalam jumlah cukup untuk memperbaiki komposisi mikrobiota saluran cerna dan mencegah risiko alergi. Bagi anak yang sudah terlanjur menderita alergi, konsumsi serat dalam jumlah cukup tetap berguna untuk mengurangi intensitas reaksi alergi yang muncul. 

Takaran asupan serat yang perlu dikonsumsi anak setiap hari bisa berbeda tergantung usia. Menurut Angka Kecukupan Gizi yang ditetapkan oleh Kemenkes RI lewat Peraturan Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2013, jumlah kebutuhan serat harian anak berdasarkan usia adalah sebagai berikut: 

Sedangkan untuk anak berusia 10 tahun ke atas, kebutuhan serat yang harus dipenuhi masih dibagi lagi berdasarkan jenis kelaminnya, sebagai berikut:

Anak laki-laki:

Anak perempuan:

^IK