Rasanya tidak ada lagi Moms yang tidak memiliki jaringan sosial media. Entah Facebook, Instagram, grup Whatsapp atau grup percakapan lainnya, menjadi ‘sahabat’ para Moms di dunia virtual. 

Sebagian besar Moms mungkin sangat dekat dengan sosial media. Bahkan, begitu dekatnya hubungan Moms dengan dunia maya ini, sampai-sampai tidak ada satu pun kegiatan yang tdiak Moms posting. Dari mulai memposting keseharian Moms, resto atau kafe favorit, keberhasilan yang dicapai Moms dan keluarga hingga mencari nasihat untuk permasalahan yang sedang dihadapi, termasuk soal kesehatan dan pengasuhan anak.

Layaknya sahabat, tentu saja para warganet sigap menjawab permasalahan Moms. Beberapa saran atau nasihat itu berguna dan bermanfaat, karena berdasarkan pengalaman. Tapi, ada pula yang perlu Moms kritisi. 

Berikut beberapa hal yang perlu Moms ketahu sebelum memercayai dan mempraktekkan nasihat dari para sahabatnet Moms di sosial media. 

Masalah yang sebaiknya ditanyakan

Jaringan sosial media, termasuk grup percakapan di internet maupun sosial media, bisa menjadi ‘guru’ atau ‘pakar’ untuk mendapatkan nasehat. Tapi, sebaiknya batasi hanya menyangkut pengasuhan atau disiplin anak saja ya, Moms, bukan permasalahan medis. Jika menyangkut kesehatan, informasi ini bisa jadi tidak akurat, atau malah menyesatkan.

Beberapa pertanyaan soal pengasuhan yang bisa Moms cari tahu jawabannya dari sahabat sosmed itu seperti: memilih dan membuat camilan kreatif bagi si Kecil, mencari soal persiapan pesta ulang tahun anak sekaligus info party organizer, bertukar resep makanan sehat atau rekomendasi untuk dokter anak atau dokter gigi anak.

Baca komentar secara kritis

Moms mungkin akan menemukan berbagai saran dari  para Moms-net. Misalnya, Moms yang kebingungan menghadapi si Kecil yang tidak mau diam, akan mendapatkan saran melalui perubahan pola makan, larangan  konsumsi makanan atau minuman tertentu, terapi untuk sensori atau cara mendisiplinkan anak.

Namun, bersikaplah kritis untuk saran-saran ini ya Moms… Walaupun mungkin para Moms yang jadi sahabat sosmed memberikan pengalaman yang detail dan tampak nyata memberikan perubahan. 

Pengalaman Mom Nurbaiti misalnya. Ia merasa kesulitan mengeluarkan ASI. Produksi susunya dirasakan sedikit, sehingga anaknya sebentar-bentar minta disusui. Ia lalu meminta saran dari grup sosmed-nya. 

“Mereka mengatakan bayi saya pasti cukup dengan produksi ASI saya. Saya harus menyusui lebih sering supaya produksi susu semakin banyak. Seorang ibu pasti bisa mencukupi susu anaknya,” ujar Moms Nur bercerita. 

Mengapa ia tidak segera berkonsultasi ke dokter anak? Hal ini seorang Moms di sosmed itu mengatakan jika ke dokter anak, pasti dirinya didorong untuk memberikan susu formula kepada si Kecil. Ini membuat Moms Nurbaiti khawatir. 

Mom Nurbaiti memang bertekad agar si Kecil mendapatkan ASI ekslusif, setidaknya selama 6 bulan. “Saya sempat merasakan semua ini adalah salah saya. Jika saya menyerah dan  memberikan susu formula berarti saya lebih bersalah lagi sebagai ibu,” katanya.

Namun, setelah seminggu mencoba, ia melihat bayi Kecilnya kian rewel. Ia pun akhirnya menyerah dan segera ke dokter anak. Ternyata dari hasil diagnose dokter, anaknya sudah kehilangan banyak berat badan. Ia perlu diberikan susu dan nutrisi lebih banyak. 

Ia pun segera dirujuk untuk konsultan laktasi. Ternyata, anaknya memang diberikan susu tambahan. Tapi, bukan susu formula seperti yang dikhawatirkannya. Rumah sakit ternyata memiliki bank ASI. Anaknya diberikan ASI ini, sementara Mom Nur dari konsultasi laktasi ternyata kurang tepat dalam penempatan mulut si Kecil saat menyusui.

“Inilah yang menyebabkan susu yang keluar itu tidak banyak,” ujarnya. Moms Nurbaiti pun kemudian diajarkan cara menyusui yang tepat dan pengetahuan tentang makanan penambah ASI. 

Di lain sisi, Mom Adelina merasa saran dari para Mom di sosmed itu cukup membantunya. Ia mendapatkan saran dari para Moms-net ini tentang kolik yang sering dikeluarkan bayinya cukup membantu. Beberapa resep makanan pendamping ASI yang diberikan juga terbukti mudah dikerjakan dan dilahap tandas oleh si Kecil-nya. 

Jadi, saran di sosial media itu bisa jadi baik. Tapi, yang memberikan nasihat itu belum tentu mengetahui kondisi sesungguhnya. Itulah yang bisa membuat nasehat ini dapat menyesatkan bagi Moms. Jadi, Moms perlu bersikap kritis terhadap nasehat dari sosmed ini.

Periksa pada pakarnya

Moms boleh-boleh saja meminta nasehat dari para sahabat Moms di sosmed. Tapi, tetap jaga jangan sampai Moms mengacaukan antara pengalaman dengan keahlian. 

Hanya karena seorang Moms di sosmed itu berhasil mengatasi eksim yang dialami anaknya, tidak berarti menjadi ‘ahli’ dalam mendiagnosis atau ahli  dalam soal eksim anak. Jadi, tetap cek pada pakarnya, terutama bila menyangkut kesehatan si Kecil ya, Moms. 

^IK